Suku Bangsa Ayah dan Ibu
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin teman sebaya
Umur Tahun Siswa Perempuan
Siswa Laki-laki Total
n n
n 15
– 17 209
98.6 156
97.5 365
98.1 18
– 20 3
1.4 2
1.3 5
1.3 20
0.0 2
1.3 2
0.6 Total
212 100.0
160 100.0
372 100.0
Rata-rata + Std.Deviasi tahun 16.36 + 0.55
16.42 + 1.29 16.38 + 0.943
Minimum-maksimum tahun 15
– 18 15
– 30 15
– 30
2.
Lokasi Pertemanan dan Pertemuan
Sejauh ini lokasi pertemanan dan pertemuan responden dengan teman- temannya masih berada di dalam lingkungan sekolah Tabel 25 dan Tabel 26.
Temuan ini cukup melegakan mengingat saat ini pergaulan remaja sudah semakin luas jangkauannya. Aktivitas remaja saat ini tidak hanya ke sekolah, tetapi banyak
di antara mereka yang sepulang sekolah melanjutkan kegiatannya ke bimbingan belajar, tempat kursus, rumah teman, mal, dan resto. Kendati pilihan lokasi
pertemanan dan pertemuan respoden dengan temannya dalam penelitian ini masih berada di lingkungan sekolah, bukan berarti orang tua dan guru bisa tinggal diam.
Penelitian ini menunjukkan bahwa media sosial menduduki peringkat kedua setelah sekolah. Hal ini berarti, semakin banyak remaja yang menggunakan media
sosial sebagai tempat untuk mencari teman.
Tabel 25 Lokasi pertemanan siswa dengan teman sebayanya
Lokasi Pertemanan Siswa Perempuan
Siswa Laki-laki n
n Sekolah
190 25.64
144 19.43
Rumah 24
3.24 24
3.24 Kegiatan di Luar Sekolah
61 8.23
55 7.42
Tempat LesBimbel 27
3.64 19
2.56 Media Sosial
99 13.36
54 7.29
Lain-lain 27
3.64 17
2.29 Total
428 57.76
313 42.24
Dana Boyd mengungkapkan bahwa bagi remaja masa kini menggunakan waktu luang di MySpace atau Facebook sama dengan mendapatkan kembali ruang
privat mereka Tapscott 2013. Remaja menemukan ruang privat baru di media online
, tempat kaum muda berkumpul, membuat jaringan bersama teman-teman sebayanya, dan saling berbagi ruang masing-masing. Ruang-ruang online menjadi
semakin menarik sementara dunia fisik makin tidak menyenangkan. Boyd menyebut profil pribadi di jejaring sosial sebagai peragaan jati diri di depan
umum. Di ruang-ruang maya, remaja makin bebas membentuk jati dirinya dan mengelola jaringan mereka. Komentar-komentar dari teman-teman menyediakan
sebuah saluran untuk umpan balik. Boyd mengakui bahwa banyak di antara hubungan ini yang dangkal, namun proses tersebut memainkan sebuah peran
penting bagaimana remaja belajar tentang aturan-aturan dalam kehidupan sosial
dan mengatasi masalah-masalah seperti status, kehormatan, gosip, dan kepercayaan Tapscott 2013.
Tabel 26 Lokasi pertemuan siswa dengan teman sebayanya
Lokasi Pertemuan Siswa Perempuan
Siswa Laki-laki n
n Sekolah
180 16.16
141 12.66
Rumah sendiri 67
6.01 24
2.15 Rumah teman
100 8.98
59 5.30
Tempat ibadah 44
3.95 28
2.51 Tempat lesbimbel
29 2.60
27 2.42
Media social 140
12.57 71
6.37 Malresto
78 7.0
34 3.05
Lain-lain 70
6.28 22
1.97 Total
708 63.55
406 36.45
Menurut jajak pendapat di AS, 22 persen dari remaja terhubung ke situs media sosial favorit mereka lebih dari 10 kali sehari, dan lebih dari setengah
remaja terhubung ke situs media sosial lebih dari sekali sehari. Tujuh puluh lima persen dari remaja sekarang mempunyai ponsel sendiri, dan 25 persen
menggunakannya untuk media sosial, 54 persen menggunakannya untuk SMS, dan 24 persen menggunakannya untuk pesan instan. Sebagian besar
perkembangan sosial dan emosional generasi ini terjadi di internet dan ponsel
O‟Keeffe et al. 2011. Tidak diragukan lagi, platform media sosial seperti SNS Social Networking
Sites mengubah bagaimana komunikasi terjadi. Sekitar 91 persen remaja yang
menggunakan SNS melaporkan bahwa mereka menggunakan situs untuk berkomunikasi dengan teman-teman yang sudah diketahui Lenhart dan Madden
2007. Studi kualitatif juga menyatu dengan temuan ini bahwa pemuda AS banyak menggunakan SNS untuk berinteraksi dengan teman-teman dan tidak
bertemu orang asing Agosto dan Abbas 2010. Remaja biasanya tidak bergabung dengan Facebook untuk bertemu orang asing. Sebaliknya, mereka bergabung
karena teman-teman mereka sudah menjadi anggota dan mengundang mereka untuk berpartisipasi. Internet tidak lagi mengisolasi, tetapi menghubungkan
orang-orang Ahn 2011.
