Pathet Manyura STRUKTUR LAKON WAYANG SEMAR MBANGUN KAYANGAN

RADEN ANTAREJA Aku ora trima didu karo sedulur. Kecandhak, antemane buta iku. ‘Aku tidak terima diadu dengan saudara. Aku hajar raksasa itu.’ Semar Mbangun Kayangan Disk 7 Kutipan dialog di atas menunjukkan bahwa Raden Antareja dan Raden Gathutkaca akan membasmi jin dan setan yang menyebabkan perkelahian mereka. Saat itu pula Raden Antareja menyadari semua kesalahannya.

c. Pathet Manyura

Pathet manyura berlangsung dari pukul 03.00 sampai pukul 06.00. Dalam pertunjukan wayang pathet manyura ditandai dengan penancapan gunungan yang condong miring ke kanan. Pathet ini melambangkan akhir dari kehidupan manusia. Dalam lakon Semar Mbangun Kayangan pathet manyura terdapat pada adegan ke-22 sampai dengan adegan ke-28. 27 24 26 25 22 23 28 Pathet manyura dalam lakon ini menceritakan tentang para pandhawa kecuali Raden Janaka yang telah menemukan jalan yang benar dalam hidupnya setelah mendapatkan banyak wejangan dari Sang Hyang Padawenang. Pada bagian tengahnya terdapat peperangan hebat antara Bathara Kresna dengan Ki Semar Badranaya dan juga peperangan antara Bathara Guru dengan Ki Semar Badranaya. Kedua peperangan tersebut dimenangkan oleh Ki Semar Badranaya. Akhirnya orang-orang yang berniat jahat kepada Ki Semar Badranaya diberi wejangan oleh Sang Hyang Padawenang. Bagian akhir dari pathet ini yaitu tancep kayon yang artinya pertunjukan telah selesai dan melambangkan kematian manusia. Pada pathet ini ditemukan penjelasan arti kayangan yang dimaksud oleh Ki Semar Badranaya. Kayangan yang dimaksud Ki Semar Badranaya bukanlah kayangan tempat tinggal dewa, melainkan jiwa para pandhawa. Jiwa pandhawa yang bobrok hendak diperbaiki oleh Ki Semar Badranaya. Inti dari pathet manyura terdapat pada akhir adegan ke-22 yang menceritakan tentang Prabu Puntadewa dan adik-adiknya yang telah menentukan jalan hidup mereka dengan berpegang kepada wejangan-wejangan yang diberikan oleh Sang Hyang Padawenang kepada mereka. Seperti kutipan di bawah ini. PRABU PUNTADEWA, RADEN WERKUDARA, RADEN NAKULA, DAN RADEN SADEWA TELAH MENGERTI MAKSUD DARI WEJANGAN-WEJANGAN SANG HYANG PADAWENANG SANG HYANG PADAWENANG Wus kita tampa? ‘Sudah kalian terima?’ PRABU PUNTADEWA Sampun. ‘Sudah.’ SANG HYANG PADAWENANG Kabeh iku mau dadi wewarah kang becik. Mbesuk yen wis kumpul kadang-kadang kita, jer kabeh iku mau sih gampang kena coba. Citapsara kasebut kena minangka dadi piwulang kang becik marang kabeh para kadang lan kawula. ‘Semua itu akan menjadi ajaran yang baik kelak jika sudah berkumpul dengan saudara-saudara kalian. Meskipun semua itu masih mudah terkena cobaan. Citapsara tersebut sebagai ajaran yang baik kepada semua saudara dan manusia. ’ PRABU PUNTADEWA Matur sewu sembah nuwun. ‘Beribu-ribu terima kasih.’ Semar Mbangun Kayangan Disk 7 Kutipan dialog di atas menceritakan tentang tujuan hidup selanjutnya Prabu Puntadewa dan adik-adiknya. Mereka sudah memahami arti keberadaan mereka yang harus selalu selaras dengan Jimat Kalimasada. Menjalankan tampuk kepemimpinan dengan berpegang pada arti dari pusaka-pusaka yang mereka miliki. Bagian ini menggambarkan manusia telah berhasil menentukan pilihan hidupnya, lalu bertekad menggapai tujuan hidupnya.

4.2 Penokohan