Analisis Nilai Land Rent dan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Tambak Bandeng di Kelurahan Marunda, Jakarta Utara
ANALISIS NILAI LAND RENT DAN OPTIMALISASI
PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK BANDENG DI
KELURAHAN MARUNDA, JAKARTA UTARA
ADE FITRIAN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
(2)
(3)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Nilai Land Rent dan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Tambak Bandeng Di Kelurahan Marunda, Jakarta Utara adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2013
Ade Fitrian H44080067
(4)
(5)
RINGKASAN
ADE FITRIAN. Analisis Nilai Land Rent dan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Tambak Bandeng Di Kelurahan Marunda, Jakarta Utara. Dibimbing oleh Tridoyo Kusumastanto dan Benny Osta Nababan.
Wilayah pesisir yang merupakan wilayah peralihan antara darat dan laut adalah wilayah dengan sumber daya potensial untuk memenuhi kebutuhan manusia. Salah satu cara yang dilakukan untuk mendapatkan mata pencaharian dari sumberdaya pesisir yaitu melalui budidaya tambak. Salah satu kawasan pesisir di Jakarta yang masyarakatnya masih mengelola tambak ikan bandeng adalah Kelurahan Marunda, Jakarta Utara. Dalam pemenuhan air, tambak bandeng di Kelurahan Marunda memanfaatkan sumber air yang berbeda dan dibagi menjadi dua wilayah. Wilayah yang dekat dengan laut, lebih memanfaatkan air laut, sedangkan di wilayah yang dekat dengan sungai BKT, sumber yang digunakan berasal dari air BKT.
Kegiatan budidaya ikan bandeng di Kelurahan Marunda pada umumnya juga masih dilakukan secara tradisional, sehingga produktivitas kegiatan budidaya tambak ikan bandeng di wilayah ini dikatakan masih sangat rendah. Rendahnya nilai produktivitas kegiatan budidaya ikan bandeng dan perubahan kondisi lingkungan, akan berimplikasi terhadap nilai pemanfaatan lahan pesisir di wilayah Kelurahan Marunda. Pemilik lahan yaitu para petambak di wilayah tersebut mengharapkan keuntungan yang maksimal dari kegiatan tersebut, sehingga diperlukan analisis nilai pemanfaatan lahan (land rent) dari kegiatan tersebut, serta analisis optimalisasi untuk mengetahui nilai rente dan penggunaan input optimal.
Dilihat dari analisis data yang telah dilakukan terhadap 29 responden, diketahui beberapa karakteristik input produksi di setiap unit analisis. Input yang digunakan antara lain adalah lahan tambak, benih, tenaga kerja, pupuk, pembasmi hama, vitamin, pakan dan penggunaan air. Pada setiap unit analisis juga memiliki jumlah peralatan yang berbeda sesuai dengan modal awal setiap petambak. Kegiatan produksi di masing-masing unit analisis berlangsung selama empat sampai enam bulan yang teridiri dari masa persiapan, masa pemelihaaraan dan masa panen.
Berdasarkan konsep Ricardian Land Rent, dilakukan identifikasi dan analisis nilai land rent yang dipengaruhi oleh faktor penggunaan air. Identifikasi faktor tersebut digunakan untuk menghasilkan nilai land rent kegiatan budidaya tambak ikan bandeng di Kelurahan Marunda. Nilai land rent untuk kegiatan tambak budidaya ikan bandeng di unit analisis pengguna air BKT adalah Rp 2.093.961,52 per ha, sementara di unit analisis pengguna air laut nilai land rent sebesar Rp 1.039.702,06 per ha. Analisis tersebut menunjukkan bahwa unit analisis pengguna air BKT memiliki surplus pemanfaatan sumberdaya lahan yang lebih besar dibandingkan dengan unit analisis pengguna air laut. Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan pemanfaatan lahan tambak budidaya ikan bandeng di unit analisis pengguna air BKT lebih efisien dari aspek daya jual output dan kesuburan lahan.
Analisis optimalisasi nilai land rent yang telah dilakukan memberikan gambaran bahwa dengan karakteristik usaha di masing-masing unit analisis,
(6)
kegiatan aktual budidaya ikan bandeng berada sedikit dibawah kondisi optimal. Nilai land rent optimal untuk kegiatan tambak budidaya ikan bandeng di unit analisis pengguna air BKT adalah Rp 2.111.796,75 per ha, sementara di unit analisis pengguna air laut nilai land rent sebesar Rp 1.060.216,79 per ha. Analisis sensitivitas nilai land rent ditujukan untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor luar terhadap perubahan nilai land rent. Asumsi yang dibangun didasarkan pada situasi terkini saat penelitian berlangsung, yaitu terjadi kenaikan harga pakan dan pupuk urea yang berpengaruh terhadap biaya sarana produksi. Analisis sensitivitas yang dilakukan merubah nilai land rent pada kondisi aktual menjadi Rp 1.859.441.42per ha di unit analisis pengguna air BKT atau turun sebesar 11,20 % dan Rp 897.731,25 per ha pada unit analisis pengguna air laut atau turun sebesar 13,65%. Nilai land rent untuk analisis sensitivitas pada kondisi optimal yaitu sebesar Rp 1.878.633.73 per ha pada unit analisis pengguna air BKT atau turun sebesar 11,04% dan Rp 919.665,95 per ha pada unit analisis pengguna air laut dengan persentase penurunan sebesar 13,26%. Hasil analisis optmalisasi dan sensitivitas tersebut menunjukkan bahwa penggunaan input optimal dan kenaikan harga tersebut memberikan nilai pemanfaatan lahan yang positif, sehingga kegiatan tersebut masih layak untuk dilakukan.
(7)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi produksi bandeng aktivitas tambak, mengestimasi nilai Land rent berdasarkan sumber air, dan optimalisasi kegiatan budidaya tambak bandeng di Kelurahan Marunda. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis nilai land rent, analisis optimalisasi dan analisis sensitivitas. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa input produksi tambak ikan bandeng di setiap unit adalah, lahan tambak, benih, tenaga kerja, pupuk, pembasmi hama, vitamin, pakan dan penggunaan air. Nilai land rent tambak bandeng di unit analisis pengguna air BKT adalah Rp 2.093.961,52 per hektar. Sedangkan nilai land rent di unit analisis pengguna air laut adalah sebesar Rp 1.039.702,06 per hektar. Hasil Analisis tersebut menginformasikan bahwa unit analisis pengguna air BKT memiliki surplus pemanfaatan sumberdaya lahan yang lebih besar dibandingkan dengan unit analisis pengguna air laut. Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan pemanfaatan lahan tambak budidaya ikan bandeng di unit analisis pengguna air BKT lebih efisien dari aspek daya jual output dan kesuburan lahan.
Selain itu, penelitian ini juga menganalisis optimalisasi sarana produksi untuk membangun fungsi tujuan memaksimumkan nilai rente. Hal ini untuk mengetahui tingkat efisien tambak bandeng di Marunda secara ekonomi. Hasil analisis Optimasi dan sensitivitas menunjukkan bahwa penggunaan input optimal dan kenaikan harga masih memberikan nilai pemanfaatan lahan yang positif, sehingga kegiatan tersebut masih layak dilakukan.
(8)
activity, estimates the land rent value based from water source, and optimization activity from bandeng fishpond in Kelurahan Marunda. The method used this research were descriptive analysis, land rent value analysis, optimization analysis and sensitivity analysis. The result shows that the input of fishpond bandeng production in every unit is the land, seed, labor, manure, pest control, vitamin, feed, and water use. The land rent value of the fishpond bandeng at BKT water user is Rp 2.093.961,52 per ha. While land rent value at sea water user is Rp 1.039.702,06 per ha. The analysis informs that the unit of analysis of BKT water user has a surplus of land larger than the unit of analysis of sea water users. This illustrates that land use activities from milkfish ponds in the unit of analysis of BKT water users is more efficient aspects of selling power output and fertility of the land.
In addition, this study also analyzed the optimization of production inputs to construct the objective function to maximize the value of rents. This is to determine the efficient level of milkfish ponds at Marunda in economically. Optimization and sensitivity analysis results indicate that the use of optimal inputs and rising prices give a positive land value, so that the activity is feasible
(9)
ANALISIS NILAI LAND RENT DAN OPTIMALISASI
PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK BANDENG DI
KELURAHAN MARUNDA, JAKARTA UTARA
ADE FITRIAN H44080067
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
(10)
(11)
Judul Proposal : Analisis Nilai Land Rent dan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Tambak Bandeng di Kelurahan Marunda, Jakarta Utara
Nama : Ade Fitrian
NIM : H44080067
Disetujui
Diketahui
Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT
Tanggal :
Benny Osta Nababan S.Pi, M.Si Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS Pembimbing I
(12)
(13)
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan selama proses penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Rudolf Pasla, Ibu Atika Pasla serta kakak Julia Rufika Pasla, Febri Rufian Pasla yang selalu memberikan dukungan, doa dan kasih sayang yang tak terhingga kepada penulis
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS dan Bapak Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk bimbingan, memberikan saran, ilmu serta wawasan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP dan Bapak Rizal Bahtiar,S.Pi, M.Si selaku dosen penguji utama serta dosen penguji wakil departemen.
4. Bapak Ahmad Taufik dan seluruh masyarakat petambak di Kelurahan Marunda, Dinas Kelautan dan Perikanan Jakarta Utara, serta instansi terkait atas dukungan, data dan informasinya.
5. Rizka Humairoh yang selalu memberi dukungan & semangat kepada penulis 6. Rekan satu bimbingan khususnya Yogi, Andri, Rizky, Pradipta, Tika dan
Ghieah atas segala kebersamaan, semangat dan motivasinya.
7. Teman-teman DR-A14 & ESL 45 khususnya Hairul, Ichsan, Sandy, Dwipanca, Erwan, Nurul, Evi, Vicky, dan Fadhilla izzaty atas kebersamaan, dukungan, dan keceriaannya selama ini.
