Alokasi Optimal Pemanfaatan dan Nilai Land Rent Sumberdaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau

(1)

ALOKASI OPTIMAL PEMANFAATAN DAN NILAI LAND RENT

SUMBERDAYA TAMBAK DI KECAMATAN TANAH MERAH

KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PROVINSI RIAU

DWI SUSHANTY

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini, saya menyatakan bahwa Tesis Alokasi Optimal Pemanfaatan dan Nilai Land Rent Sumberdaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau, adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.

Bogor, April 2008

Dwi Sushanty C451050071


(3)

ABSTRACT

DWI SUSHANTI. Optimal allocation of utilization and land rent value of pond resource in Tanah Merah Subdistrict, Indragiri Hilir Regency, Riau Province. Under the direction of MOCH. PRIHATNA SOBARI and SUHARNO.

The aims of this research are to analyse the optimal allocation rate of resources utilization of pond culture, to estimate and to analyse land rent value of prawn pond culture and to estimate affect of change in exogeneous variable on the land rent value. Finding of the research shows that economic value of prawn pond culture of 92 ha in Tanjung Pasir Village, is estimated to be Rp163.862.746,11 per year and a total of 76 ha in Tanjung Baru Village is Rp6.191.627,23 per year. Based on Ricardian land rent concept, Tanjung Baru Village has land rent value of Rp1.560.182,00 per ha, while Tanjung Pasir Village has about Rp1.065.431,00 per ha. Multiple regression model, applied for this research indicates that there is a corelation between land rent value and productivity factors and distance. The model has also shows that factor productivity has a positive correlation to the land rent value, while distance has a negative correlation to the land rent value. It is also indicated that Tanjung Baru Village has reached almost an optimal condition. The finding of sentivity analysis shows that the increase of oil price and urea fertilize reduced the value of land rent and the magnitude of change in the value of land rent be affected by the factor of fertility rate and the distance of the pond location from the existing local spot market.

Key Words: Resources allocation, exploitation of pond’s land, land rent, optimalizing, fertility and distance.


(4)

RINGKASAN

DWI SUSHANTY. Alokasi Optimal Pemanfaatan dan Nilai Land Rent Sumberdaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI dan SUHARNO.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat alokasi optimal dari penggunaan sumberdaya pada pemanfaatan lahan tambak, menghitung dan menganalisis nilai land rent pemanfaatan lahan tambak udang dan menghitung besarnya pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap perubahan nilai land rent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Tanjung Pasir seluas 92 ha, memiliki nilai ekonomi pemanfaatan lahan tambak udang windu lebih besar yaitu Rp163.862.746,11 dibandingkan dengan Desa Tanjung Baru yang luasnya 76 ha memiliki nilai Rp6.191.627,23. Berdasarkan konsep Ricardian land rent, Desa Tanjung Baru memiliki nilai land rent lebih tinggi yaitu Rp1.560.182,00 per ha dibandingkan dengan Desa Tanjung Pasir memiliki nilai land rent sebesar Rp1.065.431,00 per ha. Melalui analisis regresi berganda, diperoleh persamaan yang menyatakan hubungan antara nilai land rent dengan faktor produktivitas dan jarak. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa produktivitas memiliki pengaruh positif terhadap nilai land rent, sementara jarak memiliki pengaruh negatif terhadap nilai land rent. Perubahan nilai land rent untuk Desa Tanjung Pasir disebut perubahan satu-satuan produktivitas adalah sebesar Rp27.557,47 per kg dan perubahan nilai land rent yang diakibatkan perubahan satu-satuan jarak adalah sebesar Rp4.710,53 per km. Perubahan nilai land rent di Desa Tanjung Baru, disebut perubahan satu-satuan produktivitas adalah sebesar Rp54.703,39 per kg, serta yang diakibatkan perubahan satu-satuan jarak adalah sebesar Rp165.745,99 per km. Hasil analisis optimalisasi kegiatan budidaya tambak udang menunjukkan bahwa Desa Tanjung Baru lebih mendekati kondisi optimal. Desa Tanjung Baru memiliki selisih nilai land rent yaitu Rp1.703.473,00 per ha, sementara Desa Tanjung Pasir memiliki selisih nilai land rent sebesar Rp2.589.659,00 per ha. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM dan harga pupuk urea mengurangi nilai land rent, yang besar perubahannya dipengaruhi oleh kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar. Perubahan nilai land rent sebesar 2010 % atau mengalami penurunan sebesar Rp1.014.938,00 per ha untuk Desa Tanjung Pasir dan Desa Tanjung Baru terjadi perubahan nilai land rent sebesar 1,47 % atau mengalami penurunan sebesar Rp22.666,28 per ha.