Di satu sisi, temuan ini menguntungkan remaja karena media sosial dapat membantu remaja memperluas jejaring pertemanannya. Misalnya, studi yang
dilakukan Valkenburg et al. 2006 menemukan bahwa dalam sampel lebih dari 800 remaja Belanda, penggunaan SNS berkaitan dengan harga diri dan
kesejahteraan psikologis. Remaja yang sering menggunakan SNS memiliki lebih banyak teman di situs tersebut dan mereka bereaksi untuk mengomentari posting
atau up date status teman-teman mereka. Selain itu, para peneliti melaporkan bahwa memiliki reaksi yang lebih positif pada satu profil SNS berkorelasi tinggi
dengan harga diri, dan harga diri yang lebih tinggi secara nyata berkorelasi dengan kepuasan hidup.
Namun di sisi lain, media sosial juga berdampak negatif kepada perilaku remaja. Hasil penelitian Karpinski 2009 membuktikan bahwa pemakaian media
sosial yang berlebihan dapat mengakibatkan menurunnya prestasi belajar siswa. Temuan Karpinski 2009 menunjukkan bahwa pengguna Facebook memiliki
indeks prestasi kumulatif IPK yang lebih rendah daripada siswa yang bukan pengguna situs ini. Menurut Karpinski, hal itu karena pengguna Facebook
menghabiskan waktu online terlalu banyak dan kurang waktu belajar. 3.
Karakter Teman yang Disukai
Dalam penelitian ini, penulis menanyakan apa alasan responden menyukai teman dekatnya. Alasan yang paling banyak disebutkan respoden adalah teman
curhat, mengobrol, dan main bareng. Di samping itu, remaja juga menyukai teman yang baik dan tulus. Banyak pula di antara responden yang menyukai teman yang
seru, menyenangkan, dan gaul. Selebihnya dapat dilihat pada Tabel 27 di bawah ini. Dalam memberikan alasan mengenai karakter teman yang disukai, responden
diperbolehkan memberikan jawaban lebih dari satu sifatkarakter. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika total jawaban responden laki-laki dan perempuan lebih
dari 372. Hal ini menunjukkan bahwa ada lebih dari satu alasan bagi remaja untuk merasa dekat dengan teman-temannya.
Tabel 27 Karakter teman sebaya yang disukai siswa
Karakter teman yang disukai Siswa Siswa Perempuan
Siswa Laki-laki n
n 1. Seru, menyenangkan, gaul
50 8.53
30 5.12
2. Baik, tulus 50
8.53 47
8.02 3. Pemikiran yang sama, sehati, banyak kesamaan
17 2.90
9 1.54
4. Bisa dipercaya, jaga rahasia 13
2.22 3
0.51 5. Teman curhat, ngobrol, main bareng
64 10.92
35 5.97
6. Jujur 2
0.34 3
0.51 7. Lucu, humoris, jahil
13 2.22
12 2.05
8. Nyaman, akrab 19
3.24 5
0.85 9. Punya hobi yang sama
7 1.19
2 0.34
10. Selalu ada 5
0.85 1
0.17 11. Dewasa, berpikir terbuka, berwawasan
14 2.39
8 1.37
12. Teman sejak lama 31
5.29 19
3.24 13. Teman dekat, sekelas, sebangku
18 3.07
18 3.07
14. Pengertian, peduli, peka, perhatian, sabar, penyayang
28 4.78
5 0.85
15. Pendengar yang baik 8
1.37 1
0.17 16. Rajin, cerdas
2 0.34
4 0.68
17. Ramah, tidak sombong 8
1.37 4
0.68 18. Pemaaf, tidak mudah marah
2 0.34
0.00 19. Tidak semena-mena, tidak egois, bijaksana
2 0.34
2 0.34
20. Setia kawan, solid 4
0.68 11
1.88 21. Suka bekerja sama, suka berbagi, suka menolong
4 0.68
6 1.02
Total 361
61.60 225
38.40
Kecerdasan Emosional
Berdasarkan kategori rendah, sedang, dan tinggi, kecerdasan emosional remaja perempuan dan laki-laki pada penelitian ini sebagian besar lebih dari
60 masuk kategori sedang. Hal ini berarti kecerdasan emosional remaja dalam penelitian ini tergolong baik. Hasil uji independent sample t-test memperlihatkan
perbedaan yang sangat nyata antara kecerdasan emosional pada remaja perempuan dan laki-laki. Data disajikan pada Tabel 28.
