Efisiensi Eliminasi Polutan Warna

28

4.4. Efisiensi Eliminasi Polutan

Kemampuan koagulan alum dalam eliminasi polutan dari limbah cair dengan proses koagulasi dapat diketahui pada efisiensi eliminasi limbah cair melalui persentase perubahan atau penurunan konsentrasinya. Perhitungan efisiensi ini dapat menjadi ukuran atau pertimbangan pemakaian dosis alum pada limbah cair yang diteliti jika digunakan dalam skala besar Satterfield 2005. Polutan yang dibahas dalam efisiensi eliminasi polutan ini adalah polutan yang memiliki eliminasi konsentrasi yang signifikan yaitu konsentrasi polutan yang mengalami penurunan dari konsentrasi polutan awal.

4.4.1. Efisiensi Eliminasi Polutan Warna

Efisiensi eliminasi polutan warna adalah efisiensi perubahan konsentrasi polutan warna pada pengukuran awal setelah mengalami proses koagulasi. Gambar 5 menunjukkan bahwa koagulan alum kurang efisien dalam menurunkan konsentrasi polutan warna. Pada dosis 0 mgL efisiensi eliminasi polutan meningkat tajam dengan pencapaian tertinggi pada pH 8 40. Efisiensi ini juga menurun dengan tajam sejalan dengan makin meningkatnya pH basa. Hal ini berbeda dengan dosis 30 mgL yang memiliki efisiensi eliminasi polutan yang agak stabil karena efisiensinya pada pH 12 hanya -5 jika dibandingkan dengan efisiensi pada dosis 0 mgL dengan peningkatan sampai -25. Grafik memperlihatkan bahwa dosis alum yang ditambahkan dapat meningkatkan efisiensi eliminasi polutan meskipun tidak signifikan artinya ada peningkatan efisiensi eliminasi polutan meskipun berada di daerah negatif pada grafik. Dosis alum 0 mgL jika dibandingkan dengan dosis 20 mgL dan 30 mgL berada paling bawah di daerah grafik diikuti dengan dosis 20 mgL kemudian dosis 30 mgL dengan efisiensi tertinggi. Menurut Sawyer et al. 2003 intensitas warna meningkat sejalan dengan kenaikan pH. Hal ini memang dapat dilihat pada grafik tetapi itu berarti polutan warna tidak mengalami penurunan. Air berwarna alami adalah air yang berwarna kuning kecoklatan. Limbah cair yang masih baru biasanya berwarna coklat kelabu terang tetapi warna limbah bisa berubah menjadi lebih gelap jika berada dalam kondisi anaerobik dalam waktu lama. Warna ini disebabkan karena adanya 29 kandungan sulfida logam yang terbentuk saat sulfida bereaksi dengan logam dalam limbah Metcalf Eddy 2004. -50 -40 -30 -20 -10 10 20 30 40 50 6 8 10 12 pH E fi s ie n s i E limin a s i W a rn a Dosis Alum 0 mgL Dosis Alum 20 mgL Dosis Alum 30 mgL Gambar 5. Efisiensi eliminasi polutan warna Limbah cair yang diteliti berwarna bening kebiruan dengan pH yang sangat asam tetapi setelah pH dinaikkan maka warna limbah cair menjadi coklat. Warna bening atau jernih suatu limbah cair atau air tidak menjamin bahwa limbah cair atau air itu tidak mengandung polutan berbahaya dan beracun Suriawiria 2008. Warna coklat pada larutan diduga disebabkan oleh penambahan NaOH dan ion Al 3+ yang berada dalam larutan. Al 3+ adalah ion bebas yang mempengaruhi agregasi koloid yaitu produk hidrolisisnya Stumm Morgan 1962; Stumm O’Melia 1968, diacu dalam Metcalf Eddy 2004.

4.4.2. Efisiensi Eliminasi Polutan Perak Ag