memintakan maaf atas kesalahan Bathara Guru dan Bathara Kresna kepada Ki Semar Badranaya.
4.1.2.6 Keputusan Tahap keputusan merupakan tahap di mana persoalan telah memperoleh
penyelesaiaannya. Pada tahap ini konflik telah berakhir karena telah dicari jalan keluarnya. Dalam lakon ini tahap keputusan terjadi pada adegan ke-28, yaitu
ketika Sang Hyang Padawenang datang dan marah kepada Bathara Guru. Beliau menyuruh Bathara Guru dan Bathara Kresna untuk ikut ke kayangan guna
mendapat pelajaran dari Sang Hyang Padawenang. Seperti kutipan di bawah ini.
Adegan : 28
Tempat : Pedhukuhan Karang Kapulutan
Pathet : Manyura
SANG HYANG PADAWENANG MEMAAFKAN BATHARA GURU SANG HYANG PADAWENANG
He, Guru. ‘He, Guru.’
BATHARA GURU
Kula Kulun. ‘Saya Kulun.’
SANG HYANG PADAWENANG
Dina iki kita kulun paring pangapura, ning kabeh tingkah laku kita kang kaya mengkono mau kudu kok ilangi. Ora kena kok baleni.
‘Hari ini kamu kulun beri maaf, tetapi semua tingkah lakumu yang seperti itu harus kamu hilangkan. Tidak boleh kamu ulangi.
’
BATHARA GURU Nuwun ngestokaken dhawuh.
‘Saya melaksanakan perintah.’
Semar Mbangun Kayangan Disk 8
Kutipan dialog di atas menceritakan Sang Hyang Padawenang yang telah memaafkan Bathara Guru dan Menyuruh Bathara Guru untuk tidak mengulangi
lagi perbuatannya. Bathara Guru berjanji kepada Sang Hyang Padawenang untuk tidak akan mengulangi perbuatannya.
KI SEMAR BADRANAYA MEMAAFKAN BATHARA KRESNA BATHARA KRESNA
Kakang Semar, aku sing nyuwunke pangapura. ‘Kakang Semar, saya minta maaf.’
KI SEMAR BADRANAYA
Mpun. Mboten dadi napa. Mugi-mugi seklimah saking pukulun padawenang wau minangka dados kekancingipun Gusti Nata Dwarawati.
‘Sudah. Tidak apa-apa. Semoga sedikit dari Pukulun Padawenang tadi bisa menjadi kunci bagi Gusti Nata Dwarawati.
’ Semar Mbangun Kayangan Disk 8
Kutipan dialog di atas mengisahkan Ki Semar Badranaya yang memaafkan semua yang telah dilakukan oleh Bathara Kresna kepadanya. Ki Semar Badranaya
berharap Bathara Kresna bisa melaksanakan pesan-pesan dari Sang Hyang Padawenang.
Setelah menguraikan lakon Semar Mbangun Kayangan dalam beberapa tahap, yaitu tahap eksposisi, konflik, komplikasi, krisis, resolusi, dan keputusan
maka dapat digambarkan melalui grafik berikut.
24 27 20
9 17 26 5 19
12 21 25
8 10 18 4 5 16 2223
13 28 67 11 1415
3 1
pathet nem pathet sanga
pathet manyura
Keterangan: 1.
Tahap Eksposisi atau Pengenalan, terjadi pada janturan pada awal adegan pertama. Tahap ini memaparkan Kraton Ngamarta yang subur dengan
tanaman yang tampak hijau serta harga sandang pangan yang murah. Diceritakan juga banyak saudagar yang berlayar mulai pagi sampai pagi lagi.
Adaanya saudagar-saudagar itu yang membuat Kraton Ngamarta terkenal sampai mancanegara.
2. Tahap Konflik, terjadi pada bagian awal dan bagian adegan ke-2. Pada bagian
awal adegan ke-2 menceritakan tentang Petruk yang membawa kabar bahwa Prabu Puntadewa beserta adik-adiknya diiringi dengan pusaka Ngamarta
Jamus Kalimasada, Tumbak Karawelang, dan Songsong Tunggulnaga. Konflik yang kedua yaitu ketika Bathara Kresna meninggalkan Sitinggil
Binartatra dengan perasaan marah karena merasa dirinya tidak dibutuhkan lagi kehadirannya oleh Prabu Puntadewa.
3. Datar, terjadi pada adegan ke-3, yaitu ketika Prabu Puntadewa, Raden
Werkudara, Raden Nakula, dan Raden Sadewa sedang berdoa bersama-sama di rumah pusaka.