(14)
(15)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini dibuat sebagai tugas akhir serta syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini berjudul “Analisis nilai Land Rent dan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Tambak Bandeng di Kelurahan Marunda, Jakarta Utara”. Penelitian ini mengidentifikasi mengenai nilai pemanfaatan lahan (land rent) sebagai pemberi informasi kepada petambak atau pemilik lahan atas nilai atau surplus yang diterima dalam pemanfaatan sumberdaya lahan. Penelitian ini juga menganalisis optimalisasi nilai land rent untuk mengetahui nilai rente dan penggunaan input optimal dalam kegiatan tambak budidaya ikan bandeng di wilayah tersebut.
Bersama ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses persiapan hingga diselesaikannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta memberikan kontribusi bagi berbagai pihak dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir khususnya petambak.
Bogor, Juli 2013
(16)
(17)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……… xv
DAFTAR TABEL……… xvii
DAFTAR GAMBAR………... xix
DAFTAR LAMPIRAN………... xxi
I. PENDAHULUAN……….. 1
1.1. Latar Belakang………... 1
1.2. Perumusan Masalah ……….. 3
1.3. Tujuan Penelitian.……….. 5
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ……….……… 5
1.5. Manfaat Penelitian ………... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA………. 7
2.1. Wilayah Pesisir………...………... 7
2.2. Tambak………...……… 8
2.3. Pemanfaatan Sumberdaya Lahan ……….. 9
2.4. Sewa Lahan (Land Rent)……… 10
2.5. Produktivitas……….………. 11
2.6. Biaya Produksi………... 12
2.7. Harga………..……….………... 13
2.8. Biaya InputAir Baku………... 14
2.9. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Tambak…………...………….. 14
2.10. Budidaya Tambak Ikan Bandeng………... 15
2.11. Penelitian Terdahulu……….. 16
III. KERANGKA PEMIKIRAN ……… 19
IV. METODOLOGI PENELITIAN ………..…… 23
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian…….……… 23
4.2. Metode Penelitian……….. 23
4.3. Jenis dan Sumber Data…..………. 23
4.4. Metode Pengambilan Sampel………. 24
4.5. Metode Analisis Data...……….. 25
4.5.1. Identifikasi Karakteristik Produksi Budidaya Ikan Bandeng...………... 25
4.5.2. Analisis Land Rent...……….. 25
4.5.3. Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent……...……... 27
4.5.4. Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent ………... 28 Halaman
(18)
4.6. Batasan Penelitian…….………. 29
V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBYEK PENELITIAN……….……..……….. 31
5.1. Keadaan Wilayah Kelurahan Marunda………... 31
5.2. Kondisi Demografi Lokasi Penelitian………... 31
5.3. Tata Guna Lahan…….………... 32
5.4. Keadaan Umum Usaha Budidaya Bandeng di Kelurahan Marunda………. 33 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN………. 35
6.1. Identifikasi Karakteristik Produksi Budiddaya Ikan Bandeng…... 35
6.1.1. Karakteristik Petambak………. 35
6.1.2. Input Produksi………... 38
6.1.3. Peralatan Kegiatan Budidaya dan Modal Investasi………. 44
6.1.4. Kegiatan Produksi………. 47
6.1.5. Hasil Produksi dan Pemasaran………. 49
6.2. Analisis Nilai Land Rent……….... 50
6.2.1. Produktivitas Lahan……….. 50
6.2.2. Biaya Produksi……….. 53
6.2.3. Land Rent Berdasarkan Penggunaan Air……….………. 56
6.3. Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent……… 57
6.4. Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent………. 63
VI. KESIMPULAN DAN SARAN………. 69
7.1. Kesimpulan……… 70
7.2. Saran……….. 79
DAFTAR PUSTAKA……….. 71
(19)
DAFTAR TABEL
1. Jenis dan Sumber Data………...………..…….………... 24 2. Jumlah Penduduk per RW di Kelurahan Marunda Tahun 2011….……. 32 3. Luas Area Pemanfaatan Lahan di Kelurahan Marunda Tahun 2011…... 33 4. Produksi Budidaya Tambak Ikan Air Payau dalam 5 Tahun Terakhir di
Kelurahan Marunda …... 33 5. Jumlah Petambak Berdasarkan Sebaran Umur di Masing-masing Unit
Analisis……….. 35
6. Jumlah Petambak Berdasarkan Pengalaman Bertambak di Masing-Masing Unit Analisis……… 36 7. Jumlah Petambak Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Masing-masing
Unit Analisis……… 37
8. Rata-Rata Luasan Lahan Tambak Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis……….. 38 9. Harga Lahan Tambak di Masing-Masing Unit Analisis……….. 39 10. Padat Tebar Per Ha dan Harga Benih Ikan Bandeng di Masing-Masing
Unit Analisis……… 40
11. Jumlah Tenaga Kerja Pada Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-masing Unit Analisis……….. 40 12. Sistem Pemberian Upah Tenaga Kerja dalam Kegiatan Budidaya
Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis……… 41 13. Dosis Penggunaan Pupuk dan Pembasmi Hama dalam Kegiatan
Budidaya Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis.…… 42 14. Penggunaan Pakan dan Vitamin dalam Kegiatan Budidaya Tambak
Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis………... 43 15. Penggunaan Kebutuhan Air dalam Kegiatan Budidaya Tambak Ikan
Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis………... 44 16. Peralatan dalam Kegiatan Budidaya Tambak Bandeng di
Masing-Masing Unit Analisis……… 45
17. Rata-Rata Jumlah Modal Investasi Usaha Kegiatan Budidaya Tambak Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis………... 46 18. Jumlah Produksi Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit
Analisis………. 49
19. Harga Ikan Bandeng per Kg di Masing-Masing Unit Analisis………… 49 20. Nilai Produktivitas Rata-Rata Lahan Tambak di Masing-Masing Unit
Analisis……….
51 21. Informasi Kondisi Lahan dan Sumber Air di Lokasi Penelitian…...….. 52 22. Biaya Tenaga Kerja Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di
Masing-Masing Unit Analisis……….. 53 23. Biaya Sarana Produksi Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di
(20)
Masing-Masing Unit Analisis……….. 54 24. Biaya Penggunaan Air Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di
Masing-Masing Unit Analisis……….. 55 25. Total Biaya Produksi Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di
Masing-Masing Unit Analisis……….……. 56 26. Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Penggunaan Air………. 56 27. Nilai Output, Input dan Rente Optimal Kegiatan Budidaya Tambak
Ikan Bandeng di Unit Analisis Pengguna Air BKT………. 59 28. Nilai Output, Input dan Rente Optimal Kegiatan Budidaya Tambak
Ikan Bandeng di Unit Analisis Pengguna Air Laut………. 60 29. Nilai Input dan Total Biaya Produksi Optimal Kegiatan Budidaya
Tambak Ikan Bandeng di Masing-Masing Unit Analisis……… 61 30. Nilai Land Rent Optimal Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng di
Masing-Masing Unit Analisis………..… 62 31. Perbandingan nilai Land Rent Aktual dengan Land Rent Optimal…….. 62 32. Total Biaya Produksi Pada Kondisi Aktual Kegiatan Budidaya Tambak
Ikan Bandeng Setelah Mengalami Kenaikan Harga Pakan dan Urea di
Masing-Masing Unit Analisis……….……… 64
33. Perubahan Nilai Land Rent Pada Kondisi Aktual Akibat Adanya Kenaikan Harga Pakan dan Urea di Masing-Masing Unit
Analisis………. 65
34. Total Biaya Produksi Pada Kondisi Optimal Kegiatan Budidaya Tambak Ikan Bandeng Setelah Mengalami Kenaikan Harga Pakan dan Urea di Masing-Masing Unit Analisis……….… 66 35. Perubahan Nilai Land Rent Pada Kondisi Optimal Akibat Adanya
Kenaikan Harga Pakan dan Urea di Masing-Masing Unit
(21)
DAFTAR GAMBAR
1. Penggunaan dari Nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi konsep “Land Rent” yang Merupakan Surplus Ekonomi Setelah
Pembayaran Biaya Produksi ……… 11
2. Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forskal) ………...………… 16 3. Kerangka Pemikiran Penelitian ……….………. 21 4. Diagram Kerangka Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Nilai land Rent………...………. 26
5. Produktivitas Lahan Tambak Bandeng di Masing-Masing Unit
Analisis……… 51
6. Nilai Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak Bandeng di
Masing-Masing Unit Analisis……… 57
7. Ilustrasi Kurva Peningkatan Nilai Land Rent Akibat Penggunaan
Input Optimal ………. 63
(22)
(23)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara...………...………... 74 2. Kuesioner Penelitian……...……… 75 3. Data Karakteristik Responden Petambak Budidaya Ikan Bandeng ………. 80 4. Data Karakteristik Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Ikan
Bandeng di Unit Analisis Pengguna Air BKT……….……….. 81 5. Data Karakteristik Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Ikan
Bandeng di Unit Analisis Pengguna Air Laut……… 82 6. Data Total Penggunaan Air Setiap Responden……… 85 7. Data Rincian Modal Invetasi Usaha Kegiatan Budidaya Tambak
Bandeng ……….……….. 86
8. Output Maple untuk Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent di Wilayah
Pengguna Air BKT……… 87
9. Output Maple untuk Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent di Wilayah
Pengguna Air Laut………. 89
(24)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir yang merupakan wilayah peralihan antara darat dan lautadalah wilayah dengan sumberdaya potensial untuk memenuhi kebutuhan manusia.Pemenuhan kebutuhan tersebut diantaranya adalah sumberdaya perikanan, sumberdaya mineral dan tambang, sumberdaya energi alternatif, serta sumberdaya alami untuk media transportasi, pertahanan, keamanan, dan pariwisata (Bengen, 2001).Potensi sumberdaya tersebut sangat besar karena wilayah Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km(World Resource Institute, 19981).Garis pantai yang panjang ini memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sebagai sumber mata pencaharian. Melalui pengelolaan yang efektif dan efisien diharapkan pemanfaatan sumberdaya pesisir dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, dengan memberikan nilai pemanfaatan yang maksimal, mengingat 65% dari penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir. Secara keseluruhan hal ini merupakan tekanan dan beban yang harus dipikul lingkungan pesisir.Memperhatikan fenomena tersebut maka pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir secara berkelanjutan adalah suatu kebutuhan (Savitri dan Khazali, 1999)
Masyarakat pesisir mendapatkan mata pencaharian dari sumberdaya pesisir yaitu melalui budidaya tambak. Usaha perikanan budidaya tambak merupakan kegiatan yang memanfaatkan kawasan pesisir yang mampu memberikan kontribusi cukup besar terhadap pendapatan masyarakat, penyedia lapangan kerja, dan perolehan devisa negara yang potensial. Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara umum tambak di Indonesia khususnya pantai utara Jawa digunakan untuk budidaya ikan bandeng, walaupun masih banyak spesies lain yang dibudidayakan. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan bahwa lahan potensial untuk kegiatan budidaya tambakdi Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan mencapai
1
http://silma.blog.ugm.ac.id/2011/06/13/prospek-industri-perikanan-5-tahun-yang-akan-datang/ [diakses 4 Desember 2012]
(25)
