12 percetakan dapat merupakan suatu sub-sistem tersendiri, yaitu sub-sistem
pengolahan limbah berupa IPAL instalasi pengolahan air limbah.
`
Sumber Informas i
Pra Cetak
Cetak Pasca
Cetak K
o nsume
n Konsumen
preferensi
Proses produksi Pemasaran
Distributor Lembaran
cetak Naskah Plate
Produk Percetakan
Database
Pemasok Gambar 3. Proses Percetakan Kipphan, 2001.
2.3. Limbah Percetakan
Limbah adalah konsekuensi logis dari setiap pendirian suatu industri; begitu pun dengan percetakan. Menurut Kristanto 2002, limbah adalah
buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Bila limbah yang
mengandung senyawa kimia tertentu sebagai bahan berbahaya dan beracun B3 dengan konsentrasi tertentu dilepas ke lingkungan maka hal itu akan
mengakibatkan pencemaran; baik sungai, tanah, maupun udara. Percetakan menghasilkan limbah berupa; padat dan cair. Limbah yang dihasilkan oleh
percetakan adalah; sobekan kertas, plate bekas, film bekas, blanket bekas, kaleng, drum. jerigen, plastik, cairan limbah, dan sludge.
Limbah cair percetakan berasal dari proses produksi, yaitu di bagian pra- cetak pada proses pembuatan plate dan di bagian cetak pada pencucian rol
mesin cetak Gramedia percetakan, 1996. Polutan yang dominan terdapat dalam limbah cair adalah; minyak, tinta, deterjen, dan pewarna.
Karena limbah padat dapat didaur ulang dan selalu ada pembelinya. Limbah percetakan yang perlu ditangani secara serius adalah limbah yang
13 berupa cairan, karena mengandung unsur B3. Menurut Tampubolon, 2006,
limbah percetakan yang berasal dari bahan baku dan bahan penolong seperti; tinta dan minyak termasuk limbah B3. Dikategorikan mengandung B3 karena
limbah tersebut mengandung logam berat terutama Pb dan Cr. Berdasarkan PP No 85 tahun 1999 logam berat Pb dan Cr termasuk dalam daftar limbah dari
bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
Pada umumnya limbah cair percetakan tersebut dibuang langsung ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu melalui IPAL Instalasi Pengolahan Air
Limbah, sehingga limbah cair tersebut dapat menimbulkan pencemaran ke lingkungan. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup Nomor 02MENKLH1988, pencemaran adalah “masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam
airudara, dan atau berubahnya tatanan komposisi airudara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas airudara menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”. Untuk mencegah terjadinya pencemaran oleh aktivitas maka perlu dilakukan pengedalian terhadap
pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan, termasuk baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara emisi,
dan sebagainya. Secara hukum telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No 18 Th. 1999 jo PP No. 85 Th. 1999 tentang “Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun”. Ditambah lagi dengan Keputusan Kepala Bapedal No 1 s.d. 5Bapedal091995 tentang Tata Cara Penyimpanan, Manifest, Pengolahan,
Penimbunan, dan Simbol Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Baku mutu limbah cair ditentukan berdasarkan Keputusan Gubernur DKI-Jakarta no 582
tahun 1995 tentang penentuan peruntukan dan baku mutu air sungaibadan sungai serta baku mutu limbah cair di wilayah DKI-Jakarta. Menurut UU No. 23
tahun 1997 pasal 16 menyatakan bahwa setiap penanggung jawab usaha wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha atau kegiatan perusahaannya. Bila
ada perusahaan yang tidak berwawasan lingkungan dapat diberi sanksi pidana maupun perdata atau sanksi administrasi berupa penutupan, pencabutan,
penghentian atau penyegelan perusahaan.
14
2.4. Percetakan Berkualitas dan Berwawasan Lingkungan