0.29 Karakter Guru yang Disukai
Pendahuluan
Teman sebaya merupakan sumber penting bagi dukungan emosional remaja sekaligus sumber tekanan untuk melakukan perilaku yang tidak disukai orang tua.
Remaja akan merasa senang apabila diterima dan sebaliknya akan merasa sangat tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh teman-teman
sebayanya. Bagi banyak remaja, pandangan teman-teman terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting Santrock 2007; Kusdiyati et al. 2010.
Pengaruh dari teman sebaya paling kuat di masa remaja awal, biasanya memuncak di usia 12
–13 tahun lalu menurun selama masa pertengahan dan akhir seiring dengan membaiknya hubungan remaja dengan orang tua. Keterikatan dengan
teman sebaya di masa remaja awal tidak selalu menyebabkan masalah, kecuali jika keterikatan ini terlalu kuat sehingga remaja bersedia untuk mengabaikan
aturan di rumah, lalai mengerjakan tugas sekolah, serta tidak mengembangkan bakat mereka untuk memenangkan persetujuan teman sebaya dan mendapatkan
popularitas Fuligni et al. 2002; Sumter et al. 2009.
Di masa kanak-kanak, kebanyakan interaksi dengan teman sebaya adalah dyadic
atau satu lawan satu, walaupun pengelompokkan yang lebih besar mulai terbentuk di masa anak-anak pertengahan. Saat anak-anak beranjak remaja, sistem
sosial teman sebaya menjadi lebih rumit dan bervariasi. Walaupun remaja tetap memiliki hubungan pertemanan satu lawan satu, klik atau geng
– struktur kelompok pertemanan yang melakukan berbagai hal bersama-sama
– menjadi lebih penting Brown Klute 2003.
Kelompok teman sebaya sangat berbeda posisinya dengan keluarga maupun sekolah Puspitawati 2006. Teman sebaya di samping dapat memberikan
pengaruh yang positif, di sisi lain juga menimbulkan pengaruh negatif bagi remaja. Melalui interaksi dengan teman-teman sebayanya, remaja mempelajari
relasi timbal balik. Remaja mengeksplorasi prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan melalui pengalaman mereka ketika menghadapi perbedaan pendapat
dengan teman-temannya. Mereka juga belajar mengamati dengan minat yang tajam dan memiliki sudut pandang sendiri dalam aktivitas bersama teman-teman.
Ketika menjalin persahabatan yang karib dengan teman-teman terpilih, remaja belajar untuk menjadi mitra yang lebih terampil dan peka. Selanjutnya,
keterampilan ini akan berguna ketika remaja menjalin relasi pacaran dan relasi perkawinan di masa selanjutnya Santrock 2007.
Memiliki banyak teman memungkinkan remaja berbagi pengalaman dan perasaannya, serta belajar bagaimana menyelesaikan konflik. Di sisi lain, remaja
yang tidak memiliki banyak teman menyebabkan dirinya terasing dari kehidupan sosial, sehingga hanya memiliki sedikit kesempatan untuk mengembangkan
hubungan baru dan keterampilan interaksional. Persahabatan juga berhubungan positif dengan kesejahteraan psikologis Ueno 2004, sedangkan pertentangan
dengan teman-teman berhubungan negatif dengan kesehatan Laftman Ostberg 2006. Persahabatan remaja yang sehat dapat memberikan lingkungan yang sesuai
untuk mencapai nilai akademik yang baik Vaquera Kao 2008.
Meskipun sejumlah penelitian menunjukkan hubungan yang positif antara remaja dan teman sebaya, penelitian lain memperlihatkan bahwa pengaruh teman
sebaya dapat berdampak negatif terhadap perilaku remaja. Bagi beberapa remaja, pengalaman ditolak atau diabaikan membuat mereka merasa kesepian dan