2.963.717 Ha, dari potensi tersebut pemanfaatan yang telah dilakukan untuk budidaya tambak adalah 682.857 Ha.
Data produksi bandeng Indonesia tahun 2009 sekitar 475.000 ton dan mengalami kenaikan sebesar 13,66% dari tahun-tahun sebelumnya. Namun pada tahun yang sama kebutuhan bandeng untuk konsumsi dalam negeri sekitar 470.250 ton (Prasetio et al,2010). Data tersebut menunjukkan bahwa produksi ikan bandeng saat ini masih terbatas untuk memenuhi permintaan dalam negeri. Namun, melihat potensi dan prospek yang ada, tidak tertutup kemungkinan produksi ikan bandeng dapat dikembangkan sebagai komoditas ekspor yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan negara.
Salah satu kawasan pesisir di Jakarta yang masyarakatnya mengelola tambak adalah Kelurahan Marunda, Jakarta Utara.Kelurahan Marunda merupakan kawasan pesisir Jakarta yang saat ini kondisi lingkungannya telah memburuk.Sebelumnya Marunda merupakan area hutan mangrove yang berfungsi sebagai pencegah abrasi dan sumber mata pencaharian masyarakat setempat.Namun, wilayah ini kini beralih menjadi kawasan komersial khususnya kawasan industri yang dapat merusak keseimbangan ekologi. Hal iniakanmenimbulkan perubahan ekologi yang mengancam keberlanjutan kehidupan masyarakat (sebagian besar petambak dan nelayan) di daerah tersebut. Proyek pembangunan kawasan pantai Marunda mulai terlihat sejak tahun 1990-an setelah dibangunnya Kawasan Berikat Nusantara (KBN) serta industri lainnya yang menggeser aktivitas ekonomi petani tambak di pantai Marunda.
Sebagai salah satu pusat budidaya tambak ikan bandeng di pesisir Jakarta, Kelurahan Marunda merupakan wilayah dengan daya dukung lingkungan yang rendah, sehingga banyak kendala yang ditimbulkan dalam proses pembudidayaan. Pemenuhan air untuk kegiatan budidaya tambak di Kelurahan Marunda menggunakan sumber air yang berbeda di setiap wilayahnya. Beberapa petambak di sekitar wilayah atau muara saluran Banjir Kanal Timur (BKT) menggunakan air dari saluran tersebut untuk pemanfaatannya, sedangkan tambak yang dekat dengan sungai alami dari laut, lebih memanfaatkan pasang surut air laut dari sungai tersebut.
(26)
Kualitas air pada tambak sangat tergantung pada kualitas sumber air, yakni sungai, danau, waduk, dan air hujan. (Ghufran, 2007). Pemeliharaan tambak bandeng yang sehat mensyaratkan kualitas air yang baik serta tidak tercemar dan volume air pun harus pada kondisi yang tepat. Hal ini dimaksudkan agar bandeng yang dibudidayakan bisa menghasilkan produktivitas yang maksimal.Bandeng sendiri merupakan hewan air yang dapat hidup diair laut maupun air payau.Selain air, lahan merupakan faktor penting dalam kegiatan budidaya tambak.Pemilihan lahan untuk tambak dilakukan demi terpenuhinya syarat teknis baik dari segi lingkungan maupun dari segi fisik lahan.Saat inipemanfaatan lahan kawasan pesisir Kelurahan Marunda khususnya budidaya tambak telah menurun kondisinya seiring meningkatnya konversi lahan dan aktifitas industri di wilayah tersebut.Dengan demikian pengelolaan dan pemanfaatan lahan pesisir untukkegiatan perikanan tambak harusdapat dikelola secara efektif dan efisien.Pemanfaatan yang optimal dalam penggunaan sumberdaya lahan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para petambak di wilayah tersebut.Nilai pemanfaatan lahan tersebut perlu dipecahkan melalui analisis land rent.Land rent sendiri merupakan suatu konsep dalam teori ekonomi sumberdaya lahan yang didefinisikan sebagai surplus atau nilai lebih dari manfaat yang didapat atas biaya yang dikeluarkan dalam pemanfaatan sumberdaya lahan. Surplus ekonomi dari sumberdaya lahan sangat ditentukan dari bagaimana lahan itu digunakan atau dimanfaatkan.Adapun nilai tersebut dilihat dari dua faktor, yaitu surplus ekonomi akibat kesuburan tanahnya dan surplus ekonomi akibat lokasi ekonomi (Suparmoko, 1997).
Oleh karena itu penelitian mengenai analisis land rent pemanfaatan lahan tambak bandeng di wilayah pesisir Jakarta penting untuk dilakukan, agar dapat mendukung dalam pengambilan keputusan usaha budidaya tambak yang optimal. Dengan diketahui nilailand rent tersebut, maka dapat diambil langkah untuk meningkatkan nilai efisiensidan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan.
1.2 Perumusan Masalah
Kelurahan Marunda memiliki wilayah cukup luas yang dimanfaatkanuntuk berbagai macam kegiatan, salah satunya kegiatan tambak.Kegiatan pertambakan
(27)
sendiri memiliki beberapa lokasi dan karakteristik yang berbeda.Karakteristik khusus yang membedakan dari kegiatan tambak di wilayah ini adalah penggunaan sumber air.Komoditas utama tambak di Kelurahan Marunda adalah ikan bandeng.Secara teknis pemeliharaan bandeng relatif lebih mudah bila dibandingkan komoditas lainnya seperti udang.Ikan bandeng juga lebih tahan terhadap berbagai jenis penyakit, terutama dalam menghadapi permasalahan pencemaran perairan yang menjadi isu dalam pengelolaan tambak di Kelurahan Marunda.
Kegiatan perikanan tambak merupakan salah satu mata pencaharian bagi masyarakat pesisir Kelurahan Marunda.Kegiatan pemanfaatan lahan tambak tersebut merupakan kegiatan usaha turun temurun, sehingga rata-rata kepemilikan lahan merupakan milik sendiri.Semenjak banyaknya proyek pembangunan kawasan pantai, kegiatan pemanfaatan lahan perikanan tambak di wilayah ini menjadi terkendala.Hal tersebut terlihat dari minimnyaketersediaan lahan dan perubahan kondisi ekologi yang semakin memburuk.Permasalahan tersebut akan berpengaruh terhadap hasil output produksi dan keuntungan yang diperoleh para petambak di wilayah ini.
Kegiatan budidaya ikan bandeng di Kelurahan Marunda pada umumnya jugamasih dilakukan secara tradisional, sehingga produktivitas kegiatan budidaya tambak ikan bandeng di wilayah ini terlihat masih sangat rendah. Rendahnya nilai produktivitas kegiatan budidaya ikan bandeng dan perubahan kondisi lingkungan tersebut, akan berimplikasi terhadap nilai pemanfaatan lahan tambak di Kelurahan Marunda. Sementara itu, pemilik lahan yaitu para petambak di wilayah tersebut tentunya mengharapkan keuntungan yang maksimal dengan menjadikannya sarana dalam kegiatan budidaya tambak ikan bandeng.
Berdasarkan keadaan tersebut, beberapa permasalahan yang dipecahkan dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimanakah karakteristik produksi budidaya ikan bandeng di Kelurahan Marunda?
2. Bagaimanakah pengaruh sumber air terhadapnilai land rent dari pemanfaatan budidaya tambak ikan bandeng di Kelurahan Marunda?
(28)
3. Bagaimanakah optimalisasi kegiatan pemanfaaatan tambak ikan bandeng di Kelurahan Marunda?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik produksi budidaya ikan bandeng di Kelurahan Marunda.
2. Mengkaji nilai land rent budidaya tambak ikan bandeng berdasarkan pengaruh sumber air yang digunakan di Kelurahan Marunda.
3. Menganalisis optimalisasi kegiatan pemanfaatan tambak ikan bandeng di Kelurahan Marunda.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Wilayah penelitian berada di Kelurahan Marunda, Jakarta Utara.Responden dalam penelitianadalah para petambak yang dikhususkan membudidayakan ikan bandeng.Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik produksi budidaya ikan bandeng, menentukan nilai land rent dan optimalisasi lahan. Analisis nilai land rent diidentifikasi berdasarkan perbedaan sumber air yang digunakan pada proses produksi budidaya tambak bandeng Kelurahan Marunda, Jakarta Utara.
Analisis optimalisasi lahan pada penelitian ini untuk memberikan informasi pada pemilik lahan atau pengelola tambak apakah budidaya tambak bandeng efisien secara ekonomis atau tidak yang dilihat dari penggunaan input dan rente yang dihasilkan.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Bagi penulis, untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan, serta mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dalam perkuliahan pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan untuk diterapkan di lapangan.
(29)
2. Bagi akademisi dan peneliti, sebagai informasi tambahan atau bahan rujukan untuk tulisan ilmiah dan penelitian selanjutnya.
3. Bagi masyarakat khususnya petambak Marunda, sebagai pedoman, informasi serta pengambilan keputusan dalam menjalankan kegiatan budidaya ikan bandeng secara tepat dan optimal.
4. Bagi pemerintah daerah ataupun Dinas Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta sebagai informasi dan bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan yang tepat agar pemanfaatan tambak bandeng dapat dilakukan secara optimal dan berkelanjutan.
