E. Kerangka Berfikir
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Kepala Desa memimpin
penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD. Terciptanya penyelenggaraan pemerintahan desa yang baik,
khususnya dalam pelaksanaan APB-Desa diperlukan adanya koordinasi dan kerja sama yang baik antara Kepala Desa dengan BPD.
Kepala Desa
menjadi penanggungjawab
utama di
bidang pemerintahan dan pembangunan dengan segala aspeknya. Seharusnya
keputusan kepala desa yang bersifat mengatur dan mempunyai akibat pembebanan terhadap masyarakat harus dimusyawarahkan dengan BPD,
karena BPD merupakan lembaga yang mengkomunikasikan politik pemerintah
melalui musyawarah
untuk mempertemukan
kebijakan pemerintah dengan kepentingan masyarakat desa.
Munculnya konflik BPD dengan Kepala Desa di Desa Cangkring Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan tahun 2001-2006 dimulai dari
Faktor yang menyebabkan
Kepala Desa Konflik
Upaya penyelesaian BPD
hasil pilkades tahun 1998, yang melahirkan tiga kubu dalam pemerintahan desa. Dua kubu yang paling dominan adalah kubu A dan kubu B. Kubu A
yang terdiri dari Kepala Desa dan pendukungnya, sedangkan kubu B terdiri dari perangkat desa BPD, LPMD dll. Konflik tersebut terlihat dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa, khususnya dalam pelaksanaan APB- Desa. Adanya ketidaksesuaianpertentangan antara BPD sebagai pengawas
jalannya pembangunan desa dengan Kepala Desa. Sehingga banyak terjadi benturan diantara keduanya, dalam hal perencanaan maupun pelaksanaan
APB-Desa. Adanya konflik BPD dengan Kepala Desa dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal adalah adalah faktor yang terdapat dari dalam diri orang itu sendiri, organisasi
yang menaunginya dan keadaan desa. Faktor internal dalam konflik BPD dengan Kepala Desa misalnya, faktor yang berhubungan dengan masalah
ketidaksesuaian pendapat, mendahulukan kepentingan pribadikelompok, persaingan rival, persepsi masing-masing pihak terhadap kinerja lawannya,
bondo desa, lingkungan masyarakat. Selain faktor internal ada juga faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar orang tersebut dan luar desa
misalnya, berupa pengaruh dari Kecamatan, Pemerintah Daerah. Dengan berbagai faktor yang ada, bila tidak dimainkan melalui koordinasi dan
kerjasama dengan baik maka konflik BPD dengan Kepala Desa akan semakin menjadi.
Upaya penyelesaian konflik BPD dengan Kepala Desa dapat dilakukan oleh masing-masing pihak yang berkonflik maupun orang lain
sebagai penengah dalam penyelesaian konflik tersebut. Menyelesaikan sebuah konflik bukanlah hal yang sederhana, banyak cara yang dapat
digunakan untuk menyelesaikannya, seperti berkompromi, menghindar, mendominasimemaksa, mengalahkerelaan membantu.
39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Dasar Penelitian
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang bermaksud untuk mendapatkan kebenaran. Penelitian ada dua macam yaitu penelitian kualitatif
dan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Moleong 2007:4, penelitian kualitatif adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantungan dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya
maupun dalam peristilahnya. Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data deskriptif, bukan
menggunakan angka-angka sebagai alat metode utamanya. Data-data yang dikumpulkan berupa teks, kata-kata, simbol, gambar, walaupun demikian
juga dapat memungkinkan berkumpulnya data-data yang bersifat kualitatif Kaelan, 2005:20.
Penelitian ini lebih bersifat memaparkan kondisi nyata yang berkaitan dengan konflik antara BPD dan Kepala Desa, yang didukung oleh data-data
tertulis maupun data-data hasil wawancara. Dengan dasar tersebut, maka penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai konflik
antara BPD dan Kepala Desa.