Pentingnya Kualitas Penelitian Terdahulu

32 et.al 2001, model yang baik adalah apabila kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses yang ditirukan kecil. Menurut Hartrisari 2007, pemodelan yang efektif merupakan keterkaitan antara dunia maya yang dinyatakan dalam model dengan dunia nyata sehingga tujuan model sebagai penyederhanaan sistem akan tercapai.

2.5.4. Verifikasi dan Validasi

Menurut Hartrisari 2007, model yang dibangun perlu diuji, apakah sesuai untuk penyelesaian permasalahan yang dihadapi sehingga hasil eksekusi model dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Verifikasi merupakan tahap pembuktian yang perlu dilakukan setelah model dibangun. Verifikasi sebagai suatu tes terhadap model yang disusun sesuai tujuan dan sesuai kebenarannya. Menurut Eriyatno 2007, proses uji sahih verifikasi dilakukan dengan maksud untuk mengetahui berbagai kelemahan maupun kekurangan serta mengidentifikasi berbagai persoalan yang harus diantisipasi dalam kaitan penerapan kebijakan yang dihasilkan. Verifikasi model berkaitan dengan kesesuaian antara model konseptual dengan model yang dibangun. Verifikasi bertujuan memperoleh informasi tentang pencapaian kinerja pengelolaan percetakan yang sebenarnya. Perbandingan data empirik percetakan dengan nilai standar menunjukkan nilai deviasi yang terjadi. Menurut Hartrisari 2007, validasi untuk mendapatkan hasil kesimpulan yang benar dan harus ditunjang oleh kebenaran yang bersifat obyektif. Menurut Eriyatno 1998, validasi merupakan usaha menyimpulkan apakah model yang dibangun merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji, yang dapat menghasilkan kesimpulan menyakinkan. Validasi dilakukan terhadap struktur model dan keluaran model. Validasi struktur melalui studi pustaka dan keluaran model dibandingkan dengan data percetakan skala besar, skala menengah, dan skala kecil.