Kata Kunci: Alokasi sumberdaya, pemanfaatan lahan tambak, land rent, optimalisasi, kesuburan dan jarak


(5)

@ Hak Cipta milik IPB, Tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(6)

ALOKASI OPTIMAL PEMANFAATAN DAN NILAI LAND RENT

SUMBERDAYA TAMBAK DI KECAMATAN TANAH MERAH

KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PROVINSI RIAU

DWI SUSHANTY

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Megister Sains pada

Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008


(7)

Judul Tesis : Alokasi Optimal Pemanfaatan dan Nilai Land Rent Sumberdaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau

Nama : Dwi Sushanty

Nrp : C451050071

Program Studi : Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika (ESK)

Disetujui Komisi Pembimbing

Ir. Moch Prihatna Sobari, MS Dr. Ir. Suharno, M.Adev

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika,

Prof. Dr. Ir.H. Tridoyo Kusumastanto, MS.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr.Ir.Khairil Anwar Notodipuro, MS.


(8)

PRAKATA

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul tesis adalah Alokasi Optimal Pemanfaatan dan Nilai Land Rent Sumberdaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.

Tesis ini berisi informasi tentang alokasi penggunaan sumberdaya yang optimal dari usaha tambak, dan nilai surplus pemanfaatan lahan tambak udang yang dapat diterima oleh pemilik lahan tambak udang di kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir. Hasil penelitian ini dapat direkomendasikan sebagai bahan masukan dalam mempertimbangkan kebijakan pengelolaan kawasan pesisir yang diterapkan dalam pemanfaatan lahan tambak.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Moch. Prihatna Sobari, MS dan Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku Komisi Pembimbing atas kesedian dan curahan waktu yang diberikan dalam membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ir. Hj. Iis Diatin, MM selaku penguji luar komisi dan Prof. Dr. Ir. H. Tridoyo Kusumastanto, MS selaku ketua Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika (ESK), staf pengajar dan staf tata usaha di Program Studi ESK, serta kepada rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika (khususnya ESK IV dan III) yang telah memberikan saran dan masukan, sehingga dapat memperkaya tesis ini.

Teriring hormat dan sayang, penulis sampaikan kepada ibunda Maskanah dan ayahanda Rasiman, kak Eka dan bang Adek, Dedi dan Nunik, Agus dan Iyah, si kecil calvin dan wiw, aa Maman, atas doa yang selalu mengalir dan kasih sayang serta dukungannya, yang selalu menjadi sumber inspirasi bagi penulis, seluruh keluarga besar yang ada di Tembilahan, Riau, terimakasih dorongan dan bantuan kepada penulis baik secara moril dan materil.

Terima kasih juga kepada keluarga besar Politeknik Pertanian Tembilahan, Bapak Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten INHIL, Kepala Bappeda Kabupaten INHIL, Kepala BPS Kabupaten INHIL, Pak Satiman dan teman-teman


(9)

selaku responden dalam penelitian ini. Terima kasih atas kesedian dan waktu yang diberikan kepada penulis.

Terima kasih kepada Ferawati maedar (ESK), Leni, Tri, Dona (SPL), Vita, Yeni dan Teh Fitri (TIP), Sinta (S1 BDP), Vina (S1 SEI), Eka (S1 FKH), dan teman-teman di Wisma Melati atas dukungan dan bantuan selama penulis berada di IPB. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas semua bantuan yang telah diberikan, amin.

Akhir kata, semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi pembangunan perikanan umumnya serta pemerintah daerah khususnya dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan untuk kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

Bogor, Mei 2008


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau pada tanggal 23 Januari 1976 dari pasangan ayahanda Rasiman dan ibunda Maskanah. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara.

Pendidikan Dasar sampai dengan SLTA ditamatkan di tempat kelahiran. Pendidikan S1 diselesaikan di Universitas Riau – Pekanbaru, pada Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan dan lulus pada tahun 2000. Setelah tamat penulis bekerja sebagai Tenaga Honor Guru di SMA PGRI Tembilahan dan pada tahun 2003 penulis lulus sebagai Dosen Tetap di Politeknik Pertanian Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir dan masih aktif sampai sekarang.

Tahun 2005 penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan dan memilih program studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika (ESK) pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada bulan Desember tahun 2007 penulis menikah dengan Salman, ST dan pada bulan Mei tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL …. ………. xii

DAFTAR GAMBAR ………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN………... xvi

I. PENDAHULUAN ………. 1

1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Perumusan Masalah ………... 3

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ………... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ……… 5