Tabel 28 Sebaran kategori kecerdasan emosional remaja berdasarkan jenis kelamin
Kecerdasan Emosional Remaja Perempuan
Remaja Laki-laki Total
n n
n Rendah
≤ 50.0 4
1.9 12
7.2 16
4.3 Sedang 50.0 - 75.0
132 64.1
105 63.3
237 63.7
Tinggi 75.0 70
34.0 49
29.5 119
32.0 Total
206 100.0
166 100.0
372 100.0
Uji beda p 0.001
Keterangan: berbeda sangat nyata pada P 0.01
Dilihat lebih rinci per dimensi kecerdasan emosional, hasilnya menunjukkan bahwa dimensi kesadaran emosi diri, pengelolaan emosi, dan kemampuan
memotivasi pada remaja perempuan maupun laki-laki termasuk dalam kategori sedang. Pada dimensi kemampuan empati dan kemampuan membina hubungan,
sebagian besar remaja perempuan dan laki-laki berada dalam kategori tinggi. Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 29.
Setelah dilakukan analisis independent sample t-test pada kelima dimensi kecerdasan emosional, terdapat perbedaan yang sangat nyata pada dimensi
pengelolaan emosi dan kemampuan empati pada remaja perempuan dan laki-laki. Perbedaan ini dapat dipahami mengingat perempuan dan laki-laki memiliki cara
yang berbeda dalam mengekspresikan emosinya. Dalam penelitian ini, persentase remaja perempuan yang masuk kategori tinggi pada semua dimensi kecerdasan
emosional lebih banyak daripada remaja laki-laki.
Tabel 29 Sebaran kategori per indikator kecerdasan emosional pada siswa SMA di Kota Bogor
1. Mengenali Emosi Diri Perempuan
Laki-laki Total
n n
n Rendah
≤ 50.0 18
8.7 16
9.6 34
9.1 Sedang 50.0 - 75.0
99 48.1
83 50.0
182 48.9
Tinggi 75.0 89
43.2 67
40.4 156
41.9 Total
206 100.0
166 100.0
372 100.0
2. Mengelola Emosi Perempuan
Laki-laki Total
n n
n Rendah
≤ 50.0 23
11.2 42
25.3 65
17.5 Sedang 50.0 -75.0
117 56.8
77 46.4
194 52.2
Tinggi 75.0 66
32.0 47
28.3 113
30.4 Total
206 100.0
166 100.0
372 100.0
3. Kemampuan Memotivasi Diri
Perempuan Laki-laki
Total n
n n
Rendah ≤ 50.0
47 22.8
55 33.1
102 27.4
Sedang 50.0 - 75.0 110
53.4 73
44.0 183
49.2 Tinggi 75.0
49 23.8
38 22.9
87 23.4
Total 206
100.0 166
100.0 372
100.0 4. Kemampuan Empati
Perempuan Laki-laki
Total n
n n
Rendah ≤ 50.0
8 3.9
17 10.2
25 6.7
Sedang 50.0 - 75.0 40
19.4 61
36.7 101
27.2 Tinggi 75.0
158 76.7
88 53.0
246 66.1
Total 206
100.0 166
100.0 372
100.0 5. Kemampuan Membina
Hubungan Perempuan
Laki-laki Total
n n
n Rendah ≤ 50.0
14 6.8
19 11.4
33 8.9
Sedang 50.0 - 75.0 77
37.4 70
42.2 147
39.5 Tinggi 75.0
115 55.8
77 46.4
192 51.6
Total 206
100.0 166
100.0 372
100.0
Prestasi Belajar Tabel 30 memperlihatkan bahwa sebagian besar remaja tidak memiliki
prestasi non-akademik. Remaja laki-laki memiliki prestasi non-akademik terbanyak di bidang olahraga 31.3 dan remaja perempuan terbanyak di bidang
seni suara 15.0. Temuan ini menunjukkan bahwa para remaja belum mengoptimalkan potensi dirinya di luar bidang akademik. Sebagian besar remaja
lebih mengedepankan prestasi akademik, sehingga kurang memiliki waktu untuk mengeksplorasi bakat dan minatnya di bidang yang lain.