2.5 Kualitas Hidup
Istilah kualitas hidup digunakan secara luas dalam berbagai konteks yang berhubungan dengan dampak penyakit dan kesehatan serta pengalaman pribadi.
Kualitas hidup lansia secara optimum dapat dicapai tidak hanya dengan memperhatikan kesehatan umum, tetapi juga mempertimbangkan kesehatan mulut.
Menurut kebijakan dari program WHO kesehatan mulut merupakan bagian integral
dari kesehatan umum dan termasuk kedalam salah satu faktor penentu kualitas hidup.
Demikian pula dokter gigi telah menggunakan istilah kualitas hidup terkait kesehatan untuk menggambarkan dampak kesehatan mulut pada pengalaman pribadi
pasien.
35
2.5.1 Pengertian Kualitas Hidup
Menurut Campbell 1976 kualitas hidup merupakan perasaan subjektif seseorang mengenai kesejahteraan dirinya, berdasarkan pengalaman hidupnya saat ini
secara keseluruhan.
36
Felce dan Perry 1995 juga menyebutkan tiga komponen dalam pengukuran kualitas hidup yakni komponen objektif, komponen subjektif, dan
komponen kepentingan. Komponen objektif berkaitan dengan data atau observasi objektif pada berbagai aspek kehidupan, komponen subjektif merupakan kepuasan
individu terhadap berbagai aspek kehidupannya dan komponen kepentingan merupakan bobot kepentingan dari berbagai aspek kehidupan terhadap masing-
masing individu. Dari komponen subjektif dan komponen kepentingan kualitas hidup saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Sedangkan perubahan
komponen objektif yang berupa perubahan kondisi objektif dari berbagai aspek kehidupan dapat mempengaruhi perubahan pada komponen subjektf maupun
komponen kepentingan dari kualitas hidup.
37,38
Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa kualitas hidup adalah kepuasan subjektif individu mengenai kondisi kehidupannya saat ini pada beberapa aspek
kehidupan yang penting baginya.
38
2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Universitas Sumatera Utara
Berbagai penelitian mengenai kualitas hidup menemukan beberapa faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Faktor-faktor yang didapatkan oleh para
peneliti ini tidak selalu sama antara satu dengan yang lain. Berikut merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup, diantaranya:
39
a. Jenis kelamin gender
Singh dkk 2012 melaporkan laki-laki yang memakai GTP memiliki kualitas kepuasan lebih baik dari perempuan dalam hal pengunyahan, penampilan, pidato dan
kesehatan sehingga merasa kualitas hidupnya juga lebih meningkat.
40
Chavers dkk 2002 dalam Adam 2006 juga melaporkan bahwa perempuan yang memakai GTP
memiliki kualitas hidup yang rendah, hal ini dapat dilihat dari skor OHIP yang tinggi pada keterbatasan fungsi jika dibandingkan dengan laki-laki.
6
b. Usia
Adam 2006 melaporkan bahwa pasien GTP dibawah 60 tahun memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan dengan pasien yang berumur diatas 60
tahun yang memiliki gangguan pada fungsional dan psikologis.
6
Penelitian Hussain juga mengatakan ada hubungan signifikan antara usia dengan kualitas hidup dalam
domain ketidaknyamanan psikososial, ketidaknyamanan fisik dan keterbatasan fungsi.
22
Hasil penelitian Amjad dkk 2009 juga didapat lansia dengan usia 60 tahun memiliki gangguan kualitas hidup, karena adanya rasa sakit dan gangguan ketika
makan atau bicara ketika memakai GTP.
41
c. Pendidikan
Chavers dkk 2002 juga mengatakan orang yang tidak lulus sekolah tinggi kualitas hidupnya lebih rendah karena sering merasa sakit saat memakai gigitiruan
dibandingkan dengan yang lulus sekolah tinggi.
6
Singh dalam penelitiannya mengatakan bahwa pasien dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki
kualitas hidup dan tingkat kepuasan yang lebih baik terhadap gigitiruannya dibandingkan pasien dengan tingkat pendidikan rendah karena pasien dengan tingkat
pendidikan tinggi lebih mengerti instruksi perawatan dan batas pemakaian GTP sehari-hari.
40
d. Pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan Adam 2006 juga didapati kualitas hidup pensiunan meningkat dari semua domain OHRQoL kecuali pada keterbatasan sosial
dan handicap. Sedangkan kualitas hidup rendah terjadi pada pengangguran terutama pada domain keterbatasan fungsional dan rasa sakit fisik.
6
e. Status perkawinan
Singh dkk 2012 melaporkan pemakai GTP pada kelompok yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan merasa puas terhadap gigitiruan mereka,
sedangkan kelompok janda duda memiliki kualitas hidup yang rendah, hal ini disebabkan karena psikologis yang murung sehingga mereka juga merasa tidak puas
terhadap perawatan gigitiruan yang dilakukan.
40
Penelitian Emami dkk 2009 didapatkan pasien yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih baik
dibandingkann janda duda.
42
f. Penghasilan
Adam 2006 melaporkan pada pemakai GTP yang memiliki penghasilan tinggi memiliki kualitas hidup yang lebih baik, sedangkan kualitas hidup terendah
didapati keterbatasan sosial dan handicap pada pemakai GTP yang tidak mempunyai penghasilan sama sekali.
6
Singh juga mengatakan bahwa pasien dengan penghasilan tinggi memiliki tingkat kepuasan yang lebih baik dibandingkan pasien yang memiliki
penghasilan rendah terkait dengan motivasi perawatan, hal ini juga akan mempengaruhi kualitas hidup pasien tersebut.
40
g. Hubungan dengan orang lain
Beberapa peneliti mengatakan bahwa pada saat kebutuhan akan hubungan dekat dengan orang lain terpenuhi, baik melalui hubungan pertemanan yang saling
mendukung maupun melalui pernikahan, manusia akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik secara fisik maupun emosional.
39
2.5.3 Pengukuran Kualitas Hidup