Nilai Ekonomi Pemanfaatan Lahan

sesuai dengan peruntukannya. Menurut Soemarwoto 1975 diacu dalam Budianto 1999 bahwa masalah kritis, erosi dan banjir merupakan masalah demografi yang luas. Dilihat dari sudut ekologi, pertambahan penduduk telah melampaui daya dukung lingkungan.

2.3 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Lahan

Pemanfaatan sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaan bertujuan untuk menghasilkan barang-barang pemuas kebutuhan manusia, dan dalam penggunaannya pada umumnya tergantung pada kemampuan dan lokasi lahan tersebut. Oleh karena itu lahan memiliki nilai ekonomi da n nilai pasar yang berbeda -beda Suparmoko 1997. Nilai ekonomi pemanfaatan lahan digambarkan oleh suatu konsep dalam teori ekonomi sumbe rdaya lahan yang disebut sebagai sewa lahan atau land rent. Menurut Ricardo diacu dalam Barlowe 1972, rente lahan dapat dibedakan menjadi: a Sewa lahan sebagai pembayaran dari penyewaan kepada pemilik, dimana pemilik melakukan kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu. Menurut Ricardo nilai sewa lahan ini merupakan surplus yang selalu tetap rent as an unearned increment. Surplus yang selalu tetap dimaksudkan sebagai imbalan bagi pemilik tanah dimana tanahnya dibiarkan tidak berproduksi, artinya rente adalah surplus yang selalu tetap atau mendapat hasil tanpa berusaha yang semata-mata diperoleh, karena monopoli pemlikan lahan. Konsep sewa ini sering juga disebut dengan contract rent. b Sewa lahan yang merupakan surplus sebagai hasil dari investasi rent as return on investment. Surplus didefinisikan sebagai keuntungan usaha yakni kelebihan pendapatan di atas biaya produksi. Dalam pengertian ini, lahan dipandang sebagai faktor produksi. Konsep sewa ini sering disebut sebagai land rent. Kebanyakan investor, pemilik dan penggarap, menggunakan konsep land rent ini, sebagai nilai ekonomi pemanfaatan lahan Barlowe 1972. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, Rustiadi 2003 juga menyampaikan bahwa rente lahan land rent secara sederhana didefinisikan sebagai surplus ekonomi, yaitu pendapatan bersih atau benefit yang diterima suatu bidang lahan tiap meter persegi, tiap tahun akibat dilakukannya suatu kegiatan pada bidang R N S P L lahan tersebut. Pendapatan bersih atau benefit ini berasal dari total pendapatan dikurangi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. Peninjauan biaya tergantung kepada yang melihatnya dan karena itu terbagi menjadi: 1 Analisis Finansial, yaitu peninjauan biaya yang dilihat dari segi pengelola usaha. 2 Analisis Ekonomi, yaitu peninjauan biaya yang dilihat dari sudut pandang masyarakat secara keseluruhan sosial. Suparmoko 1997, menunjukkan penggunaan nilai produk dan kurva biaya untuk ilustrasi land rent yang merupakan surplus ekonomi setelah pembayaran biaya produksi, seperti yang tampak pada Gambar 3. Sumber: Suparmoko 1997 Gambar 3. Penggunaan dari Nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi Konsep “Land Rent” yang Merupakan Surplus Ekonomi Setelah Pembayaran Biaya Produksi Berdasarkan Gambar 3, total nilai produksi yang dihasilkan digambarkan oleh segi empat LNSP dengan total biaya dari variabel input yang ditujukkan oleh segi empat MNSR dan menghasilkan land rent atau economic rent seluas LMRP. Surplus sebagai investasi memandang tanah sebagai faktor produksi. Surplus ekonomi sumberdaya lahan dapat dilihat dari surplus ekonomi karena kesuburan tanahnya dan lokasi ekonomi, yang selanjutnya da pat diilustrasikan pada Gambar 4 dan 5. Land Rent Harga M MC AC Output MR =AR AC X 1 X 2 X 3 AC X 1 X 2 X 3 Sumber: Suparmok o 1997 Gambar 4. Ilustrasi Perbedaan Kesuburan