Teori Piaget Pola Komunikasi, Kecerdasan Emosional, Dan Prestasi Belajar Siswa Sma Di Kota Bogor

lingkungan berubah. Parson tidak menganggap keluarga statis atau tidak dapat berubah. Sebaliknya, ia berpendapat bahwa keluarga selalu beradaptasi secara mulus dalam menghadapi perubahan lingkungan. Kondisi ini disebut keseimbangan dinamis dynamic equilibrium. Menurut Klein dan White 1996, keseimbangan mengarah kepada konsep homeostatis suatu organisme, yaitu suatu kemampuan untuk memelihara stabilitas agar kelangsungan sistem tetap terjaga dengan baik meskipun di dalamnya mengakomodasi adanya adaptasi dengan lingkungan. Macionis Puspitawati 2009 menambahkan bahwa pendekatan struktural-fungsional juga menganalisis adanya penyimpangan, misalnya penyimpangan nilai-nilai budaya dan norma, kemudian memperhitungkan seberapa besar penyimpangan tersebut dapat berkontribusi pada kestabilan atau perubahan sistem sosial. Pandangan Parson mengenai keluarga yang mampu beradaptasi dalam perubahan lingkungan dapat dipahami. Hal ini mengingat dalam teori struktural- fungsional terdapat dua aspek yang saling berkaitan, yaitu 1 aspek struktural dan 2 aspek fungsional Megawangi 2005. Berkaitan dengan aspek struktural, Megawangi 2005 menjelaskan bahwa keseimbangan akan menciptakan sebuah sistem sosial yang tertib social order, dan selanjutnya dapat memengaruhi ketertiban dalam sistem sosial yang lebih besar lagi. Ketertiban sosial akan tercipta bila ada struktur atau strata dalam keluarga, di mana masing-masing individu mengetahui posisinya dan patuh pada sistem nilai yang melandasi struktur tersebut. Struktur dalam keluarga dianggap dapat menjadikan institusi keluarga sebagai sistem kesatuan. Setidaknya ada tiga elemen utama dalam struktur internal keluarga, yaitu 1 status sosial, 2 fungsi sosial, dan 3 norma sosial, yang ketiganya saling kait-mengait. Pertama, berdasarkan status sosial, keluarga inti biasanya dikelompokkan menjadi tiga struktur utama, yaitu bapaksuami, ibuistri, dan anak-anak. Struktur ini dapat pula berupa figur-figur seperti pencari nafkah, ibu rumah tangga, anak balita, anak sekolah, remaja, dan lain-lain. Seperti halnya dalam setiap struktur sosial dalam masyarakat, diferensiasi sosial akan selalu ada di mana masing- masing komponen atau kelompok mempunyai status. Megawangi 2005 menilai keberadaan status sosial ini penting karena dapat memberikan identitas kepada individu dan tempatnya dalam sebuah sistem sosial, serta memberikan rasa memiliki. Keberadaan status sosial secara intrinsik menggambarkan adanya hubungan timbal-balik antarindividu dengan status sosial berbeda. Kedua, konsep peran sosial menggambarkan peran dari masing-masing individu atau kelompok menurut status sosialnya. Peran sosial dapat diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang diharapkan dapat memotivasi tingkah laku seseorang yang menduduki status sosial tertentu. Parsons dan Bales Megawangi 2005 membagi dua peran orang tua dalam keluarga, yaitu peran instrumental yang diharapkan dilakukan oleh suami atau bapak, dan peran emosional atau ekspresif yang biasanya dipegang oleh figur istri atau ibu. Peran ini bertujuan untuk mengintegrasikan atau menciptakan suasana harmonis dalam keluarga, serta meredam tekanan-tekanan yang terjadi karena adanya interaksi sosial antaranggota keluarga atau antarindividu di luar keluarga. Ketidakseimbangan antara peran instrumental dan ekspresif dalam keluarga akan membuat keluarga jadi tidak seimbang. Ketiga, norma sosial adalah sebuah peraturan yang menggambarkan bagaimana sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam kehidupan sosial. Normal sosial dapat berasal dari dalam masyarakat itu sendiri yang merupakan bagian dari kebudayaan, yaitu pandangan hidup masyarakat secara umum. Namun demikian, setiap keluarga juga mempunyai norma sosial yang spesifik. Misalnya, pembagian tugas dalam rumah tangga, yang merupakan bagian dari struktur keluarga untuk mengatur tingkah laku setiap anggotanya. Sedangkan yang berkaitan dengan