Pengukuran Kualitas Hidup Kualitas Hidup

Penelitian yang dilakukan Adam 2006 juga didapati kualitas hidup pensiunan meningkat dari semua domain OHRQoL kecuali pada keterbatasan sosial dan handicap. Sedangkan kualitas hidup rendah terjadi pada pengangguran terutama pada domain keterbatasan fungsional dan rasa sakit fisik. 6 e. Status perkawinan Singh dkk 2012 melaporkan pemakai GTP pada kelompok yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan merasa puas terhadap gigitiruan mereka, sedangkan kelompok janda duda memiliki kualitas hidup yang rendah, hal ini disebabkan karena psikologis yang murung sehingga mereka juga merasa tidak puas terhadap perawatan gigitiruan yang dilakukan. 40 Penelitian Emami dkk 2009 didapatkan pasien yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkann janda duda. 42 f. Penghasilan Adam 2006 melaporkan pada pemakai GTP yang memiliki penghasilan tinggi memiliki kualitas hidup yang lebih baik, sedangkan kualitas hidup terendah didapati keterbatasan sosial dan handicap pada pemakai GTP yang tidak mempunyai penghasilan sama sekali. 6 Singh juga mengatakan bahwa pasien dengan penghasilan tinggi memiliki tingkat kepuasan yang lebih baik dibandingkan pasien yang memiliki penghasilan rendah terkait dengan motivasi perawatan, hal ini juga akan mempengaruhi kualitas hidup pasien tersebut. 40 g. Hubungan dengan orang lain Beberapa peneliti mengatakan bahwa pada saat kebutuhan akan hubungan dekat dengan orang lain terpenuhi, baik melalui hubungan pertemanan yang saling mendukung maupun melalui pernikahan, manusia akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik secara fisik maupun emosional. 39

