32
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
6 8
10 12
pH E
fi s
ie n
s i E
lim in
asi C r
Dosis Alum 0 mgL Dosis Alum 20 mgL
Dosis Alum 30 mgL
Gambar 8. Efisiensi eliminasi polutan Cr
4.5. Perubahan Konsentrasi Polutan dalam Limbah Cair setelah Koagulasi
Perubahan konsentrasi polutan dalam limbah cair yang diteliti adalah perubahan konsentrasi polutan dalam limbah cair sesudah diberi perlakuan pH dan
dosis alum berbeda. Polutan yang dibahas pada topik ini adalah semua polutan pada pengukuran awal untuk mengetahui semua perubahan yang terjadi pada
semua polutan tersebut setelah dilakukan proses koagulasi. Hasil pengukuran kadar polutan setelah koagulasi dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.5.1. Kekeruhan
Kekeruhan yang diukur pada penelitian ini adalah kekeruhan yang disebabkan oleh koloid yang ada pada limbah cair laboratorium sehingga harus
dihilangkan dengan proses koagulasi karena koloid tersebut tidak dapat dihilangkan dari cairan dengan pengendapan konvensional.
Berdasarkan hasil sidik ragam diperoleh bahwa pH dan dosis tidak berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi kekeruhan. Gambar 9 menunjukkan
perubahan kekeruhan setelah diberi perlakuan pH dan dosis alum berbeda. Kekeruhan awal yang diukur sebelum perlakuan adalah 2 NTU. Kekeruhan sama
sekali tidak mengalami penurunan, kecuali pada pH 6. Dengan dosis 30 mgL kekeruhan limbah cair pada pH 6 turun menjadi 1,5 NTU. Pada pH 10 dengan
33 dosis 30 mgL konsentrasinya tetap atau sama dengan konsentrasi awal yaitu 2
NTU.
2 4
6 8
10 12
14
6 8
10 12
pH K
eker u
h an
N T
U
Dosis Alum 0 mgL Dosis Alum 20 mgL
Dosis Alum 30 mgL
Gambar 9. Kekeruhan setelah koagulasi Kekeruhan yang tinggi yang berbeda dengan konsentrasi awal dapat
disebabkan oleh kandungan bahan-bahan kimia yang terlarut dalam larutan sehingga koagulan tidak dapat menurunkan konsentrasi awal sebesar 2 NTU. Pada
pH 12 yang sangat basa yang berarti alkalinitas tinggi karena penambahan NaOH terjadi penetralan muatan sehingga larutan menjadi keruh. Asam dan basa kuat
yang dicampurkan dalam larutan menyebabkan terjadinya penetralan muatan tersebut. Harga pH tergantung pada konsentrasi asam atau basa yang ditambahkan
pada larutan artinya jika larutan dalam keadaan asam maka pH menjadi rendah, sedangkan jika dalam keadaan basa maka pH larutan menjadi tinggi Rivai 1995.
4.5.2. Padatan Tersuspensi Total
Padatan tersuspensi yang diukur dalam penelitian ini adalah padatan tersuspensi yang disebabkan oleh kandungan berbagai bahan kimia yang ada pada
limbah cair laboratorium yang berasal dari reagen atau zat kimia yang digunakan pada analisis COD.
Berdasarkan sidik ragam diperoleh bahwa faktor pH yang berpengaruh dalam koagulasi dan setelah dilanjutkan dengan uji Duncan diperoleh bahwa pH
12 berbeda nyata dengan pH 6 dan pH 10. Gambar 10 menunjukkan bahwa konsentrasi awal padatan tersuspensi total 3 mgL tidak mengalami penurunan
sama sekali. Hasil uji Duncan yang diperoleh hanya menunjukkan bahwa
34 konsentrasi padatan tersuspensi total tertinggi berada pada pH 12 sedangkan pada
pH 6 dan pH 10 konsentrasi padatan tersuspensi total hampir sama. Kecenderungan ini dapat dilihat pada pH 12 dan dosis 30 mgL dengan
konsentrasi padatan tersuspensi total sebesar 37 mgL. Keadaan ini berbeda dengan yang diharapkan yaitu bahwa dengan koagulasi, konsentrasi padatan
tersuspensi total awal dapat mengalami penurunan. Hal ini dapat disebabkan karena adanya penambahan berbagai bahan kimia selama koagulasi yang
menambah jumlah padatan tersuspensi dalam larutan yang tidak menurunkan konsentrasi padatan tersuspensi tetapi makin menambah konsentrasinya dan selain
itu pada pH 12 diduga terjadi penetralan muatan karena reaksi berbagai bahan kimia pada pH yang sangat basa sehingga bahan-bahan kimia yang ada dalam
larutan tidak mengendap tetapi larut kembali Sawyer et al. 2003.
5 10
15 20
25 30
35 40
6 8
10 12
pH P
a d
a ta
n Te
rs us
p e
ns i To
ta l
m g
L
Dosis Alum 0 mgL Dosis Alum 20 mgL
Dosis Alum 30 mgL
Gambar 10. Konsentrasi padatan tersuspensi total setelah koagulasi
4.5.3. Warna