4. Tahap Komplikasi 1, terjadi pada adegan ke-4, yaitu ketika Bathara Kresna
berhasil menghasut Raden Gathutkaca, Raden Antareja, dan Raden Sentyaki untuk mengusir Petruk dari Kraton Ngamarta.
5. Tahap Krisis 1, terjadi pada bagian awal adegan ke-5, yaitu ketika Petruk
diserang oleh Raden Sentyaki, Raden Gathutkaca, dan Raden Antareja. Petruk tidak melawan sama sekali sehingga membuat malu ketiga satria
tersebut. 6.
Tahap Resolusi 1, terjadi pada bagian akhir adegan ke-5, ketika Raden Antareja melaporkan bahwa Petruk telah membuat dirinya, Raden Sentyaki,
dan Raden Gathutkaca malu kepada Raden Janaka. 7.
Datar, pada adegan ke-6, yaitu ketika Petruk akhirnya pulang dari Kraton Ngamarta mengikuti pusaka-pusaka Ngamarta.
8. Datar, pada adegan ke-7, yaitu ketika Raden Sadewa memberikan penjelasan
kepada anak-anak pandhawa bahwa para pandhawa kecuali Raden Janaka akan pergi ke Karang Kapulutan.
9. Tahap Komplikasi 2, terjadi pada adegan ke-8. Pada adegan ini diceritakan
Bathara Kresna yang telah berhasil menghasut Bathara Guru hingga akhirnya Bathara Guru menyuruh Bathari Durga menurunkan anak buahnya ke Karang
Kapulutan guna menggagalkan rencana Ki Semar Badranaya.
10. Tahap Krisis 2, terjadi pada adegan ke-9, yaitu ketika Bathari Durga
menyuruh Jaramaya beserta anak buahnya turun ke Karang Kapulutan untuk membunuh Ki Semar Badranaya. Jaramaya membawa Maling Sukma dan
Maling Raga turun ke Karang Kapulutan. 11.
Tahap Resolusi 2, terjadi pada adegan ke-10, yaitu ketika Bathara Kresna memutuskan untuk datang ke Karang Kapulutan dengan wujud raksasa yang
sebesar gunung. Raden Janaka disuruh malih rupa menjadi harimau. 12.
Datar, terjadi pada adegan ke-11. Pada adegan ini Wisanggeni menemui Anoman di Kendhalisada. Wisanggeni meminta Anoman untuk membantu
melancarkan rencana Ki Semar Badranaya. 13.
Tahap Komplikasi 3, terjadi pada bagian awal adegan ke-12, yaitu ketika Wisanggeni bertemu dengan Jaramaya dan mereka adu omongan. Saat itu
Wisanggeni menyamar menjadi Kampret. 14.
Tahap Krisis 3, terjadi pada bagian akhir adegan ke-12, yaitu ketika Wisanggeni yang sudah berubah menjadi Wisanggeni sejati berkelahi dengan
Jaramaya. 15.
Tahap Resolusi 3, terjadi pada adegan ke-13. Pada adegan ini mengisahkan Anoman telah berhasil menyelamatkan Wisanggeni dari serangan Jaramaya
dan beliau juga berhasil mengalahkan Jaramaya. 16.
Datar, terjadi pada adegan ke-14, yaitu ketika Gareng, Petruk, dan Bagong bernyanyi bersama-sama untuk menghibur diri dan penonton.
17. Datar, terjadi pada adegan ke-15, yaitu ketika Prabu Puntadewa tiba di
Karang Kapulutan dan disuruh Ki Semar Badranaya untuk mati di dalam hidup guna mendapatkan wejangan dari Sang Hyang Padawenang.
18. Tahap Komplikasi 4, terjadi pada bagian awal adegan ke-16. Adegan ini
menceritakan kedatangan Raden Gathutkaca dan Raden Antareja ke Karang Kapulutan. Tiba-tiba raga Raden Antareja dimasuki oleh Maling Sukma dan
beliau membunuh Raden Abimanyu. 19.
Tahap Krisis 4, terjadi pada adegan ke-17. Adegan ini menceritakan Raden Gathutkaca yang marah karena Raden Antareja telah membunuh Raden
Abimanyu. Raden Gathutkaca ingin balas dendam kepada Raden Antareja, terjjadilah peperangan.
20. Tahap Resolusi 4, terjadi pada bagian akhir adegan ke-18. Pada adegan ini
diceritakan Raden Antasena telah berhasil mengeluarkan Maling Sukma dari raga Raden Antareja.
