jawata. Pramila saking penulu mekaten kalawau, yen pancen yayi awrat dhateng aturipun Petruk mboten perlu ngangge Kresna.
‘Petruk ngomong jika Kakang Semar akan membangun kayangan. Kayangan ini yang punya dewa. Benar Kakang Semar itu titisannya
dewata, tetapi sesudah Kakang Semar turun ke bumi, itu sudah termasuk kodratnya di bumi. Jika dewata membolehkan Kakang Semar mempunyai
keinginan seperti itu, para pandhawa supaya membantu itu akan membabarkan kebaikan Kakang Semar. Sebaliknya jika dewata tidak
membolehkan para pandhawa membantu pasti akan dihukum dewata. Maka dari itu dari perkataan seperti tadi, jika yayi berat terhadap
omongan Petruk tidak perlu menggunakan Kresna.
’ Semar Mbangun Kayangan Disk 1
Kutipan dialog di atas memperlihatkan kemarahan Bathara Kresna karena sikap Prabu Puntadewa yang plin plan dan dinilai membela Petruk. Beliau
merasa dirinya tidak dianggap dan tidak dibutuhkan dalam pertemuan agung di Sitinggil Binartatra. Bathara Kresna meninggalkan Sitinggil Binartatra dengan
rasa marah.
4.1.2.3 Komplikasi
Pada tahap ini terjadilah persoalan baru dalam cerita atau disebut juga rising action. Di sini persoalan mulai merumit dan gawat, maka tahap ini disebut
perumitan atau penggawatan. Dalam lakon Semar Mbangun Kayangan, komplikasi pertama terjadi pada adegan ke-4, yaitu ketika Bathara Kresna
menghasut Raden Janaka, Raden Gathutkaca, Raden Antareja, dan Raden Sentyaki untuk menggagalkan rencana Ki Semar Badranaya membangun
kayangan dan beliau juga menyuruh mereka untuk mengusir Petruk dari Kraton Ngamarta.
Seperti pada kutipan dialog di bawah ini. Adegan
: 4
Tempat : Kraton Ngamarta
Pathet : Nem
BATHARA KRESNA MENYURUH RADEN GATHUTKACA, RADEN ANTAREJA, DAN RADEN SENTYAKI UNTUK MENGUSIR
PETRUK DARI KRATON NGAMARTA BATHARA KRESNA
Nembe iki lagi ana pitakonan mengkono, ning Petruk kandheg ora ngerti karepe Kakang Semar. Lha Petruk tak ngendikani akeh-akeh lagi iki mau
aku diwaneni karo Petruk. Mula Gathutkaca, Antareja, lan Sentyaki, kowe sing bocah enom bisaa ngrawuhi marang Petruk Kanthong Bolong. Coba
saiki Petruk balikna, elikna supaya Kakang Semar gagal nggon bakal mbangun kayangan. Yen pancen manut, sukur binagiya. Yen ora manut,
diruda padeksa.
‘Baru kali ini ada pertanyaan seperti itu, tetapi Petruk berhenti tidak tahu apa yang dimaksud Kakang Semar. Saya berbicara banyak sama Petruk
kok malah baru kali Saya dilawan Petruk. Makanya Gathutkaca, Antareja, dan Sentyaki, kalian yang masih muda, datangilah Petruk Kanthong
Bolong. Coba sekarang Petruk dipulangkan, ingatkan supaya Kakang Semar tidak jadi membangun kayangan. Jika dia nurut, syukur banget.
Jika tidak nurut, dianiaya.
’ RADEN GATHUTKACA
Nyuwun pangestu. ‘Minta doa restu.’
RADEN ANTAREJA
Nyuwun pangestu. Kula badhe manggihi Petruk Kanthong Bolong. ‘Minta doa restu. Saya akan menemui Petruk Kanthong Bolong.’
RADEN SENTYAKI
Nyuwun pangestu Kaka Prabu. ‘Minta doa restu Kaka Prabu.’