2.1. Pertambakan Udang di Kawasan Pesisir ………... 5

2.2. Surplus Konsumen ………. 6

2.3. Optimasi Pemanfaatan Lahan Budidaya Tambak Udang ……… 7

2.4. Produktivitas ………... 8

2.5. Sewa Lahan (Land Rent) ……… 9

2.6. Biaya ………... 12

2.7. Harga ……… 13

2.8. Biaya Transportasi ………... 14

III. KERANGKA PENELITIAN ……….. 16

IV. METODOLOGI PENELITIAN .……….. 18

4.1. Metode Penelitian ………. 18

4.2. Jenis dan Sumber Data ……….. 18

4.3. Metode Pengambilan Sampel ……… 19

4.4. Metode Analisis Data ……… 20

4.4.1. Analisis Permintaan dan Nilai dari Lahan Tambak ……… 20

4.4.2. Analisis Optimalisasi……… 21

4.4.3. Analisis Land Rent ……… 21

4.4.4. Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent ……… 24

4.5. Batasan Penelitian ………. 25

4.6. Tempat dan Waktu Penelitian……….. 26

V. PROFIL LOKASI PENELITIAN

………. 27

5.1. Kondisi Geofisik Kecamatan Tanah Merah ……… 27

5.2. Pemanfaatan Lahan ………... 28

5.3. Kondisi Demografi Kecamatan Tanah Merah ………... 30

5.4. Kondisi Sosial Kecamatan Tanah Merah ………... 30

5.4.1. Pendidikan ………... 30

5.4.2. Kesehatan ……… 31


(12)

Halaman

5.5. Kondisi Perekonomian Kecamatan Tanah Merah ………….. 32

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 36

6.1. Sarana Input Produksi ……… 36

6.1.1. Lahan Tambak ………. 36

6.1.2. Peralatan Kegiatan budidaya ……… 37

6.1.3. Benih ………. 39

6.1.4. Tenaga Kerja ……… 40

6.1.5. Sarana Produksi Lainnya ……….. 41

6.1.6. Modal Investasi ……… 41

6.2. Kegiatan Produksi ………... 42

6.2.1. Masa Persiapan ………. 42

6.2.2. Masa Pemeliharaan ………... 43

6.2.3. Masa Pemanenan ……….. 43

6.3. Hasil Produksi dan Pemasaran ……….. 43

6.3.1. Hasil Produksi ………... 43

6.3.2. Pemasaran Hasil Produksi ………. 44

6.4. Analisis Permintaan dan Nilai dari Lahan Tambak …………. 44

6.5. Analisis Nilai Land Rent ……….. 51

6.5.1. Produktivitas Lahan ……… 52

6.5.2. Biaya Produksi ……… 53

6.5.3. Biaya Transportasi ……….. 57

6.5.4. Land rent Berdasarkan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak ke Pusat Pasar ………... 58

6.6. Optimalisasi Nilai Land Rent ………... 64

6.7. Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent ……… 69

6.8. Implikasi Kebijakan ……….. 75

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 77

7.1. Kesimpulan ……… 77

7.2. Saran ……….. 78

DAFTAR PUSTAKA ………... 80


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jenis Data dan Sumber Mendapatkannya ……….. 19

2. Luas Areal Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Tanah

Merah Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2005 ……….. 28

3. Lahan Potensial Pengembangan Budidaya Tambak di

Kabupaten Indragiri Hilir ………. 29

4. Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Penduduk dalam

Kecamatan Tanah Merah Tahun 2005 ………. 30

5. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru pada Tingkat Sekolah di

Kecamatan Tanah Merah ………. 31

6. Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan yang Terdapat di

Kecamatan Tanah Merah ……….. 32

7. PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Konstan

Menurut Sektor Tahun 2003-2006……… 33

8. Distribusi persentase PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas

Dasar Harga Konstan Menurut Sektor tahun 2003-2006……. 34

9. Harga Lahan Tambak di Masing-Masing Unit Analisis……… 37

10.Peralatan dalam Kegiatan Budidaya Tambak Udang di

Masing- Masing Unit Analisis ………. 38

11.Padat Tebar Per Ha dan Harga Benih Udang Windu di

Masing-Masing Unit Analisis ……….. 40

12.Jumlah Tenaga Kerja Pada Kegiatan Budidaya Tambak

Udang di Masing-Masing Unit Analisis ………... 40

13.Dosis Penggunaan Pupuk di Masing-Masing Unit Analisis …. 41

14.Rata-Rata Jumlah Modal Investasi Usaha Kegiatan Budidaya

Tambak Udang Windu di Masing-Masing Unit Analisis …….. 42

15.Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil Usaha Tambak Udang di Desa Tanjung Pasir


(14)

Halaman

16. Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil Usaha Tambak Udang di Desa Tanjung Baru