(30)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wilayah Pesisir
Secara ekologis wilayah pesisir adalah suatu kawasan yang merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan.Wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti penggundulan hutan dan pencemaran.Wilayah pesisir ke arah daratan, baik yang kering maupun terendam air masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin (Dahuri et al. 1996).
LIPI (2007), menyatakan daerah pesisir adalah jalur tanah darat atau kering yang berdampingan dengan laut, di mana lingkungan dan tata guna lahan mempengaruhi secara langsung lingkungan ruang bagian laut, dan sebaliknya.Daerah pesisir adalah jalur yang membatasi daratan dengan laut atau danau dengan lebar yang bervariasi. Secara fungsi, merupakan peralihan yang luas antara tanah dan air dimana produksi, konsumsi, dan proses pertukaran terjadi pada tingkat intensitas yang tinggi. Secara geografis, batas darat wilayah pesisir sulit dipastikan. Umumnya air wilayah pantai diidentifikasikan sampai dengan ujung paparan benua (continental shelf) atau kedalaman kira-kira 200 m.
Adapun untuk Indonesia, pada tahun 1990, definisi wilayah pesisir yang disepakati pada pembakuan teknis wilayah pesisir yaitu jalur saling pengaruh antara darat dan laut, mempunyai ciri geosfer secara khusus, ke arah darat dibatasi oleh pengaruh sifat fisik laut, dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah laut dibatasi oleh proses serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan darat.Menurut UU No.27 Tahun 20072 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil antar sektor, antara pemerintah dan pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2
(31)
2. Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
3. Perairan pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau dan laguna.
Dengan batasan di atas, maka luas wilayah pesisir ini, bisa sangat bervariasi antara satu tempat dengan tempat lainnya, mulai beberapa ratus meter hingga puluhan kilometer. Pada beberapa daerah pesisir dataran rendah (coastal low land), air laut bisa masuk ke daratan pada waktu air pasang naik sehingga baik tata air tanah dan jenis tanahnya akan memperlihatkan ciri-ciri pengaruh air laut.
2.2 Tambak
Tambak adalah wilayah yang dibentuk manusia untuk pemeliharaan ikan.Istilah tambak atau empang digunakan untuk menunjuk pada kolam yang dibuat manusia di pinggir pantai yang diisi dengan air laut atau air payau.
Ditinjau dari segi letak tambak terhadap laut dan muara sungai, tambak dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu tambak layah, tambak biasa, dan tambak darat (Murtidjo, 2006).Tambak layah terletak dekat sekali dengan laut, di tepi pantai atau muara sungai. Di daerah pantai dengan perbedaan tinggi air pasang surut yang besar, air laut dapat menggenangi daerah tambak ini sampai sejauh 1,5 – 2 km dari garis pantai kearah daratan tanpa mengalami perubahan salinitas yang mencolok.
Tambak biasa terletak di belakang tambak layah.Tambak ini selalu terisi oleh campuran antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut (air payau). Salinitas pada tambak ini akan meningkat selama tambak diisi air laut (saat pasang) dan akan menurun kembali jika diisi dengan air tawar dari sungai atau di saat hujan.
Tambak darat terletak sangat jauh dari pantai.Akibat letaknya cukup jauh dari garis pantai, tambak ini biasanya hanya terisi oleh air tawar, sedangkan air laut seringkali tidak mampu mencapainya.Walaupun di beberapa tempat, air laut mampu mencapainya, tetapi karena perjalanan air laut cukup jauh, salinitasnya
(32)
menjadi sangat rendah. Suplai air dipertahankan selama musim hujan, kalau hujannya berkurang, maka sebagian dari tambak menjadi kering sama sekali. Karena suplai air hanya diharapkan dari musim hujan saja.Tambak ini hanya dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan-ikan tertentu, seperti bandeng, kakap putih, nila dan mujair.
2.3 Pemanfaatan Sumberdaya Lahan
Penggunaan lahan atau tanah pada umumnya tergantung pada kemampuan tanah dan lokasi tanah.Untuk aktifitas pertanian, penggunaan tanah tergantung pada kelas kemampuan tanah yang dicirikan oleh adanya perbedaan atas sifat-sifat yang merupakan penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur tanah, kemampuan menahan air, lereng permukaan tanah, tingkat erosi yang telah terjadi.Penggunaan-penggunaan tanah juga tergantung pada lokasi khususnya untuk daerah-daerah pemukiman, untuk lokasi-lokasi industri, maupun untuk daerah-daerah rekreasi (Suparmoko, 1997).
Para pemilik sumberdaya tanah cenderung menggunakan miliknya itu untuk tujuan-tujuan yang memberikan harapan diperolehnya penghasilan yang tinggi, sehingga para pemilik lahan tersebut akan menggunakan tanahnya sesuai dengan konsep penggunaan yang tertinggi dan terbaik (Barlowe dalam Kaunang, 1972). Penggunaan yang terbaik sesungguhnya tergantung pada penilaian si pemilik, apakah itu dinilai dengan uang atau dengan nilai yang tak dapat diraba ataupun nilai-nilai sosial.Selanjutnya penggunaan yang terbaik dan tertinggi ini tergantung pula pada kapasitas penggunaan dari tanah itu serta tinggi rendahnya permintaan terhadapnya.Kenaikan harga tanah selain menimbulkan nilai lebih yang dinikmati oleh para pemilik tanah, juga menimbulkan dorongan adanya spekulasi pemanfaatan lahan dari pemilik tanah secara berlebihan. Spekulasi tersebut terutama pada tanah-tanah yang diharapkan akan menjadi daerah pemekaran kota atau perluasan dan jaringan fasilitas perkotaan, dan seterusnya. Hal ini memungkinkan adanya penggunaan tanah secara tidak efisien (Prabowo dan Reksohadiprojo, 1985).
(33)
Dalam sejarah dunia tentang pemanfaatan lahan, menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan secara tidak rasional disebabkan karena kebutuhan (demand) lahan makin meningkat, sedangkan penyediaan terhadap lahan tetap. Antara kebutuhan dan ketersediaan lahan saling berkaitan, sehingga akan berpengaruh terhadap luasan lahan yang tidak pernah berubah. Perkembangan yang menunjukkan kecenderungan makin meningkat tersebut akan berpengaruh kepada terjadinya konflik pemanfaatan lahan (Prabowo dan Reksohadiprojo, 1985).
2.4 Sewa Lahan (Land Rent)
Menurut Ricardo dalam Sushanti (2008), menyatakan bahwa sewa lahan (land rent), adalah surplus ekonomi suatu lahan yang dapat dibedakan atas (i) surplus yang selalu tetap (rent as an unearned increment), definisi ini memberikan kesan bahwa sewa lahan adalah surplus yang selalu tetap atau mendapatkan hasil tanpa berusaha (windfall return), yang diperoleh akibat pemilikan lahan, dan (ii) surplus sebagai hasil dari investasi (rent as return), dalam pengertian ini lahan dipandang sebagai faktor produksi. Kebanyakan investor, pemilik dan penggarap, menggunakan kedua pengertian ini. Selanjutnya, land rent dapat dibedakan atas teori sewa Ricardian (Ricardian Rent), dan sewa ekonomi (Economic Rent atau Locational Rent). Teori sewa Ricardian, merupakan teori sewa lahan yang mempertimbangkan faktor kesuburan lahan. Lahan yang subur akan memiliki nilai land rent yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang kurang subur.Pendekatan ini terutama banyak digunakan pada wilayah pertanian yang umumnya berada di pedesaan, sedangkan sewa ekonomi mempertimbangkan lokasi atau jarak dari suatu lahan pertanian dengan pusat pasar (Barlowe, 1978).
Rustiadi et al. (2003) juga menyampaikan bahwa rente lahan (land rent) secara sederhana didefinisikan sebagai surplus ekonomi, yaitu pendapatan bersih atau benefit yang diterima suatu bidang lahan tiap meter persegi, tiap tahun akibat dilakukannya suatu kegiatan pada bidang lahan tersebut. Pendapatan bersih atau benefit ini berasal dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. Peninjauan biaya tergantung kepada yang melihatnya dan karena itu terbagi menjadi (1) Analisis finansial, yaitu peninjauan biaya yang
(34)
L
P
N S
L Harga
Land Rent
dilihat dari segi pengelola usaha; (2) Analisis ekonomi, yaitu peninjauan biaya yang dilihat dari sudut pandang masyarakat secara keseluruhan (sosial).
Suparmoko (1997), menunjukkan penggunaan nilai produk dan kurva biaya untuk ilustrasi land rent yang merupakan surplus ekonomi setelah pembayaran biaya produksi, seperti terlihat pada Gambar 1.
Sumber: Suparmoko (1997) Keterangan:
MC : Biaya Marjinal (Marginal Cost) AC : Biaya Rata-Rata (Average Cost)
Gambar 1.Penggunaan dari Nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi
Konsep “Land Rent” yang Merupakan Surplus Ekonomi
SetelahPembayaran Biaya Produksi
Berdasarkan Gambar 1, total nilai produksi yang dihasilkan digambarkan oleh segi empat LNSP dengan total biaya dari variabel input yang ditunjukkan oleh segi empat MNSR dan menghasilkan land rent atau ricardian rent seluas LMRP.
2.5 Produktivitas
Menurut Darmawan (2008), Produktivitas merupakan perbandingan antara jumlah yang dikeluarkan (output) dan jumlah setiap sumber yang dipergunakan selama produksi berlangsung, seperti tanah, biaya, bahan baku dan tenaga kerja. Berdasarkan beberapa pengertian tentang produktivitas, secara sederhana merupakan hubungan yang ada antara barang yang diproduksi atau jasa-jasa yang diberikan (output/keluaran) dan sumberdaya yang dikonsumsi dalam melakukan kegiatan produksi (input/masukan).
