Zona Pantai Barat yang arahan fungsi utamanya sebagai kawasan pariwisata; serta Zona Tirtayasa yang arahan fungsi utamanya sebagai kawasan perikanan tambak.
Kegiatan perikanan tambak merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang banyak dilakukan oleh masyarakat pesisir Kabupaten Serang, bahkan diakui
sebagai kegiatan usaha turun temurun dalam komunitas tersebut. Awalnya kegiatan ini merupakan kegiatan sambilan para nelayan pada saat tidak melaut,
namun karena hasilnya cukup menjanjikan dan juga semakin berkurangnya hasil tangkapan di laut, saat ini perikanan tambak menjadi salah satu mata pencaharian
utama bagi masyarakat pe sisir Kabupaten Serang. Luas lahan potensial untuk kegiatan perikanan tambak di Kabupaten Serang mencapai 8.412,3 Ha dan jumlah
RTP untuk kegiatan perikanan tambak mencapai 1.421 RTP. Pada tahun 2002 produksi perikanan tambak Kabupaten Serang mencapai 1.739,7 Ton atau senilai
Rp. 5,99 milyar. Dalam pengembangannya sebagai salah satu bentuk pemanfaatan lahan
pesisir, diharapkan kegiatan perikanan tambak dapat dikelola secara efektif dan efisien, agar memberikan nilai pemanfaatan yang optimal dalam pengguna an
sumberdaya lahan sehingga kesejahteraan masyarakat pesisir Kabupaten Serang juga dapat meningkat dengan pengembangan kegiatan tersebut. Oleh karena itu
penelitian mengenai analisis land rent pemanfaatan lahan tambak di wilayah pesisir Kabupaten Serang ini dilakukan, karena land rent merupakan suatu konsep
yang sangat penting dalam memahami efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan.
1.2 Perumusan Masalah
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, dalam RTRW Kabupaten Serang, telah ditetapkan suatu zona khusus untuk pengembangan kegiatan
perikanan tambak, yaitu Zona Tirtayasa. Zona Tirtayasa mencakup 3 kawasan pesisir, yaitu Kecamatan Tanara, Kecamatan Tirtayasa dan Kecamatan Pontang,
seperti tampak dalam Gambar 1. Karakter khusus lahan yang ada di kawasan tersebut, mengakibatkan peruntukan kawasan ini sangat terbatas. Peruntukan yang
paling memungkinkan adalah pengembangan tambak ikanudang dan industri yang dikhususkan untuk pengolahan hasil ikan.
Gambar 1. Zona Tirtayasa dalam RTRW Kabupaten Serang
Jenis kegiatan usaha perikanan tambak di wilayah pesisir Kabupaten Serang berkembang sesuai trend yang sangat dipengaruhi oleh banyaknya
permintaan pasar atas komoditas perikanan yang dibudidayakan dan tingkat keuntungan yang diperoleh dari mengusahakan kegiatan tersebut. Komoditas
unggulan dalam kegiatan perikanan tambak di Kabupaten Serang adalah Ikan Bandeng yang memiliki nama latin Channos channos. Komoditas ini menjadi
dominan diusahakan di pertambakan Kabupaten Serang, karena secara teknis pemeliharaan Bandeng relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan Udang. Ikan
Bandeng juga lebih tahan terhadap berbagai jenis penyakit hewan air, terutama dalam menghadapi permasalahan pencemaran perairan yang akhir -akhir ini
menjadi issu dalam pengelolaan tambak di Kabupaten Serang. Selain kemudahan teknis, aspek pemasaran Ikan Bandeng juga turut mendukung berkembangnya
usaha tambak Ikan Bandeng, meski permintaannya tidak setinggi produk sumber protein lain seperti Ayam, namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari
petambak Bandeng bahwa belum pernah terjadi petambak harus menjual Bandeng dengan harga yang amat rendah, sehingga menyebabkan kebangkrutan. Artinya
selama ini belum pernah ada petambak Bandeng yang sampai bangkrut baik karena aspek pemasaran yang lemah atau karena gangguan penyakit.
Pontang Tanara
Tirtayasa
Zona Tirtayasa
Serang Cilegon
Laut Jawa Arah Utara
Perairan Zona Tirtayasa
Pada saat ini, kegiatan budidaya Ikan Bandeng di Kabupaten Serang pada umumnya masih dilakukan secara tradisional. Dengan padat tebar berkisar antara
3.000-4.000 ekor per Ha dan hanya menganda lkan pakan alami dengan konstruksi tambak seadanya, produksi rata-rata yang dicapai hanya sekitar 280 sampai
dengan 400 Kg per Ha. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa produktivitas kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng di Kabupaten Serang
masih sangat rendah. Rendahnya nilai produktivitas kegiatan budidaya Ikan Bandeng tentunya juga, akan berimplikasi terhadap nilai pemanfaatan lahan
tambak di Kabupaten Serang, khususnya Zona Tirtayasa yang arah fungsi utamanya ditetapkan sebagai pusat pengembangan kegiatan perikanan tambak.
Sementara itu, pemilik lahan dan komunitas sosial di wilayah tersebut tentunya mengharapkan nilai surplus yang maksimal dari setiap jenis kegiatan pemanfaatan
lahan yang dilakukan. Begitupun dengan apa yang dilakukan pada saat ini, pemilik lahan berharap mendapatkan surplus yang maksimal dari kepemilikan
lahan dengan menjadikannya sarana dalam kegiatan budidaya tambak Ikan Bandeng.
Berdasarkan pemaparan di atas, timbul suatu pertanyaan yang kemudian menjadi permasalahan yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini, dengan
karakteristik usaha kegiatan Budidaya Ikan Bandeng yang dilakukan masyarakat pesisir Kawasan Zona Tirtayasa pada saat ini, berapakah nilai surplus
pemanfaatan lahan tambak Ikan Bandeng yang dapat diterima oleh pemilik lahan atau komunitas sosial di kawasan tersebut, dan selain produktivitas, faktor apa
lagi yang akan berpengaruh terhadap nilai pemanfaatan lahan tambak Ikan Bandeng di Zona Tirtayasa? Dengan menggunakan konsep land rent, penelitian
ini bermaks ud untuk menganalisis nilai pemanfaatan lahan tambak melalui identifikasi karakteristik kegiatan usaha budidaya Ikan Bandeng yang dilakukan
di Zona Tirtayasa Kabupaten Serang. Dengan demikian diharapkan
pengembangan kegiatan budidaya perikanan tambak di Zona Tirtayasa dapat diarahkan juga pada pencapaian nilai pemanfaatan sumberdaya lahan tambak
yang maksimal, sehingga kebijakan penetapan Zona Tirtayasa sebagai sentra perikanan tambak merupakan langkah pemanfaatan sumberdaya yang effisien,
tidak hanya dari segi karakteristik dan sifat biologis serta kesesuaian lahan, namun juga dari segi economic rent yang diperoleh.
Land Rent sendiri merupakan suatu konsep dalam teori ekonomi sumberdaya lahan yang didefinisikan sebagai surplus atau nilai lebih dari manfaat
yang didapat, atas biaya yang dikeluarkan dalam pemanfaatan sumberdaya lahan. Surplus ekonomi dari sumberdaya lahan dapat sangat ditentukan dari bagaimana
lahan itu digunakan atau dimanfaatkan, adapun nilai tersebut dilihat dari 2 faktor, yaitu surplus ekonomi karena kesuburan tanahnya dan surplus ekonomi karena
lokasi ekonomi Suparmoko 1997.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian