Pathet Lima STRUKTUR LAKON WAYANG SEMAR MBANGUN KAYANGAN

disesuaikan dengan pathet gamelan yang digunakan untuk mengiringi. Bagian- bagian pathet dalam lakon Semar Mbangun Kayangan adalah sebagai berikut.

a. Pathet Lima

Pathet Lima merupakan bagian awal dari suatu pertunjukan wayang. Pathet ini berlangsung mulai dari pukul 21.00 sampai pukul 24.00. Dalam pagelaran wayang kulit, pathet nem ditandai dengan penancapan gunungan yang condong ke arah kiri. Bagian pathet lima menggambarkan kehidupan manusia pada masa kanak-kanak yang berarti awal dari kehidupan manusia. Dalam lakon Semar Mbangun Kayangan bagian pathet lima terdapat pada adegan pertama sampai adegan ke-13. 9 5 12 8 10 4 5 2 67 11 13 3 1 Dalam lakon Semar Mbangun Kayangan, adegan pada pathet nem menceritakan tentang rencana Ki Semar Badranaya untuk membangun kayangan yang disampaikan oleh Petruk kepada Prabu Puntadewa di Sitinggil Binartatra. Diawali dengan itu muncullah konflik-konflik yang ditimbulkan oleh Bathara Kresna. Bathara Kresna mengahasut Raden Janaka untuk tidak mengikuti rencana Ki Semar Badranaya. Beliau juga melapor kepada Bathara Guru tentang rencana Ki Semar Badranaya tersebut dan sekaligus menghasut kalau perbuatan Ki Semar Badranaya itu salah. Akhirnya Bathara Guru menyuruh Bathara Kresna untuk membawa Ki Semar Badranaya ke kayangan. Bathara Guru juga menyuruh Bethari Durga menurunkan anak buahnya ke Pedhukuhan Karang Kapulutan untuk menggagalkan rencana Ki Semar Badranaya. Bagian pathet lima ditutup dengan adegan antara Wisanggeni dengan Anoman. Wisanggeni menyuruh Anoman menjaga Pedhukuhan Karang Kapulutan karena Anoman telah menyelamatkan dia dari Jaramaya. Inti dari pathet lima terdapat pada bagian akhir adegan ke-2 yang menceritakan tentang kebimbangan Prabu Puntadewa menghadapi permintaan Ki Semar Badranaya dan kemarahan Bathara Kresna yang melarangnya untuk mengikuti kata-kata Ki Semar Badranaya. Seperti kutipan di bawah ini. PRABU PUNTADEWA MENCURAHKAN ISI HATINYA KEPADA ADIK-ADIKNYA PRABU PUNTADEWA Kadangipun Kakang, Dhimas Werkudara lan Dhimas Sadewa. ‘Saudarane Kakang, Dhimas Werkudara dan Dhimas Sadewa.’ RADEN WERKUDARA Mbarep Kakang apa? ‘Ada apa Kakak tertua?’ RADEN SADEWA Nuwun wonten paring pangandika dhawuh Kaka Prabu. ‘Mau berbicara apa Kaka Prabu?’ PRABU PUNTADEWA Rumangsa peteng jagadipun Kakang. Ana kedadeyan kaya mengkono ing atas. Kaka Prabu kaaturan rawuh supaya bisa ndandani suwasana kang rusak, gawe kaanan kang peteng, lha kok dadi malah ana kedadeyan Kaka Prabu ra cocok lan ora bisa jumbuh marang kekarepane Kakang Semar. ‘Gelap sekali dunia Kakang. Ada kejadian seperti ini. Kaka Prabu datang supaya bisa memperbaiki suasana yang rusak, membuat keadaan yang gelap, lha kok malah ada kejadian Kaka Prabu tidak cocok dan tidak bisa sependapat dengan keinginannya Kakang Semar. ’ Semar Mbangun Kayangan Disk 1 Kutipan di atas menceritakan tentang inti dari pathet nem, yaitu tataran hidup manusia yang belum mantap, masih dipenuhi kebimbangan dalam hidupnya. Hal itu yang terjadi pada Prabu Puntadewa. Prabu Puntadewa merasa bimbang harus mengambil keputusan apa terhadap keadaan yang sedang dihadapinya, antara menuruti permintaan Ki Semar Badranaya dan menghadapi kemarahan Bathara Kresna yang tidak sependapat dengan Ki Semar Badranaya.

b. Pathet Sanga