MR = AR
Output AC
MC
(35)
Produktivitas yang lebih tinggi berarti lebih layak dihasilkan dengan menggunakan sumber yang sama, yakni dengan biaya seperti tanah, bahan baku, waktu, mesin atau tenaga kerja. Produktivitas tidak hanya dilihat sebagai hasil bagi antara jumlah yang dikeluarkan dengan jumlah yang dihasilkan, tetapi juga sebagai hasil penjumlahan antara efektivitas dan efisiensi.Produktivitas adalah pencapaian tingkat tertinggi dari kinerja dengan pemakaian sumberdaya yang minimum.
Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan input yang direncanakan dengan input yang sebenarnya. Apabila semakin besar input yang sebenarnya digunakan, maka tingkat efisiensi semakin rendah. Akan tetapi semakin kecil input, maka semakin tinggi tingkat efisiensinya. Efektivitas merupakan ukuran yang memberikan gambaran target yang dapat dicapai dengan menunjukkan dan menyelesaikan persoalan dengan baik.
2.6 Biaya Produksi
Tohir (1982) menyatakan, bahwa biaya produksi perorangan adalah semua pengeluarandalam hal jasa-jasa, dan barang-barang yang dibutuhkan guna melaksanakan usaha.Biaya dalam faktor produksi dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.Biaya tetap adalah biaya yang berkenaan dengan penggunaan aset tetap, biaya tetap bersifat tidak dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya variabel adalah biaya yang berkenaan dengan penggunaan input produksi yang besarnya dipengaruhi oleh volume produksi.
Dalam membuat keputusan-keputusan produksi, yang digunakan untuk memaksimumkankeuntungan adalah jumlah input variabel, sehingga disebutkan juga bahwa biaya variabel adalah biaya karena adanya pertambahan input-input variabel. Biaya tersebut akan dibebankan hanya apabila produksi itu berlangsung, dan jumlah dari biaya-biaya ini akan tergantung pada berbagai input yang digunakan. Biaya tetap ditambah denganbiaya variabel adalah biaya total. Dalam jangka pendek, beberapa biaya adalah tetap danbiaya lain dapat diubah-ubah. Dalam periode jangka panjang, semua biaya menjadi biayavariabel, dimana biaya yang tadinya merupakan biaya tetap dapat memengaruhikeputusan-keputusan
(36)
untuk menghentikan produksi atau untuk mengubah tingkat output(Bishop dan Toussaint, 1979).
2.7 Harga
Harga didefinisikan sebagai nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan uang.Harga memberikan rangsangan kepada para produsen untuk menghasilkan barang yang permintaannya sangat besar dan menggunakan sumber-sumber yang paling banyak jumlahnya.Apabila harga beberapa barang meningkat para produsen didorong untuk menghasilkan barang tersebut.Sistem penentuan harga mengalokasikan sumber-sumber pada penggunaan yang paling banyak permintannya.Tujuan akhir dari seorang pengusaha adalah memperoleh keuntungan.
Fungsi harga yang paling utama adalah untuk menghasilkan keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Apabila kenaikan harga tidak berhasil meningkatkan output atau mengurangi permintaan, maka kenaikan harga dianggap berbahaya. Kebijakan harga hendaknya ditujukan pada fleksibilitas mengendalikan permintaan, mengalokasikan kembali sumber-sumber produksi dan mengarahkan kembali output kearah yang dikehendaki. Kebijaksanaan harga barang hasil pertanian memegang peranan kunci dalam suatu perekonomian, karena harga barang pertanian sangat rawan terhadap keadaan permintaan dan penawaran.Output pertanian, pada negara-negara berkembang umumnya menguasai sebagian besar produk nasional, maka tingkat harga umumnya ditentukan oleh perilaku harga produk pertanian. Dengan demikian kebijakan harga produk pertanian harus bertujuan untuk mengurangi fluktuasi harga, sehingga mengurangi kerugian produsen akibat jatuhnya harga secara tajam, karena hasil panen yang berlimpah, dan meminimumkan kerugian konsumen akibat naiknya harga secara tajam, karena kegagalan panen atau kelangkaan persediaan (Jhingan, 1996).
(37)
2.8 Biaya InputAir Baku
Air baku dalam pengertian ini merupakan air yang berasal dari sumber air (sungai) dan telah siap untuk dimanfaatkan. Biaya input air baku dalam kegiatan produksi dapat ditentukan melalui penentuan harga air baku dan volume air yang digunakan selama proses produksi. Harga air baku merupakan nilai rupiah dari biaya eksploitasi atau investasi untuk mendapatkan air baku tersebut. Harga Air Baku (HAB) merupakan harga rata-rata air per satuan volume di suatu daerah yang besarnya sama dengan nilai investasi untuk mendapatkan air tersebut dibagi dengan volume produksinya. Harga air bakujuga diartikan sejumlah biaya dan upaya yang dikeluarkan sekarang untuk mendapatkan atau menggunakan air tersebut yang meliputi biaya investasi alat dan biaya operasional selama umur ekonomis (Soekanto, 1989).
2.9 Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Tambak
Menurut Sushanty (2008), optimalisasi pemanfaatan lahan untuk budidaya tambak merupakan usaha memperoleh nilai hasil yang paling menguntungkan dengan adanya keterbatasan lahan tambak. Pada dasarnya optimalisasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu fungsi beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada.Pada umumnya pembatasan tersebut meliputi tenaga kerja (SDM), uang (modal), input (teknis), serta waktu dan ruang.Untuk menghitung kombinasi yang optimum dari sumber-sumber yang terbatas tersebut, maka digunakan teknik program linear (Suryadi dan Ramdhani, 2000).
Secara matematis, model baku program linear dapat dihasilkan apabila memenuhi tiga unsur berikut (Budiharsono, 2001) :
1.) Ada Fungsi Tujuan
Tujuan yang diinginkan bersifat memaksimumkan seperti keuntungan, penerimaan, produksi atau meminimumkan seperti biaya, yang harus dinyatakan dengan jelas dan tegas sebagai fungsi tujuan.
1
n Z CjXj
j
untukj=1,2,…n ………(2.1)
(38)
Cj = Koefisien peubah pengambilan keputusan Xj = Peubah pengambilan keputusan
2.) Ada Kendala
Setiap sumberdaya yang ada bersifat terbatas dan keterbatasan tersebut merupakan kendala (constraint) atau syarat ikatan dalam mencari kombinasi terbaik dari alternatif pemecahan permasalahan yang ada.
atau 1
n
Z aijXj bi j
, untuki=1,2,…n ………...…….(2.2)
Dimana:
aij= Koefisien teknologi peubah pengambilan keputusan dalam kendala data ke-i bi = Sumberdaya yang ada atau nilai sebelah kanan kendala ke-i
3.) Syarat Non-negatif
Nilai peubah keputusan harus positif atau disebut dengan syarat non-negatif.
0
Xj ...……….(2.3)
2.10 Budidaya Tambak Ikan Bandeng
Budidaya ikan tambak di Indonesia sudah dikenal cukup lama dan umumnya dilakukan di kawasan pantai.Dalam dunia usaha, ikan bandeng merupakan salah satu jenis ikan hasil tambak yang sangat popular diusahakan.Laporan Kementerian Kelautan dan Perikanan tentang volume produksi sumberdaya hayati perikanan budidaya, diketahui bahwa produksi ikan bandeng di Indonesia cukup besar. Total produksi bandeng seluruh Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 421.757 ton, dengan kenaikan rata-rata 38,76 % setiap tahunnya.
Bandeng adalah jenis ikan konsumsi yang tidak asing bagi masyarakat.Ikan ini merupakan jenis ikan yang relatif tidak rentan dengan kondisi alam, artinya bandeng dapat hidup di air asin maupun air payau.Selain itu bandeng relatif tahan terhadap berbagai penyakit yang biasanya menyerang hewan air.Sampai saat ini sebagian besar budidaya tambak bandeng masih dikelola dengan teknologi yang relatif sederhana dengan tingkat produktivitas yang relatif rendah.Budidaya tambak ini dilakukan dengan sistem tradisional yang umumnya
(39)
mengandalkan benih hasil penangkapan alam, makanan alami, dan pengisian air mengandalkan pasang-surut air laut.
Gambar 2.Ikan Bandeng (Chanos chanosForskal)
Dari aspek konsumsi, ikan bandeng adalah sumber protein yang sehat sebab bandeng adalah sumber protein yang tidak mengandung kolesterol.Dewasa ini bandeng dibudidayakan secara tradisional dengan padat penebaran 3.000 - 5.000 ekor per ha. Dengan hanya mengandalkan pupuk sebagai input untuk pertumbuhan kelekap atau alga sebagai pakan alami dengan rata-rata produksi yang dicapai hanya sekitar 300-1.000 kg per ha. Banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan produksi budidaya ikan bandeng, antara lain dari faktor teknis, biologis, sosial dan ekonomi. Lokasi merupakan salah satu penentu keberhasilan usaha budidaya bandeng.Secara teknis, lokasi sangat memengaruhi konstruksi dan daya tahan serta biaya memelihara tambak.Secara biologis, lokasi sangat menentukan tingkat produktivitas usaha dan bahkan keberhasilan panen.Secara sosial dan ekonomi keuntungan maksimal dapat diperoleh bila lokasi yang dipilih mampu menurunkan biaya panen dan transportasi serta meningkatkan akses ke pemasaran Ahmad et al dalam Kaunang (2006).
2.11 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang terkait dengan analisis nilai land rent tambak pernah dilakukanolehKaunang(2006)tentang“AnalisisLand Rent Pemanfaatan Lahan Tambak di Wilayah Pesisir Kabupaten Serang Provinsi Banten”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menentukan nilai land rent budidaya tambak di tiga wilayah Kabupaten Serang berdasarkan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar. Metode yang digunakan yaitu analisis land rent dengan konsep
(40)
dasar Ricardian land rent. Nilai land rent tertinggi yang dihasilkan melalui penelitian tersebut adalah Rp 1.517.237 yang berada di wilayah Kecamatan Pontang. Berdasarkan tingkat kesuburan dan jarak lokasi, kegiatan budidaya ikan bandeng di Kabupaten Serang pada umumnya masih memberikan nilai pemanfaatan lahan yang positif.