Semar Mbangun Kayangan Disk 2 Berdasarkan kutipan dialog di atas terjadilah permasalahan baru yaitu
Bathara Kresna menyuruh Raden Gathutkaca, Raden Antareja, dan Raden Sentyaki mengusir Petruk dari Ngamarta. Jika Petruk tidak mau pergi, mereka
disuruh untuk merudha peksa Petruk.
Komplikasi kedua muncul pada adegan ke-8. Dalam adegan ini diceritakan Bathara Kresna datang ke kayangan melaporkan kepada Bathara Guru tentang
rencana Ki Semar Badranaya membangun kayangan. Tanpa berpikir panjang, Bathara Guru menyuruh Bathara Kresna untuk menggagalkan rencana Ki Semar
Badranaya. Seperti pada kutipan berikut ini.
Adegan : 8
Tempat : Kayangan Jonggring Sloka
Pathet : Nem
BATHARA GURU MENYURUH BATHARA KRESNA UNTUK MEMBAWA
KI SEMAR
BADRANAYA MENGHADAP
KEPADANYA BATHARA GURU
E,e,e. Iya, kulun tampa ngger. Senadyan ta kepiye wae kakang Semar tetep luput, awit kayangan dudu kuwajibane Kakang Semar. Wis ta, dina iki
kowe kulun utus aja nganti ketara yen dewa bakal paring uninga utawa ndandani keluputane Kakang Semar sing nganti disekseni para titah.
Becik kita mudhuna ning marcapada, Kakang Semar boyongen mrene.
‘E,e,e. Iya, kulun terima Nak. Meskipun bagaimana Kakang Semar tetap salah, karena kayangan bukan kewajiban Kakang Semar. Ya sudah, hari
ini kamu kulun perintah jangan sampai terlihat jika dewa akan memberikan peringatan atau memperbaiki kesalahan Kakang Semar yang
sampai disaksikan para manusia. Lebih baik kamu turun ke bumi, Kakang Semar bawa ke sini.
’
BATHARA KRESNA Upami mangke ngantos kelampah Kakang Semar mbreguguk ngutha
waton mbegundhang datan para ratu. ‘Seandainya nanti sampai terjadi Kakang Semar tetap melawan kita.’
BATHARA GURU
Dirada kasembadan banjur dirampungi. Awit bakal nyampar mestaka mlumpate kuwidanganing dewa.
‘Disiksa lalu diselesaikan. Karena akan melanggar aturan dewa.’
BATHARA KRESNA Nyuwun pangestu kulun.
‘Yang diminta ya raksasa seperti kamu, namanya ya seperti kamu, matanya juga seperti kamu.
’ JARAMAYA
Ngomong wae njaluk mataku. Ora sewiyah-wiyah Pret. Kowe ya apa kira- kira karo pandhawa manunggal?
‘Bilang saja minta mata saya. Jangan seenakmu sendiri Pret. Kamu dengan pandhawa apa kira-kira bersatu?
’
WISANGGENI Mripatmu mengko tak dandani. He, Kaki Jaramaya, sawangen aku sapa.
‘Matamu nanti saya perbaiki. He, Kaki Jaramaya, lihatlah aku siapa.’ JARAMAYA
Walah, tak kira ki dudu kowe. Jarene Kampret.
bebaya sing mlebu ana Karang kapulutan iku gawane Ndara Kacanegara. Saka kaca panemuku, tentrem ya seka ndara iki. Ora ya seka ndara iki.
‘Nah karena Ndara Antareja sampai sini bersama Ndara Gathutkaca. Meskipun tadi Ndara Gathutkaca dengan saya sudah berbaik hati, tetapi
kenyataanya yang membawa Ndara Antareja adalah Ndara Gathutkaca. Jadi bahaya yang masuk di Karang Kapulutan itu yang membawa Ndara
Gathutkaca. Dari kaca penglihatanku, tentram ya dari Ndara. Tidak juga dari Ndara.
’
RADEN GATHUTKACA Wis, ra sah padha pating greneng. Kakang Antareja tak ajare.
‘Sudah, tidak usah ngomel-ngomel. Kakang Antareja akan kuhajar.’
