7
Tinjauan pustaka atau sering juga disebut kajian yang relevan ialah salah satu cara untuk mendapatkan referensi yang lebih tepat tentang informasi data yang ingin kita teliti.
9
Oleh karena itu, penulis melakukan tinjauan pustaka adalah sebagai referensi, teori dan konsep yang berkaitan dengan tulisan ini sehingga dapat memudahkan menyelesaikan
permasalahan dalam penulisan. Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan kajian penulis yaitu disertasi
Mantera dan Upacara Ritual Masyarakat Melayu Pesisir Timur di Sumatera Utara: kajian tentang fungsi dan nilai-nilai budaya oleh Prof. Wan Syaifuddin. Didalamnya membahas
mengenai fungsi dan nilai dari upacara adat budaya yang ada didalam masyarakat melayu Sumatera Timur.
Penulis juga menjadikan tesis Nurhayati Lubis: Analisis Semiotik dalam Upacara Ritual Jamuan Laut di Jaring Halus, sebagai referensi tambahan yang didalamnya
membahas keberadaan upacara syukuran laut dan mantra dengan mengoperasikan teori semiotika. Upacara ritual syukuran laut ini dilaksanakan oleh masyarakat Melayu di Desa
Jaring Halus, Kecamatan secanggang, Kabupaten Langkat. Fokus utama kajian ini ialah upacara syukuran laut yang melibatkan pawang, tempat dan waktu upacara, masyarakat
pendukung, kegiatan, persiapan, pasca upacara, makan bersama, dan lainnya. Tesis Irfan 2003, mengenai Kearifan Tradisional Masyarakat dalam Mengelola
Sumber Daya alam Laut. Menjelaskan bahwa kearifan tradisional masyarakat yang tinggal di daerah pesisir yang menjadikan Laut sebagai sumber utama merupakan konsepsi
terpeliharanya sumber daya alam. Apabila kearifan tersebut dijaga maka akan tercapai keharmonisan.
2.2 Kosmologi Masyarakat Melayu Langkat Secanggang
9
Andi Prastowo, Dunia Penelitian, diakses dari http;dunia-penelitian.blogspot.com201110pengertian- tinjauan-puataka.html?m=1, pada tanggal 13 Maret 2015 pukul 10:30 WIB
Universitas Sumatera Utara
8
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari kosmologi ialah ilmu pengetahuan yang meneliti asal usul, struktur, hubungan ruang waktu dalam alam semesta.
Kosmologi masyarakat Sumatera Timur mempunyai kaitan dengan kepercayaan tradisional, ialah mempercayai bahwa alam semesta wujud sebagai kesatuan alam nyata
dengan alam ghaib. Oleh karena itu, mereka percaya apabila terjadi perubahan di alam nyata adalah manifestasi yang diperlihatkan oleh kuasa dari alam ghaib. Hal ini terwujud sebagai
fenomena alam seperti awan berarak, rebut petir, guruh, air pasang, gelombang besar, dan lain-lain. Selain itu, masyarakat melayu Sumatera Timur menggunakan alam nyata bagi
memenuhi keperluan hidupnya. Namun, mereka mengambil sumber alam tersebut secukupnya saja.
10
Sifat keteraturan dan proses pergantian siang malam yang menjadi hukum alam adalah sesuatu yang sangat mengagumkan dan menarik perhatian manusia untuk mencari
tahu lebih jauh serta mempelajarinya lebih mendalam. Hal ini dikarenakan keteraturan di alam semesta bersifat natural dan tidak menyalahi kodrat.
Masyarakat Melayu Sumatera Timur dalam menjalani hidup mengikuti kepada peraturan yang sudah digariskan atau ketentuan alaminya.
11
Hal demikian juga dilakukan oleh masyarakat Melayu yang mendiami Desa Jaring Halus di Kecamatan Secanggang.
Masyarakat Melayu tersebut senantiasa menjaga sikap dan prilaku di kehidupannya sehari- hari. Mereka memelihara nilai-nilai sosial dalam berinteraksi dengan sesamanya maupun
terhadap pengunjung yang datang ke pulau tersebut. Hal ini adalah wujud dari keinginan memelihara dan menjaga keseimbangan alam dengan membina nilai-nilai didaktik dalam
kehidupan.
10
Tuanku Luckman Sinar dan Wan Syaifuddin, Kebudayaan Melayu Sumatera Timur. Medan: USUPress, 2002, hlm 209
11
Ibid. hlm 205
Universitas Sumatera Utara
9
Nilai-nilai sosial ini tidak hanya terdapat dalam tutur kata ketika berbicara, namun juga diekspresikan dalam jenis ungkapan, kiasan, dan lainnya. Hal serupa juga tampak
pada penyelenggaraan acara adat tradisi, yaitu dengan ketentuan waktu yang telah ditetapkan. Mereka aktif melaksanakan berbagai upacara ritual, seperti perkawinan,
kelahiran anak, upacara kematian, menjauhkan bala penyakit, bencana alam, serta menjamu laut. Hal ini mennggambarkan bahwa masyarakat Pulau Jaring Halus, Kecamatan
Secanggang memiliki adat-istiadat dan kaya akan budaya yang bersumber dari nilai keluhuran.