PenelitianlainjugadilakukanolehDarmawan(2008)tentang“Permintaan lahan dan Nilai Land Rent Tambak Udang di KelurahanSicanang”.Penelitianini bertujuan untuk menentukan tingkat permintaan dan nilai land rent tambak udang di Kelurahan Sicanang, Medan. Metode yang digunakan yaitu analisis permintaan dari lahan tambak dengan menggunakan teknik regresi berganda dan analisis land rent. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, nilai elastisitas permintaan sebesar -0,54287, yang memiliki arti bahwa setiap terjadi kenaikan nilai sewa lahan sebesar satu rupiah, maka akan menurunkan permintaan lahan sebesar 0,54287 ha. Nilai land rent yang dihasilkan berdasarkan faktor kesuburan dan lokasi tambak adalah Rp 2.733.502,84 per ha.
Sushanty (2008) melakukan penelitian mengenai “Alokasi Optimal Pemanfaatan dan Nilai Land Rent Sumberdaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau”. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai land rent pemanfaatan lahan tambak udang dan menghitung besarnya pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap perubahan nilai land rent di kedua desa Kabupaten Indragiri Hilir. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, nilai land rent yang dhiasilkan di Desa Tanjung Pasir adalah Rp 1.064.431,00 per ha dan Desa Tanjung Baru sebesar Rp 1.560.182,00 per ha. Metode yang digunakan dalam menghitung besarnya pengaruh perubahan variabel eksogen yaitu analisis sensitivitas nilai land rent. Analisis sensitivitas ini dilihat dari kenaikan harga BBM 19% dan harga pupuk 9%. Nilai land rent dari analisis sensitivitas tersebut yaitu Rp 50.492,00 per ha dengan penurunan sebesar Rp 1.014.398 untuk Desa Tanjung pasir, sedangkan nilai land rent dari analisis sensitivitas Desa Tanjung Baru adalah Rp 1.537.515 per ha dengan penurunan sebesar Rp 22.666,28 per ha.
(41)
(42)
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Lahan pesisir merupakan wilayah yang memiliki potensi ekonomi yang strategis.Potensi ekonomi ini terlihat dari berbagai bentuk pemanfaatan sumberdaya lahan, salah satunya yaitu usaha perikanan budidaya tambak.Kegiatan budidaya tambak di pesisir Jakarta umumnya masih dilakukan secara tradisional dan produktivitasnya dirasakan masih sangat rendah.Hal ini berbanding terbalik dengan keinginan para pemilik tambak yang mengharapkan keuntungan maksimal dari pemanfaatan sumberdaya lahan yang dimilikinya.Oleh karena itu diperlukana studi inidalam memberikan informasi kepada pemilik lahan untuk mengambil keputusan terbaik yang dapat meningkatkan keuntungan dan produktivitasnya.Penelitian mengenai analisis nilai land rent dan optimalisasipemanfaatan tambak ikan bandeng di Kelurahan Marunda, Jakarta Utara ini menggunakan kerangka analisis ekonomi sumberdaya lahan, dimana mengidentifikasi nilai ricardian rentpenggunaan atau pemanfaatan lahan untuk kegiatan perikanan tambak, dengan menggunakan konsep land rent.
Pemanfaatan lahan pesisir yang dilakukan masyarakat di Kelurahan Marunda, antara lain kegiatan industri, perikanan tangkap danperikanan budidaya. Umumnya masyarakat setempat lebih memanfaatkan lahan untuk perikanan budidaya khususnya tambak sebagai mata pencaharian mereka.Salah satu komoditas unggulan budidaya tambak Kelurahan Marunda adalah ikan bandeng.Bandeng dikenal sebagai ikan yang tidak rentan terhadap berbagai jenis penyakit dan kondisi alam yang kurang baik.Selain itu komoditas ini sudah banyak dikenal pasar dan menjadi produk substitusi masyarakat untuk pemenuhan gizi dan protein.Dalam pemenuhan air, tambak bandeng di Kelurahan Marunda memanfaatkan sumber air yang berbeda di setiap wilayahnya. Wilayah yang dekat dengan laut, lebih memanfaatkan air laut, sedangkan di wilayah yang dekat dengan sungai BKT, sumber yang digunakan berasal dari air BKT.
Sesuai dengan salah satu tujuan dalam penelitian ini, analisis nilai land rent dimulai dengan mengidentifikasi karakteristik produksi budidaya ikan bandeng di Kelurahan Marunda dimana terdapat perbedaan input dan penggunaan air dalam proses produksinya. Kemudian didapatkan variabel-variabel penduga
(43)
yang memengaruhi nilai land rent dari budidaya tersebut, yaitu produktivitas, harga, biaya produksi, dan biaya penggunaan sumber air di masing-masing unit analisis. Analisis penelitian ini dilakukan baik secara kualitatif dan kuantitatif.Dari identifikasi dan analisa tersebut dihasilkan nilai land rent berdasarkan faktor sumber air, yang merupakan tujuan utama dalam penelitian ini.
Selain itu, penelitian ini juga melakukan analisis optimalisasi input produksi dengan membangun fungsi tujuan memaksimumkan nilai rente.Hal tersebut dilakukan untuk mengetahuitingkat efisien usaha tambak bandeng Kelurahan Marunda secara ekonomis.Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan kondisi aktual untuk mengetahui tingkat optimal pemanfaatan lahan tambak di setiap wilayah yang diteliti.Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas dengan melihat pengaruh faktor eksogen terhadap besarnya perubahan nilai pemanfaatan lahan tambak dilokasi penelitian.Faktor eksogen yang dijadikan asumsi dalam hal ini adalah kenaikan harga pakan dan pupuk urea, yang mengakibatkan kenaikan biaya sarana produksi.Keterangan ini dapat diperjelas dengan skema kerangka pemikiran penelitian pada Gambar 3.
(44)
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian Pemanfaatan lahan pesisir di
Kelurahan Marunda
Budidaya ikan bandeng
Penggunaan air sungai BKT
Perikanan tambak
Analisis optimalisasi
Penggunaan air laut
Produktivitas Biaya produksi Harga ikan Biaya
penggunaan air
Analisis nilai land rent Mengidentifikasi usaha budidaya
ikan bandeng
Pengelolaan budidaya tambak ikan bandeng optimal
(45)
(46)
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kelurahan Marunda mempunyai kegiatan pemanfaatan lahan pesisir berupa kegiatan tambak ikan bandeng yang menggunakan sumber air dari sungai BKT dan air dari laut.Penelitian ini Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Penelitian ini terbagi ke dalam beberapa tahap.Tahapan yang pertama yaitu pra penelitian. Pra penelitian merupakan proses pengamatan masalah di lapangan. pengembangan kerangka berpikir, hingga penyusunan proposal. Tahapan ini dilaksanakan selama dua bulan, dimulai pada bulan Maret hingga April 2012. Tahapan kedua yaitu proses penelitian atau pengambilan data. Pengambilan data dilaksankan kurang lebih selama satu bulan, yaitu pada minggu kedua bulan Juni 2012 hingga minggu kedua bulan Juli 2012. Tahapan selanjutnya adalah proses pengolahan dan analisis data serta penyusunan skripsi. Tahapan ini dilaksanakan sampai dengan bulan Maret 2013.
4.2 Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksakan dengan metode penelitian survei. Pengertian survei dibatasi oleh pengertian survei sample dimana informasi yang dikumpulkan dari sebagian populasi yang mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner yang terdapat pada Lampiran 2.
4.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section, yaitu data aktivitas yang terkait budidaya ikan bandeng dalam waktu satu siklus produksi berjalan. Menurut sumber mendapatkannya, data-data tersebut terdiri dari data primer dan sekunder.Data primer diperoleh dari pengamatan di lokasi penelitian dan wawancara langsung menggunakankuesioner.Pelaksanaan wawancara juga diharapkan menjadi diskusi kelompok terarah dengan responden
(47)
yang terdiri atas para pelaku usaha perikanan tambak atau pemilik lahan.Wawancara yang dilakukan berkaitan dengan penggalian informasi mengenai kegiatan perikanan tambak yang dilakukan.
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta,Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Utara, dan instansi-instansi lainnya yang terkait dengan kondisi biofisik, demografi, skala usaha dan ekonomi wilayah. Tabel 1 menyajikan jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian beserta sumber datanya.
Tabel 1. Jenis dan Sumber Data
No. Jenis Data Sumber Data
Primer Sekunder
1 Sarana / Input produksi
a. Kuantitas Petambak
b. Harga Petambak
2 Output Produksi
a. Jumlah Petambak
b. Harga Petambak
3 Biaya Produksi
a. Jumlah Petambak
b. Harga Petambak
4 Sistem / Teknologi produksi Petambak
5 Biaya Pompanisasi
a. Biaya Investasi Petambak
b. Volume air Petambak
6 Kondisi Umum Kawasan
BPS Jakarta Utara, Kelurahan Marunda 7 Kondisi Umum Perikanan
Dinas Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta
4.4 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan tujuan-tujuan penelitian.Pengambilan sampel untuk petambak di Kelurahan Marunda dilakukan dengan menggunakanmetodenon-probability samplingatau pengambilan sampel secara tidak acak. Selanjutnya responden dipilih dengan teknik purposive sampling yang dikombinasikan dengan snowball sampling, dimana responden dipilih dengan kriteria tertentu, kemudian mencari informasi responden lain dari responden sebelumnya (Sugiyono, 2010).
Responden yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari dua unit analisisberbeda yaitu petambak yang menggunakan air BKT dan petambak yang
(48)
menggunakan air laut. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini adalah sebanyak empat petambak untuk pengguna air BKT dan dua puluh lima petambak untuk pengguna air laut dengan dasar bahwa responden relatif homogen.
4.5 Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan bantuan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2007 dan Maple 12.Secara umum penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan nilai land rentdan optimalisasipemanfaatan lahan tambak sebagai sarana produksi dalam budidaya ikan bandeng. Analisis yang digunakan untuk mendapatkan nilai tersebut, antara lain:
4.5.1 Identifikasi Karakteristik Produksi Budidaya Ikan Bandeng
Identifikasi karakteristik produksi budidaya tambak di Kelurahan Marunda dilakukan secara deskriptif.Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang unit usaha yang meliputi karakteristik pembudidaya, input, modal investasi, kegiatan, hasil/outputdan pemasaran produksi.Tujuan analisis adalah untuk membuat deskripsi dan gambaran secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki.