Semar Mbangun Kayangan Disk 6 Berdasarkan kutipan di atas Raden Gathutkaca marah dan merasa
menyesal karena membawa Raden Antareja ke Pedhukuhan Karang Kapulutan. Hal yang membuat beliau sangat marah karena Raden Antareja menggigit Raden
Abimanyu sampai meninggal. Raden Gathutkaca memutuskan untuk menghajar Raden Antareja.
Tahap komplikasi selanjutnya berlangsung pada bagian akhir adegan ke- 19. Pada adegan tersebut diceritakan bahwa Raden Gathutkaca dan Raden
Antareja mengetahui pelaku yang telah masuk ke dalam raga Raden Antareja, sehingga membuat beliau membunuh Raden Abimanyu. Mereka berdua
memutuskan untuk membunuh Maling Sukma. Seperti pada kutipan di bawah ini.
Adegan : 19 akhir
Tempat : Pedhukuhan Karang Kapulutan
Pathet : Manyura
RADEN GATHUTKACA DAN RADEN ANTAREJA TELAH MELIHAT
BIANG KELADI
YANG MEMBUAT
MEREKA BERPERANG
RADEN GATHUTKACA
Ra patut banget. Adhuh Kangmas. Estu wonten denawa. ‘Nggak pantas sekali. Aduh Kangmas. Benar-benar ada jin.’
RADEN ANTAREJA Wah, kurang ajar iki. Sing adu dedulur ya iki. Cekel tandhangi.
‘Wah, kurang ajar. Yang mengadu saudara ya ini. Hajar.’ RADEN GATHUTKACA
Sendika.
KI SEMAR BADRANAYA Ora. Aku ora arep manut. Ora butuh tepung karo buta.
‘Tidak. Aku tidak akan nurut. Tidak butuh kenal raksasa.’ BATHARA KRESNA
Yen ora manut aku arep.. ‘Jika tidak nurut aku akan..’
KI SEMAR BADRANAYA Arep apa?
‘Mau apa?’ BATHARA KRESNA
Tadhah teleng. ‘Terima Pukulanku.’
KI SEMAR BADRANAYA
Jajal mangkata. ‘Coba saja.’
Semar Mbangun Kayangan Disk 7 Dialog di atas menceritakan Bathara Kresna memaksa Ki Semar
Badranaya untuk ikut ke kayangan menemui Bathara Guru, namun Ki Semar Badranaya menolak. Hal itu membuat Bathara Kresna marah dan berniat
menganiaya Ki Semar Badranaya. Tahap komplikasi yang terakhir terjadi pada adegan ke-26, yaitu ketika
Bathara Kresna melapor kepada Bathara Guru tentang kekalahan beliau melawan Ki Semar Badranaya beserta anak-anaknya.
Seperti pada kutipan di bawah ini. Adegan
: 26 Tempat
: Kayangan Jonggring Sloka Pathet
: Manyura BATHARA KRESNA MELAPOR KEPADA BATHARA GURU
TENTANG KEKALAHANNYA
MELAWAN KI
SEMAR BADRANAYA
BATHARA KRESNA
Adhuh ketiwasan. Kakang Semar mbreguguk ngutha waton datan wong agung mboten purun kula boyongdhateng kayangan, kados sampun
mangertos.
‘Aduh, Kakang Semar menantang pada orang besar, tidak mau saya ajak ke kayangan, seperti sudah tahu.
’
BATHARA GURU Wah, keparat.
‘Wah, keparat.’ BATHARA KENAKA PUTRA
Dhi Guru. Ngatos-atos Dhi. Kakang Semar menika tiyang mboten napa- napa, wong sing jujur. Adhi guru kedah saged ngulat dhateng
kawontenan.
‘Dhi Guru. Hati-hati Dhi. Kakang Semar itu orang tidak apa-apa, orang yang jujur. Adhi guru harus bisa melihat keadaan.
’ BATHARA GURU
“Mboten. Kaya ngapa rupane Kakang Semar.” Semar Mbangun Kayangan Disk 8
Kutipan dialog di atas menceritakan Bathara Guru yang marah saat mendengar laporan dari Bathara Kresna. Beliau akan menemui Ki Semar
Badranaya dan menghajarnya.
4.1.2.4 Krisis