2.1.2 Klasifikasi Lansia
Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia dalam Mariam, dkk 2008 lansia dibagi menjadi lima klasifikasi yaitu:
3
a. Pralansia prasenilis, seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun keatas,
c. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. d.
Lansia potensial, seseorang yang masih mampu melakukan pekerjaan dan mampu melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang atau jasa.
e. Lansia tidak potensial, seseorang yang tidak berdaya mencari nafkah , sehingga
hidupnya bergantung pada orang lain. World Health Organization mengklasifikasikan lansia menjadi empat
kelompok yaitu: middle age 45 – 49 tahun, elderly 60-74 tahun, old 75-79 tahun, very old diatas 90 tahun. Sementara di Indonesia batas dari umur lansia adalah 60
tahun keatas.
24
2.2 Perubahan Jaringan Rongga Mulut Pada Pasien Lansia
Perubahan pada struktur orofasial akibat pertambahan usia mempunyai peranan yang penting dalam perawatan pasien lansia. Beberapa perubahan ini
membuat prosedur klinis tertentu menjadi lebih sulit dan akan mempengaruhi prognosisnya, terutama berlaku pada perawatan prostodonsia. Beberapa perubahan
jaringan rongga mulut yang diakibatkan oleh penuaan diantaranya:
27,28
a. Perubahan tulang rahang dan tulang alveolar Pada lansia terutama wanita makin banyak proporsi tulang kortikal yang
dipenuhi oleh pusat resorpsi, terutama dekat permukaan endosteum. Faktor tambahan pada kerusakan tulang karena usia, hal ini disebabkan ketidakseimbangan antara
resorpsi dan penggantian tulang pada sistem Haversian. Penuaan juga mempengaruhi struktur internal tulang yaitu terjadi penurunan ketebalan kortikal yang lebih besar
pada wanita daripada pria. Selain itu tulang biasanya lebih rapuh dengan
Universitas Sumatera Utara
meningkatnya jumlah fraktur mikro dari trabekula yang tipis yang sembuh dengan lambat karena remodeling yang melemah. Juga ada peningkatan porositas tulang yang
terutama diakibatkan oleh meningkatnya ruangan vascular.
28
Tulang alveolar juga mengalami perubahan berupa hilangnya mineral tulang secara umum oleh karena usia melalui resorpsi matriks tulang. Proses ini dapat
dipercepat oleh tanggalnya gigi, penyakit periodontal, protesa yang tidak adekuat, dan karena menderita penyakit sistemik. Penurunan yang hebat dari tinggi alveolar
seringkali merupakan akibat pemakaian gigitiruan lengkap dalam jangka waktu yang panjang. Di duga bahwa resorpsi alveolar merupakan akibat yang tidak bisa dihindari
dari pemakaian gigitiruan. Pemakaian gigitiruan mempunyai potensi untuk membebani dan merusak tulang alveolar di bawahnya.
28
Resorbsi yang berlebihan dari tulang alveolar mandibula menyebabkan foramen mentale mendekati puncak linggir alveolar. Puncak tulang alveolar yang
mengalami resorbsi berbentuk konkaf atau datar dengan akhir seperti ujung pisau. Resorbsi berlebihan pada puncak tulang alveolar mengakibatkan bentuk linggir yang
datar akibat hilangnya lapisan kortikalis tulang.
29
Secara umum bentuk tulang alveolar ada tiga macam, yaitu bentuk “U” bila permukaan labial atau bukal sejajar dengan permukaan lingual atau palatal, bentuk
“V” bila puncak tulang sempit dan tajam seperti pisau dan bentuk “bulbous” bila melebar pada puncak dan berleher sehingga dapat menimbulkan gerong.
30,31
Resorbsi linggir alveolar sudah banyak dikemukakan dalam teori-teori dan hasil penelitian. Penelitian
Kalk dan Baat dalam Felton, 2011 juga menyatakan ada Gambar 1. Bentuk tulang alveolar “U” kiri, bentuk
tulang alveolar “V” tengah dan bentuk tulang alveolar “bulbous” kanan.
30,31
Universitas Sumatera Utara
hubungan langsung antara lamanya kehilangan gigi dengan resorbsi tulang.
18
Menurut Atwood dalam Linda, 2009 kecepatan resorbsi tulang alveolar bervariasi antar individu. Resorbsi paling besar terjadi pada enam bulan pertama sesudah
pencabutan gigi anterior atas dan bawah. Pada rahang atas, sesudah 3 tahun, resorbsi sangat kecil dibandingkan rahang bawah.
29
b. Perubahan pada sendi temporomandibula TMJ Penelitian tentang otot-otot penutupan mulut menunjukan perpanjangan fase
kontraksi sejalan dengan usia, menunjukan perubahan umum dari otot atau hilangnya serabut otot untuk pergerakan mandibula berkaitan dengan pertambahan usia. Hal ini
dapat menyebabkan munculnya gangguan TMJ yang biasanya ditandai dengan adanya suara kliking saat membuka rahang, rasa nyeri pada saat membuka mulut,
adanya rasa tidak nyaman ketika mengunyah, kepala terasa sakit dan adanya pergeseran deviasi pembukaan mulut.