aspek fungsional, Megawangi 2005 berpendapat bahwa aspek ini sulit dipisahkan dari aspek struktural karena keduanya saling berkaitan. Seseorang dalam sebuah sistem dengan status sosial tertentu tidak lepas dari peran yang diharapkan. Hal ini berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup atau pencapaian keseimbangan pada sistem tersebut. Arti fungsi di sini dikaitkan dengan bagaimana sebuah sistem atau subsistem dalam masyarakat dapat saling berhubungan dan menjadi sebuah kesatuan. Megawangi menggarisbawahi bahwa sebuah sistem mengacu pada kegunaannya untuk memelihara dirinya sendiri dan memberikan kontribusi pada berfungsinya subsistem-subsistem yang lain. Apabila terjadi anomali dalam sebuah subsistem, maka akan memengaruhi fungsi dari sistem tersebut secara keseluruhan. Dalam kerangka pikir teori struktural-fungsional, Ihromi 2004 menjelaskan bahwa masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang dinamis, yang terdiri dari berbagai bagian atau subsistem yang saling berhubungan. Analisis terhadap sistem ini adalah, apakah konsekuensi dari setiap bagian dari sistem untuk setiap bagian lainnya dan untuk sistem secara keseluruhan. Sistem dalam pendekatan yang disampaikan Ihromi ini berada pada lapisan individual perkembangan kepribadian, lapisan institusional keluarga, dan lapisan masyarakat. Suatu analisis fungsional terhadap keluarga menekankan pada hubungan antara keluarga dan masyarakat luas, hubungan-hubungan internal di antara subsistem-subsistem yang ada dalam keluarga dan atau hubungan di antara keluarga dan kepribadian dari para anggota keluarga sebagai pribadi. Penerapan teori struktural-fungsional dalam konteks keluarga juga terlihat dari struktur dan aturan yang ditetapkan. Chapman Puspitawati 2006 menyatakan bahwa keluarga adalah unit universal yang memiliki peraturan, seperti peraturan untuk anak-anak agar dapat belajar mandiri. Tanpa aturan atau fungsi yang dijalankan oleh unit keluarga, maka unit keluarga tidak memiliki arti yang dapat menghasilkan suatu kebahagiaan. Dengan tidak adanya peraturan, akan tumbuh atau terbentuk generasi penerus yang tidak mempunyai kreasi yang lebih baik dan akan mempunyai masalah emosional serta hidup tanpa arah. Chapman juga menambahkan bahwa keluarga dalam kebudayaan Barat selama 30 tahun terakhir telah mengalami perubahan yang luar biasa dan sudah kehilangan arah. Hal ini terjadi oleh adanya kebudayaan Barat yang menekankan materialisme dengan fokus pada kepemilikan benda seperti rumah dan mobil, dan lebih mencari kebahagiaan pribadi di atas segalanya. Sedangkan suara dari Timur mengarah pada kesatuan dan seirama dengan alam. Prasyarat dalam teori struktural-fungsional mengharuskan tercapainya suatu keseimbangan sistem, baik pada tingkat masyarakat maupun keluarga. Levy Megawangi 2005 menyatakan bahwa persyaratan struktural yang harus dipenuhi oleh keluarga agar dapat berfungsi, yaitu meliputi:

Dokumen yang terkait

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

2 15 13

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran PAI (Penelitian Korelasional pada Siswa Kelas VIII MTs Al-Hidayah Arco Sawangan Depok)

0 7 97

Pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa SMA Triguna Utama Ciputat

0 6 87

Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam: Studi Penelitian di Kelas XI SMA PGRI 109 Tangerang

2 10 112

Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Smp Muhammadiyah 17 Ciputat

1 48 98

Analisis Gaya Pengasuhan, Kecerdasan Emosional, Aktivitas Ekstrakurikuler, dan Prestasi Belajar Siswa di SMA Muhammadiyah Cirebon

0 5 191

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas Xi Sma Negeri 1 Bangsri Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 19

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013.

0 0 18

PENGARUH COMPUTER ANXIETY DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SMA NEGERI 1 KARANGNONGKO.

0 0 118

POLA KOMUNIKASI REMAJA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SMA DI KOTA BOGOR

0 0 11