4.5.2 Analisis Land Rent
Dalam rangka mencari nilai pemanfaatan sumberdaya lahan tambak pesisir, analisis yang dibangun mengacu pada nilai land rent yang secara sederhana didefinisikan sebagai pengembalian ekonomi dari lahan yang dapat bertambah atau akan bertambah akibat penggunaannya dalam proses suatu produksi (Barlowe, 1978). Nilai land rent tersebut menggambarkan harga atau nilai ekonomi lahan yang didapat sebagai hasil dari investasi, dimana lahan dipandang sebagai faktor produksi dalam kegiatan perikanan tambak. Konsep yang digunakan adalah Ricardian Rent dimana nilai land rent dilihat dari faktor kesuburan. Konsep tersebut menggambarkan bahwa pada dasarnya nilai land rent
(49)
ditentukan oleh nilai produktivitas, harga, dan biaya produksi sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 4.
Gambar 4.Diagram Kerangka Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiNilai Land Rent.
Berdasarkan Gambar 4. dapat diketahui bahwa nilai land rent merupakan fungsi dari nilai produksi, harga komoditas, biaya produksi. Secara matematis nilai land rent per ha luasan lahan digambarkan sebagaimana persamaan 4.1:
i TR TC
.
i
P Y
C
………..….………(4.1)dimana:
i = Land rent dari komoditas ikan bandeng per siklus produksi (Rp per ha) P = Harga komoditas ikan bandeng (Rp per kg)Y = Produktivitas ikan bandeng (kg per ha)
C = Total biaya produksi komoditas ikan bandeng (Rpper ha)
Dalam identifikasi nilai land rent dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap faktor-faktor yang memengaruhi nilai land rent. Analisis kualitatif dilakukan melalui studi literatur dan pengamatan lapang untuk mendeskripsikan karakter dari faktor-faktor yang memengaruhi nilai land rent di masing-masing unit analisis. Analisis kuantitatif dilakukan melalui teknik statistik sederhana.
4.5.2.1 Produktivitas
Produktivitas merupakan produksi yang dihasilkan persatuan luas dari komoditas perikanan tambak yang diusahakan oleh petani tambak
Produktivitas
(50)
(Sushanty,2008). Secara matematis, persamaan produktivitas dapat dituliskan sebagai berikut:
Q Y
L
………...………….……….……….……....(4.2) dimana:
Y = Produktivitas Ikan Bandeng (kg/ha)
Q = Total produksi komoditas Ikan Bandeng (kg) L = Luasan lahanuntuk budidaya ikan bandeng (ha).
4.5.2.2 Biaya Produksi
Dalam melaksanakan proses produksi, semua pengeluaran yang digunakan utuk melakukan usaha merupakan biaya produksi. Biaya produksi dalam budidaya tambak di Kelurahan Marunda adalah penjumlahan dari biaya tenaga kerja, biaya sarana produksi dan biaya penggunaan air kegiatan tersebut. Secara matematis biaya produksi dapat dituliskan sebagai berikut:
C = W1+W2+W3+C1+C2+C3+C4+C5+Ca
..
………..(4.3)dimana:
C = Total biaya produksi budidaya ikan bandeng (Rp/ha) W1 = Biaya tenaga kerja pada masa persiapan (Rp/ha) W2 = Biaya tenaga kerja pada masa pemeliharaan (Rp/ ha) W3 = Biaya tenaga kerja pada masa pemanenan (Rp/ha)
C
1 = Biaya benih (Rp/ha)C
2 = Biaya pakan (Rp/ha)C
3 = Biaya pupuk (Rp/ha)C
4 = Biaya obat-obatan (Rp/ha)C
5 = Biaya Vitamin (Rp/ha)Ca = Biaya penggunaan air (Rp/ha)
4.5.3 Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent
Analisis optimalisasi nilai land rent dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis nilai pemanfaatan lahan tambak yang digunakan untuk budidaya
(51)
ikan bandeng pada kondisi optimal. Analisis ini dilakukan dengan membangun fungsi tujuan yaitu memaksimumkan nilai pemanfaatan dan fungsi kendala dalam melakukan kegiatan budidaya ikan bandeng di lokasi penelitian. Secara matematis fungsi tersebut dituliskan sebagai berikut (Kaunang, 2006):
1
n n n max YP
i
p q
wl
………(4.4)
. : ( , , ) 0
s t f y q l
dimana:
max
= Nilai manfaat penggunaan lahan tambak Ikan Bandeng (Rp per Ha) Y = Produksi ikan bandeng (Kg per Ha)P = Harga ikan bandeng (Rp per Kg) pn = Harga input ke-n (Rp per Unit) qn = Variabel input ke-n (Unit)
w = Upah tenaga kerja (Rp per HOK) l = Jumlah tenaga kerja (HOK).
Nilai optimal tercapai apabila first order condition dari fungsi tersebut sama dengan nol. Dalam penelitian ini perhitungan nilai optimal dari output, input dan tenaga kerja dipecahkan secara numerik dengan perangkat lunak Maple 12.
4.5.4 Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent
Analisis sensitivitas nilai land rent adalah analisis lanjutan dalam penelitian ini yang ditujukan untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor luar produksi terhadap perubahan nilai land rent. Asumsi yang dibangun didasarkan pada situasi terkini, yaitu terjadi kenaikan harga pakan dan pupuk urea yang berpengaruh terhadap biaya sarana produksi yang menjadi input produksi dalam penentuan nilai land rent. Hipotesa yang dibangun adalah bahwa harga pakan dan pupuk urea yang naik akanmemengaruhi besarnya tingkat perubahan nilai land rent yang diakibatkan adanya perubahan dalam nilai biaya sarana produksi. Dengan analisis ini akan dilihat seberapa besar selisih nilai land rent akibat kenaikan harga tersebut.
(52)
4.6 Batasan Penelitian
Adapun batasan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Wilayah penelitian adalah Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara.
2. Responden adalah petambak ikan bandeng di Kelurahan Marunda yang menggunakan air sungai BKT dan air laut sebagai sumber pemenuhan air di tambak.
3. Penelitian ini difokuskan pada identifikasi produksi, perhitungan nilai land rent dan analisis optimalisasi pemanfaatan tambak ikan bandeng di Kelurahan Marunda.
4. Nilai land rent ditentukan dalam satuan Rp per Ha, yang dilihat dari faktor sumber air yang digunakan.
5. Kesuburan ditentukan dari nilai produktivitas lahan dalam satuan Kg per Ha di masing-masing unit analisis, dengan anggapan bahwa semakin tinggi produktivitas, semakin tinggi pula tingkat kesuburannya.
6. Biaya tenaga kerja dalam satuan Rp per Ha merupakan jumlah tenaga kerja dalam satuan HOK dikalikan dengan total upah yang harus diterima
7. Biaya Penggunaan air dalam satuan Rp per Ha, yang dilihat dari biaya investasi dan biaya pemeliharaan selama satu kali siklus panen.
8. Biaya sarana produksi dalam satuan Rp per Ha, adalah jumlah seluruh sarana produksi yang dibutuhkan dikalikan dengan harganya.
9. Harga ikan bandeng adalah harga pasar di tingkat petambak pada saat penelitian berlangsung.
10.Analisis optimalisasi dilakukan dengan melihat perbandingan jumlah produksi dengan biaya produksi pemanfaatan lahan tambak ikan bandeng di Kelurahan Marunda
(53)
11.Analisis sensitivitas dilakukan dengan melihat selisih nilai land rent setelah adanya kenaikan dengan sebelum kenaikan biaya sarana produksi yang diakibatkan kenaikan harga input
(54)
V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBYEK
PENELITIAN
5.1. Keadaan Wilayah Kelurahan Marunda
Kelurahan Marunda merupakan salah satu dari tujuh kelurahan di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara dan termasuk salah satu kelurahan di pesisir utara Jakarta. Sesuai dengan keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1.251 tahun 1986 tanggal 29 juli 1986 Marunda menjadi salah satu kelurahan bagian dari Provinsi di DKI Jakarta, dimana Marunda sebelumnya termasuk dalam Kabupaten Bekasi Utara, Jawa Barat.
Marunda merupakan salah satu kelurahan terluas di Kecamatan Cilincing yaitu seluas 7,9169 Km2 , dari luas wilayah tersebut hanya kurang lebih 30% yang dihuni oleh masyarakat sebagai pemukiman dan sisanya merupakan lahan persawahan serta rawa-rawa dan pusat industri. Oleh sebab itu sebagian besar mata pencaharian masyarakat setempat lebih dominan sebagai kelompok tani tambak, nelayan, tani sawah, dan peternak unggas.
Secara administratif Kelurahan Marunda terdiri dari sembilan RW dan delapan puluh satu RT. Kelurahan ini juga berbatasan dengan beberapa wilayah. Berikut adalah batas-batas kelurahan Marunda:
Sebelah Utara : Laut Jawa dan Kepulauan Seribu
Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi Utara (Desa Segara Makmur) Sebelah Selatan : Kelurahan Rorotan
Sebelah Barat : Kelurahan Cilincing
Secara topografi, Kelurahan Marunda termasuk daerah dataran rendah dan landai dengan ketinggian rata-rata nol sampai satu meter dari permukaan laut. Kelurahan Marunda, Jakarta Utara termasuk daerah tropis beriklim panas dengan suhu rata-rata 250C – 270C dan curah hujan setiap tahun rata-rata 142,54 mm.
5.2 Kondisi Demografi Lokasi Penelitian
Tahun 2011, jumlah penduduk Kelurahan Marunda mencapai 20.414 jiwa, yang terdiri dari 10.814 laki-laki dan 9.600 perempuan dengan sex ratio
(55)
sebesar 112,38. Tabel 2 menyajikan data jumlah penduduk per RW di Kelurahan Marunda.