2.6. Penelitian Terdahulu

2.6.1. Pentingnya Kualitas

Di era globalisasi ini informasi dan teknologi semakin terbuka. Konsumen mengetahui dengan baik produk apa yang diinginkan dengan standar-standar kualitasnya. Tuntutan konsumen terhadap perusahaan semakin meningkat demi memuaskan kebutuhannya sehingga perusahaan yang berhasil dan memiliki 33 kinerja yang baik adalah mereka yang tanggap terhadap keinginan konsumen. Perusahaan perlu untuk terus-menerus meningkatkan kualitas produk dan pelayanan terhadap konsumen. Melalui peningkatan kualitas, perusahaan dapat meningkatkan daya saing sehingga pada akhirnya kinerja perusahaan dapat meningkat berupa peningkatan profit atau market share Reimann and Hertz, 1999, Schonberger and Knod, Jr, 1997. Pada tahun 1992, perusahaan-perusahaan di 12 negara Eropa, yaitu Belgia, Denmark, Perancis, Jerman, Yunani, Irlandia, Italia, Luxembourg, The Netherlands, Portugal, Spanyol, dan Inggris memulai untuk melakukan peningkatan kualitas melalui kesepakatan kualitas dari sisi input. Mereka menuntut para pemasok untuk lebih meningkatkan kualitas produknya. Standar input kepada pemasok semakin diperketat. Kemudian setelah itu melakukan proses produksi dengan penyempurnaan teknologi. Hal ini ditujukan untuk menghasilkan produk yang lebih berkualitas sesuai dengan keinginan konsumen. Kondisi ini menyebar ke seluruh Eropa yang tergabung dalam EFTA European Free Trade Association, seperti Austria, Finlandia, Iceland, Liechtenstein, Norwegia, Swedia, dan Swiss Steeples, 1994. Penelitian West, Cianfrani, dan Tsiakals 1999, peningkatan kualitas produk menekankan pada tindakan pencegahan, implementasi kebijakan kualitas, dan corrective action. Peningkatan kualitas tersebut mensyaratkan 3 perubahan yaitu: 1. Perubahan ke arah continuous improvement dalam kinerja dengan menggunakan informasi data terbaru; 2. Perubahan ke arah customer satisfaction melalui standar-standar serta parameter yang sesuai; 3. Teknik statistik dibutuhkan tidak hanya pada saat aktivitas product realization tetapi juga saat proses produksi. Zuckerman 2000 menyatakan bahwa untuk peningkatan kualitas melalui standar ISO series 9000, perusahaan lebih memfokuskan pada continuous improvement dan customer satisfaction. Conti 1999 menyatakan bahwa persyaratan baru dan standar parameter yang diperbaiki merupakan perubahan yang besar dimana tujuan perusahaan adalah tidak hanya pada kualitas produk tetapi juga untuk customer satisfaction. Zhu dan Scheuermann 1999 menyatakan bahwa penggunaan standar kualitas dengan tepat akan dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan. 34 Penelitian Sissel 1996 melaporkan bahwa berdasarkan survei terhadap 1880 responden, dihasilkan beberapa manfaat dari peningkatan kualitas adalah peningkatan competitive advantages, peningkatan permintaan pelanggan, makin tingginya persepsi kualitas, dan peningkatan market share. Dengan demikian kinerja perusahaan semakin meningkat. Ebhahimpout, et.al 1997 menemukan bahwa peningkatan kualitas melalui standar internasional seperti ISO menuntut tingginya perbaikan product design terhadap input, prosess design terhadap proses produksi, dan product quality terhadap output. Untuk itu diperlukan komunikasi dengan para pemasok dalam rangka pemenuhan standar kualitas yang diminta. Penelitian Powell 1995 menemukan bahwa kunci dari kinerja perusahaan bukan hanya pada alat dan teknik yang digunakan tetapi juga pada faktor-faktor intangible seperti pengelolaan dan pemberdayaan SDM dan komitmen manajemen. Faktor-faktor ini memiliki pengaruh yang besar terhadap kinerja perusahaan. Menurut Hendricks dan Singhal 1996; Hendricks dan Singhal 1997, dalam TQM tujuan perusahaan adalah kinerja dan customer satisfaction. Fokusnya adalah untuk peningkatan daya saing perusahaan dimana pada akhirnya akan meningkatkan kinerja secara keseluruhan. Penelitian Adam 1994 menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara peningkatan kualitas perusahaan manufaktur dengan kinerja yang dihasilkan. Penelitian Anderson, Fornell, dan Lehmann 1994 menemukan bahwa hasil penelitiannya mendukung terdapat dampak positif dari peningkatan manajemen kualitas terhadap customer satisfaction dan pada akhirnya terhadap kinerja perusahaan yaitu profitabilitas. Madu, Kuei, dan Jacob 1996 meneliti bahwa pengelolaan manajemen pada perusahaan manufaktur termasuk percetakan mengarah pada hubungan positif yang lebih kuat antara dimensi kualitas terhadap kinerja perusahaan dibandingkan dengan perusahaan jasa. Model yang dikembangkan oleh Han 2000 dalam penelitiannya bahwa pengelolaan manajemen yang mengarah pada peningkatan kualitas dengan standar-standar kualitas yang tepat, akan berhubungan dengan kinerja perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 9. Untuk meningkatkan kualitas dibutuhkan parameter-parameter standar kualitas yang mengarah pada peningkatan kinerja perusahaan. Parameter- parameter ini dalam strategic management disebut dengan critical success factor CSF. Penelitian Martin dalam Abraham 2000 pada perusahaan IT menemukan bahwa terdapat 8 indikator kinerja yaitu: 35 1. Pembangunan sistem 2. Penerapan data processing 3. Pembangunan SDM 4. Manajemen kontrol terhadap lingkungan 5. Dukungan top management 6. Manajemen perubahan 7. Data sebagai sumberdaya perusahaan 8. Sensitivitas terhadap kebutuhan pelanggan Penetapan standar- standar Pengelolaan manajemen yang berkualitas Penerapan TQM Dukungan dari ISO 9000 Customer satisfaction Daya saing Kinerja perusahaan Gambar 9. Pengaruh Pengelolaan Manajemen yang Berkualitas terhadap Kinerja Perusahaan Han, 2000. Dalam penelitian Abraham 2002 ditemukan bahwa penetapan standar sebagai indikator kinerja, dipengaruhi oleh struktur industri, faktor temporal, faktor lingkungan, serta strategi kompetitif dan posisi industri Gambar 10. Faktor lingkungan Struktur industri Penetapan standar Faktor temporal Competitive strategy, posisi industri, dan lokasi geografis Gambar 10. Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Standar Abraham, 2002. 36

2.6.2. Penilaian Kinerja