32
Disamping itu adanya reduksi lebih lanjut pada ketebalan otot rahang yang lebih banyak ditemukan pada orang yang tidak
bergigi dibandingkan dengan yang masih bergigi, juga membuktikan bahwa tingkat tekanan kunyah berkurang pada pasien yang gigi geligi aslinya sudah diganti dengan
gigitiruan.
28
c. Perubahan kelenjar saliva dan aliran saliva Kelenjar saliva berfungsi memproduksi saliva untuk mempertahankan
kesehatan mulut. Pertambahan usia menyebabkan perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva.
29,31
Fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan tersebut merupakan suatu keadaaan normal pada proses penuaan manusia. Lansia
mengeluarkan jumlah saliva yang lebih sedikit pada keadaan istirahat, saat berbicara, maupun saat makan. Keluhan berupa xerostomia atau mulut kering sering ditemukan
pada orang tua daripada orang muda yang disebabkan oleh perubahan karena usia pada kelenjar itu sendiri. Berdasarkan penelitian terjadinya degenerasi epitel saliva,
atrofi, hilangnya asini dan fibrosis terjadi dengan frekuensi dan keparahan yang meningkat dengan meningkatnya usia. Secara umum dapat dikatakan bahwa saliva
nonstimulasi istirahat secara keseluruhan berkurang volumenya pada usia tua.
Universitas Sumatera Utara
Xerostomia juga dapat disebabkan oleh pemakaian obat-obatan oleh pasien, biasanya untuk mengatasi keluhan pencernaan, depresi, atau insomnia.
27,28
Pengurangan aliran saliva ini juga akan mengganggu retensi jika dibuatkan gigitiruan, karena mengurangi ikatan adhesi saliva diantara dasar gigitiruan dan
jaringan lunak dan menyebabkan iritasi mukosa. Keadaan ini menyebabkan kemampuan pemakaian gigitiruan berkurang sehingga kemampuan mengunyah
berkurang, kecekatan gigitiruan berkurang, kepekaan pasien terhadap gesekan- gesekan dari gigitiruan bertambah.
29,31
d. Perubahan mukosa mulut Pertambahan usia menyebabkan sel epitel pada mukosa mulut mengalami
penipisan, berkurangnya keratinisasi, berkurangnya kapiler dan suplai darah, penebalan serabut kolagen pada lamina propia.
28,29
Berkurangnya ketebalan mukosa bervariasi, hal ini juga akan menyebabkan berkurangnya kemampuan mukosa dalam
menerima tekanan. Secara umum mukosa memiliki kompresibilitas normal sebesar 2 mm.
31
Akibat dari klinis mukosa mulut tersebut terlihat kondisi yang lebih pucat, tipis kering, dengan proses penyembuhan yang melambat.
30
Hal ini menyebabkan mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi mekanis, kemis dan bakteri. Atropi umum dapat
dikaitkan dengan menurunnya output estrogen karena menopause.
28
Mukosa yang sehat memiliki warna merah muda, namun adanya warna kemerahan yang mencolok pada mukosa menandakan terjadinya suatu inflamasi. Hal
ini bisa saja disebabkan oleh merokok, adanya infeksi atau penyakit sistemik dan bisa juga disebabkan oleh karena rasa sakit dari pemakaian gigitiruan pada lansia.
Radang mukosa dapat dikaitkan dengan kekurangan vit. B12, riboflavin dan zat besi pada diet
pasien lanjut usia. Kekurangan vit. C dapat menyebabkan lambatnya penyembuhan luka, kerapuhan kapiler dan perdarahan serta pembengkakan pada gingiva.
29
Perubahan mukosa akibat proses penuaan pada penggunaan gigitiruan digambarkan sebagai batas patologis tetapi tanpa peradangan klinis yang nyata,
penurunan ketebalan mukosa biasa terjadi pada mukosa pendukung gigitiruan.
32
Wanita pemakai gigitiruan mempunyai mukosa yang lebih tipis daripada pria
Universitas Sumatera Utara
pemakai gigitiruan dan menunjukkan predisposisi yang lebih besar terhadap kerusakan mukosa.
27,28
e. Perubahan lidah pengecapan Adanya atrofi lidah pada lansia menyebabkan lidah menjadi halus karena
kehilangan papila, mengkilat atau merah dan meradang. Bermacam-macam gejala dapat terjadi pada mukosa lidah dengan keluhan-keluhan nyeri, panas atau sensasi
rasa yang berkurang. Sensasi ini biasanya pada orang usia lanjut dan pada wanita pasca menopause. Besarnya lidah mungkin tidak kaitannya dengan usia, tetapi
hilangnya gigi dapat menyebabkan lidah melebar karena perkembangan yang berlebihan dari bagian otot intrinsik lidah. Munculnya kebiasaan mendorong lidah
yang berkaitan dengan ketegangan saraf dan dengan upaya pengendalian gigitiruan juga menyebabkan nyeri pada lidah.
27,28
2.3 Kehilangan Gigi Keseluruhan