Tabel 2.Jumlah Penduduk per RW di Kelurahan Marunda Tahun 2011 RW Jumlah Penduduk (Jiwa)
Laki-laki Perempuan Jumlah
01 1.329 1.273 2.602
02 1.742 1.331 3.073
03 1.933 1.907 3.840
04 1.321 1.198 2.519
05 1.451 1.153 2.604
06 956 1.027 1.983
07 1.165 1.032 2.197
08 330 194 524
09 587 485 1.072
Jumlah 10.814 9.600 20.414
Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Marunda, Tahun 2011
Pemukiman penduduk menyebar dan terpusat hanya di beberapa RW saja.Jumlah penduduk terendah berada di RW 08.Daerah ini merupakan daerah dekat industri, sehingga pemukiman hanya sedikit yang berada di daerah tersebut.Perkembangan wilayah untuk kegiatan industri dan pembangunan sungai BKT membuat penduduk di RW 08 semakin berkurang akibat tergusur.
5.3 Tata Guna Lahan
Pemanfaatan lahan di Kelurahan Marunda pada tahun 2011 didominasi atas pemukiman, dan industri.Pemanfaatan lahan terbesar di kawasan ini adalah pemukiman. Pemukiman tersebut terdiri dari bangunan rumah dan rumah susun yang menjadi salah satu program gubernur DKI Jakarta untuk memberikan tempat tinggal layak bagi masyarakat Marunda.Lahan yang digunakan untuk industri di wilayah Kelurahan Marunda merupakan terbesar kedua setelah pemukiman.Sepanjang pesisir Jakarta khususnya Kelurahan Marunda saat ini telah dipadati oleh industri.Salah satu kawasan industri terbesar yang ada di Kelurahan Marunda adalah Kawasan Berikat Nusantara (KBN).Data mengenai luas area pemanfaatan lahan di Kelurahan Marunda dapat dilihat dalam Tabel 3.
(56)
Tabel 3.Luas Area Pemanfaatan Lahan di Kelurahan Marunda Tahun 2011 No. Pemanfaatan Lahan Luas Area
Ha %
1 Pertanian 42,494 13,66
2 Pemukiman 113,387 36,44
3 Industri 63,387 20,37
4 Fasilitas Umum 36,877 11,85
5 Pemakaman 55,005 17,68
Jumlah 311,15 100
Sumber: Laporan bulanan Kelurahan Marunda, Tahun 2011
Sebagian besar lahan pertanian di Kelurahan Marunda merupakan lahan sawah dan empang atau tambak.Saat ini pemanfaatan lahan pertanian merupakan kegiatan yang memiliki luas areal yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan kegiatan industri maupun pemukiman.Masyarakat asli pesisir Kelurahan Marunda adalah satu-satunya petambak yang masih melakukan kegiatan tersebut. Hal tersebut didasari atas kepemilikan lahan secara turun temurun dari keluarga. 5.4 Keadaan UmumUsaha Budidaya Bandeng di Kelurahan Marunda
Kegiatan budidaya tambak merupakan sektor yang cukup penting dalam menunjang perekonomian masyarakat di wilayah ini. Usaha budidaya tambak yang menjadi unggulan di Kelurahan Marunda, adalah komoditas ikan bandeng dan udang windu, namun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah budidaya ikan bandeng. Secara rinci kontribusi produksi usaha budidaya tambakbandeng dalam lima tahun terakhir di DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Produksi Budidaya Tambak Bandeng dalam 5 TahunTerakhir di DKI Jakarta
Tahun Produksi (Ton)
2007 1.745
2008 2.429
2009 754
2010 880
2011 1.837
Sumber: Statistik Kelautan dan Perikanan, Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 4, produksi budidaya tambak Bandeng di DKI Jakarta mengalami fluktuasi dalam lima tahun terakhir. Produksi sempat turun pada tahun 2009 dan 2010, kemudian meningkat kembali pada tahun 2011. Hasil produksi yang menurun ini terjadi akibat perubahan jumlah lahan yang semakin sedikit
(57)
untuk dimanfaatkan sebagai budidaya tambak ikan bandeng dan perubahan kualitas lingkungan perairan tambak di wilayah DKI Jakarta. Hal ini diakibatkan meningkatnya lahan untuk industri di wilayah tersebut.
Berdasarkan letak tambak dan kesempatan mendapatkan air,tambak di Kelurahan Marunda memiliki dua kelompok, yaitu tambak yang menggunakan air laut langsung dan tambak yang menggunakan air BKT (payau). Petambak yang menggunakan air laut di golongkan menjadi tambak layah, dimana air laut dapat menggenangi tambak ini sampai sejauh 1,5 - 2 km dari garis pantai ke arah daratan. Sedangkan petambak yang menggunakan air BKT di golongkan menjadi tambak biasa, dimana tambak ini selalu terisi oleh campuran antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut. Salinitas pada tambak ini akan meningkat selama tambak diisi air laut dan akan menurun jika diisi dengan air tawar.
Berdasarkan klasifikasi budidaya yang digunakan, rata-rata tambak ikan bandeng di Kelurahan Marunda menggunakan sistem semi tradisional atau semi intensif.Sistem semi intensif merupakan sistem yang sudah tidak tradisional tetapi belum intensif penuh, sehingga pola semi intensif bervariasi.Kriteria semi intensif dapat dilihat dari pengairan yang diatur secara sederhana, dilakukan pemberian pupuk, makanan tambahan dan padat tebar sekitar 5.000 ekor per ha.
(58)
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Indentifikasi Karakteristik Produksi Budidaya Ikan Bandeng
Mengkaji karakteristik merupakan hal penting dalam sebuah kegiatan produksi dan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Kegiatan budidaya ikan bandeng di Kelurahan Marunda memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda antara satu responden dengan responden lainnya.Deskripsi mengenai karakteristik produksi budidaya ikan bandeng terdiri dari petambak, input, modal investasi, kegiatan, hasil/outputdan pemasaran produksi.Data karakteristik produksi tersebut terlampir pada Lampiran 3, 4, dan 5. Berikut adalah penjelasan masing-masing karakteristik produksi budidaya ikan bandeng di Kelurahan Marunda.
6.1.1 Karakteristik Petambak
Karakteristik petambak ikan bandeng di Kelurahan Marunda dianalisis dalam beberapa kriteria yaitu umur, pengalaman dan tingkat pendidikan petambak yang dapat dilihat pada Lampiran 3.
a) Umur
Umur petambak dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok umur.Kelompok umur petambak menggambarkan tingkat produktif maupun non produktif dalam suatu usaha budidaya tambak ikan bandeng. Usaha produktif adalah usia dimana mampu menghasilkan suatu output produksi dan dapat meningkatkannya. Sebaran petambak responden berdasarkan umur dapat dilihat dalam Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Petambak Berdasarkan Sebaran Umur di Masing- masing Unit Analisis No . Umur (Tahun) Unit Analisis Pengguna Air BKT (Orang) Persentase (%) Unit AnalisisPenggun
a Air Laut (Orang)
Persentase (%)
1 26 - 35 1 25 4 16
2 36 - 45 1 25 13 52
3 46 - 55 2 50 5 20
4 56 - 65 - - 3 12
Jumlah 4 100 25 100
(1)
Tambak Bandeng
Unit Analisis Pengguna Air BKT
Unit Analisis Pengguna Air Laut
no HargaLahan (Rp) Pompa (Rp) Bangunan (Rp) Pintu air (Rp) Jaring (Rp) Gobak (Rp) TOTAL (Rp) 1 30.000.000 1.800.000 500.000 4.000.000 250.000 36.550.000 2 20.000.000 750.000 1.500.000 300.000 336.000 250.000 23.136.000 3 60.000.000 12.000.000 7.500.000 6.000.000 85.500.000 4 25.000.000 1.500.000 3.000.000 900.000 750.000 31.150.000
Rata-Rata Modal Investasi
44.084.000no Harga Lahan (Rp) Pompa (Rp) Bangunan (Rp) Pintu air (Rp) Jaring (Rp) Gobak (Rp) TOTAL (Rp) 1 30.000.000 1.500.000 2.000.000 5.000.000 600.000 250.000 39.350.000 2 25.000.000 500.000 2.500.000 1.050.000 250.000 29.300.000 3 5.000.000 5.000.000 3.000.000 500.000 700.000 14.200.000 4 20.000.000 4.000.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 1.000.000 29.500.000
5 12.000.000 500.000 50.000 12.550.000
6 5.000.000 3.500.000 700.000 3.000.000 1.500.000 1.000.000 14.700.000 7 15.000.000 400.000 3.000.000 1.000.000 19.400.000
8 15.000.000 2.000.000 500.000 17.500.000
9 12.500.000 5.000.000 4.000.000 2.025.000 500.000 24.025.000
10 2.500.000 150.000 3.000.000 2.500.000 8.150.000
11 20.000.000 5.000.000 4.000.000 8.000.000 800.000 1.500.000 39.300.000 12 5.000.000 3.000.000 1.000.000 3.000.000 1.000.000 1.000.000 14.000.000 13 12.000.000 3.000.000 1.200.000 2.000.000 1.000.000 500.000 19.700.000 14 2.500.000 3.000.000 1.500.000 1.000.000 1.500.000 9.500.000 15 25.000.000 6.000.000 5.000.000 3.000.000 1.500.000 1.500.000 42.000.000 16 20.000.000 3.000.000 4.000.000 2.000.000 1.500.000 500.000 31.000.000 17 15.000.000 3.000.000 2.000.000 3.000.000 600.000 500.000 24.100.000 18 5.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 1.000.000 12.000.000 19 5.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 1.000.000 12.000.000 20 15.000.000 3.000.000 1.200.000 1.500.000 1.000.000 750.000 22.450.000 21 2.500.000 3.000.000 2.500.000 1.000.000 1.000.000 10.000.000 22 25.000.000 6.000.000 3.000.000 3.000.000 1.500.000 500.000 39.000.000 23 3.500.000 1.500.000 1.500.000 600.000 500.000 7.600.000 24 5.000.000 3.000.000 1.000.000 2.000.000 1.000.000 500.000 12.500.000 25 15.000.000 3.000.000 1.000.000 3.000.000 1.000.000 500.000 23.500.000
(2)
(3)
(4)
>
(5)
(6)