Tanah pada Besarnya Land Rent Sumber: Suparmoko 1997 Gambar 5. Perbedaan Land Rent dari Tiga Luas Tanah yang Berbeda Kualitas Lokasi dan Jarak dari Pasar. Gambar 4, menunjukkan rata -rata biaya produksi pada tanah A paling rendah kemudian meningkat pada tanah B dan tanah C. Peningkatan rata -rata biaya produksi per unit output ini disebabkan semakin menurunnya kelas kesuburan tanah, sehingga dengan biaya produksi total yang sama akan menghasilkan output yang berbeda dimana output paling banyak pada tanah A, kemudian B dan C. Adanya perbedaan dalam besarnya rata-rata biaya produksi Output Output Output C 1 P 1 MC AC RP RP RP MC MC AC Jumlah Output Jumlah Output Jumlah Output Biaya Produksi Biaya Produksi Biaya Produksi Land Rent P 1 P 1 =C 3 C 2 C 1 P 1 MC AC RP RP RP MC MC AC Biaya Produksi Biaya Produksi Biaya Produksi Land Rent P 2 P 3 C 2 C 3 A B C A B C per unit. Tanah A menghasilkan land rent yang besar. Tanah B lebih kecil dan tanah C tidak menghasilkan land rent. Gambar 5, menjelaskan adanya perbedaan kualitas lokasi menyebabkan adanya perbedaan dalam land rent. Hal ini disebabkan dengan rata -rata biaya produksi per unit yang sama, harga output yang diterima produsen di pasar proporsional dengan harga jual output, sedangkan pada lokasi 250 km dari pasar harga yang diterima produsen lebih rendah dan untuk lokasi 500 km, harga tanah lebih rendah la gi disebabkan adanya biaya transportasi. Adanya perbedaan harga yang diterima produsen tersebut, land rent tertinggi adalah lokasi dekat pasar dan semakin menurun bila semakin jauh dari pasar. Northam 1975 mengatakan bahwa penggunaan lahan yang paling tinggi adalah pada lokasi terdekat yang mempunyai aksesibilitas maksimum dan pengguna lahan berkemampuan untuk membayar rente yang paling besar. Lokasi tersebut merupakan lokasi yang harus dibayar dengan harga tinggi. Pengaruh biaya transportasi kaitannya dengan perpindahan produk dari berbagai lokasi ke pasar terhadap sewa lahan digambarkan pada Gambar 6. Dalam gambar tersebut, dilukiskan bahwa semakin jauh jarak lokasi lahan dari pasar akan menyebabkan semakin tingginya biaya transportasi. Misalnya pada jarak 0 Km tepat di pusat pasar, biaya transportasi nol dan biaya total sebesar OC pada Gambar 6a, dan pada jarak OK Km biaya total menjadi KT, karena biaya transportasi meningkat menjadi UT. Kemudian jika harga barang yang diangkut setinggi OP, maka pada jarak OK tidak lagi terdapat land rent, sedangkan pada jarak 0, besarnya land rent adalah CP. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa land rent mempunyai hubungan terbalik dengan jarak lokasi lahan dengan pasar seperti yang dilukiskan pada Gambar 6 b. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai land rent juga di sampaikan oleh beberapa orang dari hasil penelitiannya, diantaranya adalah Krause dan Brorsen 1995. Dalam penelitiannya mengenai dampak dari resiko nilai sewa lahan pada lahan pertanian mereka menyatakan bahwa sewa tanah adalah fungsi dari penerimaan, biaya dan resiko. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingginya resiko penggunaan lahan akan mengakibatkan menurunnya nilai sewa lahan dan sebaliknya. Selanjutnya Renkow 1993 dalam penelitiannya tentang harga lahan, sewa lahan dan per ubahan teknologi menyatakan bahwa adopsi teknologi di bidang pertanian mempunyai pengaruh yang positif terhadap nilai sewa lahan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa harapan perolehan keuntungan secara nyata akan dipengaruhi peningkatan harga lahan. Sumber: Suparmoko 1997 Gambar 6. Pengaruh Biaya Transportasi Produk dari Berbagai Lokasi ke Pasar terhadap Land Rent

2.4 Produktivitas