21. Tahap Komplikasi 5, terjadi pada bagian tengah adegan ke-19, yaitu ketika
Raden Antareja dan Raden Gathutkaca sudah bisa melihat makhluk apa yang telah merasuki Raden Antareja. Mereka berniat membunuh Maling Sukma.
22. Tahap Krisis 5, terjadi pada adegan ke-20. Terjadi peperangan antara Raden
Antareja dan Raden Gathutkaca melawan Maling Sukma. 23.
Tahap Resolusi 5, terjadi pada bagian awal adegan ke-21, yaitu ketika Maling Sukma mengakui kekalahannya. Dia tidak sanggup lagi untuk melawan
Raden Gathutkaca dan Raden Antareja.
24. Datar, terjadi pada adegan ke-22, yaitu ketika Prabu Puntadewa, Raden
werkudara, Raden Nakula, dan Raden Sadewa mendapatkan wejangan dari Sang Hyang Padawenang.
25. Datar, terjadi pada adegan ke 23, yaitu ketika Ki Semar Badranaya menyuruh
Prabu Puntadewa beserta adik-adiknya untuk bertapa. 26.
Tahap Komplikasi 6, terjadi pada bagian awal adegan ke-24. Ketika Bathara Kresna datang ke Karang Kapulutan dengan menyamar menjadi raksasa yang
besar bernama Digdya Jajalanang. Kedatangannya ke Karang Kapulutan untuk menemui Ki Semar Badranaya dan mengajaknya ke kayangan.
27. Tahap Krisis 6, terjadi pada bagian tengah adegan ke-24, yaitu ketika Raden
Antasena yang mengajari Gareng, Petruk, dan Bagong cara mengusir Buta Jajalanang yang merupakan malihan dari Bathara Kresna.
28. Tahap Resolusi 6, terjadi pada bagian akhir adegan ke-24, yaitu ketika
Bathara Kresna telah berhasil diusir dari Karang Kapulutan oleh Gareng, Petruk, Bagong, dan Raden Antasena.
29. Datar, terjadi pada adegan ke-25. Ketika Raden Janaka tiba di Karang
Kapulutan dan tiba-tiba beliau meminta maaf kepada Ki Semar Badranaya. Ki Semar Badranaya lalu menyuruhnya untuk ikut bertapa bersama saudara-
saudaranya. 30.
Tahap Komplikasi 7, terjadi pada adegan ke-26. Adegan ini menceritakan Bathara Kresna yang melaporkan kekalahannya kepada Bathara Guru.
Akhirnya Bathara Guru turun ke Karang Kapulutan untuk menemui Ki Semar Badranaya.
31. Tahap Krisis 7, terjadi pada bagian awal adegan ke-27, yaitu ketika Bathara
Guru tiba di Karang Kapulutan dan menantang Ki Semar Badranaya. Ki Semar Badranaya marah karena adiknya telah berani berbuat seperti itu.
32. Tahap Resolusi 7, terjadi pada bagian akhir adegan ke-27. Ki Semar
Badranaya yang marah kepada Bathara Guru karena berbuat lancang kepadanya. Lalu Prabu Puntadewa memintakan maaf atas kesalahan Bathara
Guru dan Bathara Kresna kepada Ki Semar Badranaya. 33.
Tahap Keputusan, terjadi pada adegan ke-28. Sang Hyang Padawenang dan Ki Semar Badranaya telah memaafkan perbuatan Bathara Guru dan Bathara
Kresna.
Lakon Semar Mbangun Kayangan mempunyai grafik yang naik turun dan pada bagian puncaknya tidak sama ketinggiannya. Hal itu disebabkan tingkatan
masalah yang timbul berbeda-beda sehingga menghasilkan klimaks yang berbeda pula. Ketika masalah tersebut benar-benar sangat berat dan berpengaruh sekali
dengan tokoh utama, klimaks akan mencapai titik puncak tertinggi. Permasalahan- permasalahan dalam lakon ini dinaikkan dan diturunkan oleh dhalang sesuai
dengan apa yang diinginkan karena dalam suatu pertunjukan wayang kulit dhalanglah yang menjadi sutradaranya.
Bagian-bagian dalam pertunjukan wayang dibedakan menjadi tiga, yaitu pathet nem, pathet sanga, dan pathet manyura. Pengambilan nama tersebut
disesuaikan dengan pathet gamelan yang digunakan untuk mengiringi. Bagian- bagian pathet dalam lakon Semar Mbangun Kayangan adalah sebagai berikut.
a. Pathet Lima