2.2.1 Letak Geografi dan Sejarah Singkat Langkat adalah salah satu nama kabupaten yang berada di Sumatera Utara yang ibu
kotanya Stabat. Nama Langkat sendiri diambil dari nama kesultanan Langkat yang dahulu pernah ada di tempat yang kini dikenal dengan nama Tanjung Pura, yaitu sekitar 20 Km.
Kabupaten Langkat terdiri dari beberapa kecamatan dan desa, Salah satunya adalah Desa Jaring Halus.
Desa Jaring Halus adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Secara geografis desa ini terletak pada 3º51’30”-3º59’45” LU dan 98º
30’- 98º42’ BT dengan ketinggian lebih kurang 1 mdpl. Desa ini merupakan desa pesisir yang berbatasan dengan selat Malaka di sebelah utara, sebelah selatan dengan Desa Selotong
Kecamatan Secanggang, sebelah timur dengan Kuala Besar Kecamatan Secanggang, dan sebelah Barat dengan Desa Tapak Kuda Kecamatan Tanjung Pura.
12
Desa ini mempunyai luas 2.554 ha pada tahun 2014. Jumlah penduduk Desa Jaring Halus sebanyak 3.261 orang 785 KK, yang terdiri atas 1.662 laki-laki dan 1.599 perempuan.
Masyarakat di desa ini terdiri atas berbagai suku seperti suku Melayu yang mayoritas
12
Pemerintah Kabupaten Langkat, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan Tahun 2014, Daftar Isian Profil Desa Jaring Halus. Hlm 3
Universitas Sumatera Utara
10
mendiami desa tersebut serta merupakan penduduk asli, juga terdapat suku pendatang, seperti suku Banjar, Mandailing, Jawa, dan Aceh.
13
Pada awalnya, Desa Jaring Halus ini hanyalah sebuah daratan di tengah laut yang tidak berpenghuni. Desa ini pertama kali dihuni oleh keluarga Abu Bakar Bin Awang, berasal
dari Malaysia yang melarikan diri ke Indonesia pada saat terjadi peperangan dengan penjajah Inggris. Sebelum ia membuat perkampungan ini, ia terlebih dahulu meminta izin kepada
Sultan Langkat Sultan Musa melalui perantara Datok Secanggang.
14
Di pulau tersebut banyak ditemukan rumput yang bentuknya seperti jari. Oleh karenanya, desa ini dinamakan Rumput Jari Halus. Namun seiring berjalannya waktu, terjadi
pergesan pengucapan sehingga desa tersebut sekarang dikenal dengan nama Desa Jaring Halus.
15
2.2.2 Adat-istiadat Masyarakat
.
Masyarakat Melayu pada umumnya masih sering melaksanakan upacara-upacara adat khususnya dalam acara-acara pernikahan, kelahiran anak, menempati rumah baru, membuka
hutan untuk dijadikan perladangan, dan lain sebagainya. Pelaksanaan upacara ritual ini pada umumnya telah ditemukan pada masa masyarakat Melayu lama sepanjang pesisir pulau
Sumatera, yakni di daerah Langkat, Deli, Serdang, Batu Bara, Siak, dan seterusnya.
16
Mayoritas masyarakat Melayu Langkat sudah beragama Islam dan ajaran-ajaran Islam tersebut terlihat jelas dalam kebudayaan dan adat-istiadat masyarakatnya. Misalnya ketika
membicarakan suatu permasalahan dalam sebuah kampung, biasanya akan dimusyawarahkan di masjid.
13
Daftar Isian Profil Desa, Op.cit. hlm 19
14
Julpikar, op. cit. di Desa Jaring Halus
15
Julpikar, log. Cit. di Desa Jaring Halus
16
Julpikar, ibid di desa Jaring Halus
Universitas Sumatera Utara
11
Pengamalan ajaran Islam yang begitu kuat pada masyarakat Melayu , ternyata belum bisa menepis kepercayaan-kepercayaan yang bersifat animisme dalam kehidupan sehari-hari.
Hal demikian dapat dibuktikan bahwa upacara-upacara yang sering dilaksanakan masih memiliki pengaruh kepercayaan Hindu. Salah satunya adalah upacara ritual syukuran laut
agar mudah mendapatkan rezeki. Oleh karena itu, adanya asimilasi antara kepercayaan-kepercayaan pra-Islam dengan
ajaran-ajaran Islam sendiri telah menimbulkan budaya dan adat-istiadat tersendiri bagi mereka.
2.3 Konsep Kesusastraan Tradisi