Pathet Sanga STRUKTUR LAKON WAYANG SEMAR MBANGUN KAYANGAN

Kutipan di atas menceritakan tentang inti dari pathet nem, yaitu tataran hidup manusia yang belum mantap, masih dipenuhi kebimbangan dalam hidupnya. Hal itu yang terjadi pada Prabu Puntadewa. Prabu Puntadewa merasa bimbang harus mengambil keputusan apa terhadap keadaan yang sedang dihadapinya, antara menuruti permintaan Ki Semar Badranaya dan menghadapi kemarahan Bathara Kresna yang tidak sependapat dengan Ki Semar Badranaya.

b. Pathet Sanga

Pathet sanga merupakan bagian pertengahan dalam pertunjukan wayang. Pathet ini biasanya berlangsung dari pukul 00.00 sampai pukul 03.00. Dalam pertunjukan wayang pathet sanga ditandai dengan penancapan gunungan yang tegak lurus. Pathet sanga ini melambangkan masa dewasa. Dalam lakon Semar Mbangun Kayangan pathet sanga terdapat pada adegan ke-14 sampai adegan ke-21. 20 17 19 16 18 21 14 15 Bagian pathet sanga dalam lakon Semar Mbangun Kayangan diawali dengan Gareng, Petruk, dan Bagong yang bernyanyi bersama-sama untuk menghibur penonton. Nyanyian itu juga digunakan untuk menyambut bendara mereka yaitu pandhawa. Cerita selanjutnya tentang kedatangan Prabu Puntadewa, Raden Werkudara, Raden Nakula, dan Raden Sadewa yang datang ke Pedhukuhan Karang Kapulutan untuk bertemu dengan Ki Semar Badranaya. Mereka meminta kejelasan tentang yang dimaksud dengan membangun kayangan. Ki Semar Badranaya menyuruh mereka berempat tidur dalam mati untuk bisa mengetahui maksud dari membangun kayangan. Di sela-sela itu juga ada adegan perang antara Raden Antareja dan Raden Gathutkaca dengan Maling Sukma. Pathet ini diakhiri dengan pertempuran antara Raden Antasena dan Raden Gathutkaca dengan Maling Sukma. Inti dari pathet sanga terdapat pada bagian tengah adegan ke-19 yang menceritakan bahwa Raden Antasena dan Raden Gathutkaca sudah mengetahui penyebab perkelahian mereka dan Raden Antasena sudah menyadari semua kesalahannya. Seperti kutipan di bawah ini. RADEN GATHUTKACA Ra patut banget. Adhuh Kangmas. Estu wonten denawa. ‘Sangat tidak pantas. Aduh Kangmas. Benar-benar ada jin.’ RADEN ANTAREJA Wah, kurang ajar iki. Sing adu dedulur ya iki. Cekel tandhangi. ‘Kurang ajar ini. Yang mengadu domba ya ini. Hajar.’ RADEN GATHUTKACA Sendika. ‘Siap.’ RADEN ANTAREJA Aku njaluk supaya bisa weruh setan piye Dhimas? ‘Aku minta supaya bisa melihat setan bagaimana Dhimas?’ RADEN ANTASENA Oiya kowe ora nduwe ya Kang. Nyoh, tak caosi nek mbok menawa priksa. ‘Oiya kamu tidak punya ya Kang. Ini, kuberi mungkin saja bisa melihat. ’ RADEN ANTAREJA Aku ora trima didu karo sedulur. Kecandhak, antemane buta iku. ‘Aku tidak terima diadu dengan saudara. Aku hajar raksasa itu.’ Semar Mbangun Kayangan Disk 7 Kutipan dialog di atas menunjukkan bahwa Raden Antareja dan Raden Gathutkaca akan membasmi jin dan setan yang menyebabkan perkelahian mereka. Saat itu pula Raden Antareja menyadari semua kesalahannya.

c. Pathet Manyura