2.5.3 Pengukuran Kualitas Hidup

Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan, beberapa diantaranya adalah: 6,43 a. Sosial Impact of Dental Disease SIDD Universitas Sumatera Utara Instrumen SIDD dikenalkan oleh Cushing, dkk pada tahun 1986. Instrumen ini berfokus pada lima kategori dampak sosial dari penyakit mulut. Kategori ini meliputi fungsi makan, fungsi interaksi sosial, kenyamanan, kesejahteraan dan estetika. Setiap kategori terdiri dari 2-6 item dan sebuah nilai positif dari satu item maka akan dicetak sebagai positif bagi seluruh kategori. 6,43 b. Geriatric Oral Health Assessment Index GOHAI Instrumen ini pertama kali dikenalkan oleh Atchison dan Dolan pada tahun 1990. Instrumen ini terdiri dari 12 item untuk mengevaluasi status fungsi, rasa sakit, ketidaknyamanan, rasa khawatir, ketidakmampuan mengunyah dan menelan serta fungsi sosial. GOHAI memiliki validitas dan reabilitas dan sangat berkorelasi dengan status kesehatan gigi dan jumlah gigi. Korelasi juga sangat lemah terhadap mobilitas gigi, karies akar, karies koronal dan sejumlah kondisi patologis lainnya. 6,43 c. Dental Impact Profile DIP Instrument ini dikenalkan oleh Strauss dan Hunt pada tahun 1993. DIP terdiri dari 25 item dengan 4 subskala untuk menilai efek dari gigi atau rongga mulut saat makan, kesehatan dan kesejahteraan serta hubungan sosial. Instrument ini sangat sederhana dan mudah digunakan untuk mengetahui bagaimana gigi alami dan gigi tiruan memiliki korelasi positif atau negatif terhadap sosial, psikologis dan fungsi biologis dari kualitas hidup. 6,43 d. Oral Impact on Daily Performance OIDP Instrumen ini dikenalkan oleh Adulyanon dan Sheiham pada tahun 1997. Instrument ini terdiri dari 8 item yang meliputi fisik, psikologi dan sosial makan dan menikmati makanan, berbicara dan mengucapkan kata-kata, tertawa, senyum, peranan sosial, dan sosialisasi dengan orang lain. Penilaian skor OIDP dilakukan dengan menjumlahkan total skor yang didapatkan. Instrument OIDP sangat mudah diterapkan pada suatu populasi yang besar dalam waktu yang singkat. 6,43 e. Oral Health Impact Profile OHIP Instrumen Oral Health Impact Profile OHIP merupakan socio dental indicators yang menggunakan indeks yang telah diberi bobot untuk mengukur dampak sosial dari kelainan rongga gigi dan mulut. Indeks ini memuat 7 skala Universitas Sumatera Utara penting, yaitu : keterbatasan fungsi, nyeri fisik, ketidaknyamanan psikososial, ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikis, ketidakmampuan sosial dan handicap ketidakmampuan bekerja. 6,21 Tujuan dari OHIP adalah untuk memberikan ukuran dampak gangguan kesehatan mulut terhadap kehidupan sosial dan menggambarkan kaitan gangguan kesehatan mulut terhadap kehidupan sosial secara teoritis. Masalah kesehatan mulut yang dapat menyebabkan rasa sakit akan berdampak pada kesejahteraan individu, sehingga secara signifikan mengurangi kualitas hidup dan meningkatkan beban masyarakat. 21 OHIP yang dikembangkan oleh Slade GD dan Spencer AJ pada tahun 1994, terdiri dari 49 butir pertanyaan yang berhubungan dengan tujuh dimensi, dimana tujuh dimensi tersebut merupakan dampak akibat kelainan gigi dan mulut yang nantinya akan mempengaruhi kualitas hidup. Tahun 1997, Slade GD menyederhanakan OHIP yang terdiri dari 49 butir pertanyaan OHIP-49 menjadi OHIP dengan 14 butir pertanyaan OHIP-14. OHIP-14 terdiri 14-item kuesioner Gambar 2. Bagan mekanisme suatu gangguan mulut yang dapat menyebabkan Keterbatasan Impairment, Ketidakmampuan Disability dan Handicap. Lokers, 1988. 21 Universitas Sumatera Utara yang dirancang untuk mengukur fungsional keterbatasan, ketidaknyamanan dan cacat dikaitkan dengan kondisi mulut, hal ini berasal dari versi asli dari 49-item didasarkan pada model teoritis yang dikembangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan disesuaikan untuk kesehatan mulut dengan Locker Dalam model ini konsekuensi penyakit mulut secara hirarki terhubung dari tingkat biologis penurunan ke level perilaku batasan fungsional, ketidaknyamanan dan cacat dan terakhir ke tingkat sosial cacat. Penelitian ini dilakukan di Australia Selatan dan menggunakan 1217 sampel. 6,21 OHIP-14 ini juga berhubungan dengan tujuh dimensi keterbatasan fungsi, rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikis, ketidakmampuan sosial, dan handicap dimana setiap dimensi terdiri dari dua pertanyaan, dan munggunakan lima skala likert yaitu : 0 = tidak pernah, 1 = sangat jarang, 2 = kadang-kadang, 3 = sering dan 4 = sangat sering. Total skor yang tinggi menunjukkan kualitas hidup yang rendah begitu pula sebaliknya. 7,21 Tiap dimensi juga terdiri dari dua pertanyaan. Versi yang dipersingkat memiliki tingkat kepercayaan reliabilitas dan validitas yang sama dengan versi aslinya dan merupakan alat yang tepat untuk analisis statistika yang berhubungan dengan efek kesehatan mulut terhadap kualitas hidup seseorang. Keuntungan dari OHIP ini adalah pertanyaan yang menyeluruh; ketujuh dimensi yang berbeda dapat mencakup dan menunjukkan dengan tepat keseluruhan lingkup yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang. 7 Instrumen ini mendeteksi dampak fungsional dan sosial atau emosional pada kualitas hidup pasien dengan atau tanpa GTP. 7,21 Kualitas kesehatan oral yang berhubungan dengan indikator hidup semakin digunakan untuk mengukur dampak dari kondisi lisan pada kualitas hidup untuk melengkapi data klinis dalam studi cross- sectional dan longitudinal. Ariani dkk dalam Kusdhany 2011 juga menganjurkan OHIP-14 digunakan pada populasi lansia di Indonesia. 35 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

2.6 Landasan Teori

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tentang Anestetikum Lokal

6 75 49

Hubungan Lama Pemakaian dan Karakteristik Pasien Terhadap Kebersihan Gigitiruan Penuh Yang Dibuat Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU

0 7 102

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Standard Precautions Operator Sebelum Tindakan Perawatan Gigi di RSGMP FKG USU

0 9 76

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Standard Precautions Operator Sebelum Tindakan Perawatan Gigi di RSGMP FKG USU

2 8 13

Hubungan Pemakaian dan Karakteristik Pasien Terhadap Kebersihan Gigitiruan Penuh Yang Dibuat Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU

0 1 15

Hubungan Pemakaian dan Karakteristik Pasien Terhadap Kebersihan Gigitiruan Penuh Yang Dibuat Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU

0 0 3

Hubungan Lama Pemakaian dan Karakteristik Pasien Terhadap Kebersihan Gigitiruan Penuh Yang Dibuat Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU

0 0 34

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia - Kualitas Hidup Lansia Pemakai Gigitiruan Penuh yang Dibuat Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU Tahun 2013

0 1 19

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Kualitas Hidup Lansia Pemakai Gigitiruan Penuh yang Dibuat Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU Tahun 2013

0 0 7

Kualitas Hidup Lansia Pemakai Gigitiruan Penuh yang Dibuat Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Prostodonsia RSGMP FKG USU Tahun 2013

0 1 13