Perak Ag Merkuri Hg Krom Cr

12

2.2.3. Warna

Warna alami air berada dalam bentuk partikel koloid bermuatan negatif sehingga penyerapan warna dapat dengan mudah dilakukan melalui koagulasi dengan penambahan garam yang mengandung ion logam trivalen seperti aluminum. Air permukaan dapat terlihat sangat berwarna karena adanya materi tersuspensi berwarna tetapi dalam kenyataannya tidak berwarna. Warna yang disebabkan materi tersuspensi merupakan warna yang bukan sebenarnya apparent color dan berbeda dari warna yang disebabkan oleh daun-daunan atau bahan organik yang berbentuk koloid sehingga disebut warna yang sebenarnya true color. Pada analisis air penting untuk membedakan warna sebenarnya dan bukan sebenarnya Sawyer et al. 2003. Dilihat dari segi estetika, konsumen pada umumnya tidak mau meminum air yang berwarna. Warna yang berasal dari bahan-bahan buangan industri kemungkinan dapat membahayakan kesehatan. Warna dalam air juga dapat menunjukkan kemungkinan hadirnya senyawa-senyawa organik yang bila dilakukan proses klorinasi terhadap air tersebut akan mengakibatkan terbentuknya kloroform. Senyawa-senyawa organik tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme akuatik Suriawiria 2008.

2.2.4. Perak Ag

Perak atau argentum Ag adalah logam berwarna putih. Perak ditemukan pada industri alloy, keramik, gelas, fotografi, cermin dan cat rambut. Perak akan menjadi sangat korosif bila terikat pada nitrat. Senyawa perak berbentuk debu dapat menimbulkan iritasi kulit dan terakumulasi di dalam berbagai organ bila masuk ke dalam tubuh sehingga menimbulkan pigmentasi kelabu atau penghitaman kulit yang disebut argyria. Pigmentasi ini bersifat permanen karena tubuh tidak dapat mengekskresikannya Slamet 2006. 13

2.2.5. Merkuri Hg

Merkuri merupakan satu-satunya logam berbentuk cair pada suhu ruang. Kadar merkuri di kulit bumi adalah 0,1 – 1 ppm. Merkuri mempunyai tiga valensi yaitu valensi 0, I dan II. Merkuri memiliki beberapa bentuk tetapi bentuk utamanya adalah HgS cinnabar yang stabil. Unsur merkuri dalam bentuk cinnabar dapat mengalami oksidasi dan mengeluarkan uap merkuri. Merkuri dalam bentuk senyawa organik dan anorganik bersifat sangat toksik Landis Yu 2004; Notodarmojo 2005; Eisler 2006. Hg anorganik dapat berubah menjadi organik dan sebaliknya karena terjadi interaksi dengan mikroba. Genus Pseudomonas dan Neurospora dapat mengubah Hg anorganik menjadi organik. Staphylococcus aureus dapat mereduksi Hg 2+ menjadi unsur Hg Slamet 2006.

2.2.6. Krom Cr

Krom adalah logam kelabu yang keras, ditemukan pada industri gelas, logam, fotografi dan pelapisan logam. Krom dalam bentuk unsur sebenarnya tidak beracun tetapi bila berada dalam bentuk senyawa maka sangat iritan dan korosif sehingga menimbulkan ulcus yang dalam pada kulit dan selaput lendir. Inhalasi krom dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung. Di dalam paru-paru, krom dapat menimbulkan kanker Slamet 2006. Di dalam air, krom terlarut berada dalam bentuk kromat [CrVI] dan dalam bentuk trivalen [CrIII] terhidrolisis seluruhnya dalam air dan krom tersebut mengendap sebagai hidroksida sehingga kandungan kromium dalam larutan hanya tertinggal sedikit. Krom III tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Krom digunakan secara ekstensif dalam industri untuk membuat campuran logam, kaca pembesar, katalis, krom oksida dan garam kromat. Krom oksida digunakan untuk memproduksi asam kromat dam industri pelapisan logam. Garam kromat digunakan pada cat dan menghasilkan larutan pembersih di laboratorium. Keracunan kromat dapat menyebabkan kelainan kulit dan kerusakan hati bahkan menyebabkan kanker karsinogen Sawyer et al. 2003. 14

2.3. Alum

Koagulan yang paling populer dalam aplikasi pengolahan limbah adalah aluminum sulfat atau alum yang dapat diperoleh dalam bentuk cairan atau padat. Alum adalah suatu garam yang bila dimasukkan ke dalam cairan akan menghasilkan endapan aluminum hidroksida. Alum bersifat amfoter artinya dapat larut dalam basa dan asam kuat Eckenfelder 2000; Sawyer et al. 2003. Menurut Eckenfelder 2002, reaksi yang terjadi ketika alum dimasukkan ke dalam air adalah : Al 2 SO 4 3 + 6H 2 O → 2AlOH 3 + 3H 2 SO 4 Menurut Chang 2002, AlOH 3 bereaksi dengan asam dan basa dengan reaksi sebagai berikut : AlOH 3s + 3H + aq → Al 3+ aq + 3H 2 O l AlOH 3s + OH - aq ↔ AlOH 4 - aq Tingginya kelarutan AlOH 3 dalam medium basa adalah hasil dari pembentukan ion kompleks AlOH 4 - karena AlOH 3 bertindak sebagai asam Lewis dan OH - sebagai basa Lewis. Menurut Sawyer et al. 2003 kemampuan alum untuk larut dalam basa dan asam kuat merupakan hal yang penting dalam koagulasi karena ion pada alum, basa dan asam kuat bereaksi membentuk kompleks ion yang bertambah atau berkurang karena penambahan basa dan asam kuat sampai reaksi menjadi netral dan terbentuk endapan. Reaksi yang terjadi pada ion Al 3+ dan OH - adalah : Al 3+ + OH - ↔ AlOH 2+ AlOH 2+ + OH - ↔ AlOH 2 + AlOH 2 + + OH - ↔ AlOH 3aq AlOH 3 + OH - ↔ AlOH 4 - Konsentrasi OH - rendah ketika dalam kondisi asam dan ion yang berada dalam larutan adalah ion positif yaitu Al 3+ dan AlOH 4 + dan jika dalam kondisi basa maka konsentrasi OH - akan bertambah sehingga ion ini akan menambah jumlah ion kompleks alum sampai muatan ion menjadi netral dan terbentuk ion AlOH 3 yang kemudian mengendap dalam larutan. Basa yang terus menerus ditambahkan akan meningkatkan konsentrasi OH - dalam larutan sehingga terbentuk ion negatif AlOH 4 - yang mudah larut.