Tahun 2007 ……….. 48

17.Nilai Produktivitas Rata-Rata Lahan Tambak Udang di

Masing-Masing Unit Analisis ……….. 53

18. Biaya Tenaga Kerja Kegiatan Budidaya Tambak Udang

Windu di Masing-Masing Unit Analisis ………... 54

19. Total Biaya Tenaga Kerja Per ha Per Siklus Produksi Kegiatan Budidaya Udang Windu di Masing - Masing

Unit Analisis ………. 54

20. Biaya Sarana Produksi Kegiatan Budidaya Tambak Udang

Windu di Masing-Masing Unit Analisis ……… 55

21. Total Biaya Sarana Produksi Per ha Per Siklus Produksi

Budidaya Udang Windu di Masing-Masing Unit Analisis... 56

22. Total Biaya Produksi Budidaya Tambak Udang Windu di

Masing-Masing Unit Analisis ……….. 57

23. Biaya Transportasi dari Masing - Masing Unit Analisis

ke Pedagang Pengumpul ……… 58

24. Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan dan Jarak

Lokasi Tambak ……… 58

25. Nilai Output, Input dan Rente Optimal Kegiatan Budidaya

Tambak Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Pasir …… 65

26. Nilai Output, Input dan Rente Optimal Kegiatan Budidaya

Tambak Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Baru …… 66

27. Biaya Produksi Optimal Kegiatan Budidaya Udang Windu di

Masing-Masing Unit Analisis ………. 67

28. Nilai Land Rent Optimal Kegiatan Budidaya Udang Windu di

Masing-Masing Unit Analisis ……… 68

29. Perbandingan Nilai Land Rent Aktual dengan Land Rent


(15)

Halaman

30. Perubahan Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan dan Jarak Tambak ke Pusat Pasar Akibat Adanya Kenaikan

Harga BBM dan Pupuk Urea Tahun 2007 ………. 70

31. Persentase Perubahan Nilai Land Rent dengan Adanya


(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Penggunaan dari Nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi Konsep “Land Rent” yang Merupakan Surplus Ekonomi

Setelah Pembayaran Biaya Produksi ……… 10

2. Pengaruh Biaya Transportasi Produk dari Berbagai Lokasi ke

Pasar terhadap Land Rent ……… 11 3. Kerangka Penelitian ……… 17

4. Diagram Kerangka Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Nilai Land Rent ……….. 22

5. PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Konstan

Menurut Sektor Tahun 2003-2006 ………. 34

6. Distribusi persentase PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas

Dasar Konstan Menurut Sektor tahun 2006 ………. 34

7. Laju PDRB Kabupaten Indragiri Hilir Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2004-2006……… 35

8. Sungai-Sungai yang Menjadi Sumber Air Tawar Bagi Kegiatan

Budidaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah ………. 36

9. Kondisi Tambak Udang Windu di Kecamatan Tanah Merah ….. 37

10. Salah satu contoh Rumah Jaga Tambak Udang Windu di

Kecamatan Tanah Merah ……… 39

11. Kurva Permintaan Lahan Tambak Udang Windu dari Hubungan

Antara Harga Lahan dan Luas Lahan di Desa Tanjung Pasir ….. 47

12. Kurva Permintaan Lahan Tambak Udang Windu dari Hubungan

Antara Harga Lahan dan Luas Lahan di Desa Tanjung Baru ….. 51

13.Produktivitas Lahan Tambak Udang Windu di Masing-Masing

Unit Analisis ……… 53

14.Biaya Tenaga Kerja per Ha per Siklus Produksi Kegiatan

Budidaya Udang Windu di Lokasi Penelitian ... 55

15.Total Biaya Sarana Produksi Per Ha Per Siklus Produksi


(17)

Halaman

16. Nilai Land rent Pemanfaatan Lahan Tambak untuk Kegiatan

Budidaya Udang Windu ……….. 59

17. Hubungan Antara Nilai Land Rent dengan Produktivitas

Lahan di Desa Tanjung Pasir ………. 60

18. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu di Desa

Tanjung Pasir ………. 61

19. Hubungan Antara Nilai Land Rent dengan Produktivitas

Lahan di Desa Tanjung Baru ……….. 63

20. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu di Desa

Tanjung Baru ……… 63

21. Hubungan Nilai Land Rent dengan Variabel Produktivitas Setelah Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM dan

Harga Pupuk Urea Desa Tanjung Pasir ……… 71

22. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea Desa

Tanjung Pasir ……….. 72

23. Hubungan Nilai Land Rent dengan Variabel Produktivitas Setelah Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga

Pupuk Urea Desa Tanjung Baru ……….. 73

24. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Wilayah Kecamatan Tanah Merah ……… 85

2. Gambar Lokasi Penelitian ... 86

3. Analisis Regresi Permintaan Lahan Tambak Udang Windu

di Desa Tanjung Pasir ………. 87

4. Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Permintaan dan Nilai Pemanfaatan Lahan Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Pasir

Tahun 2007 ……… 88

5. Analisis Regresi Permintaan Lahan Tambak Udang Windu

di Desa Tanjung Baru ………. 89

6. Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Permintaan dan Nilai Pemanfaatan Lahan Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Baru

Tahun 2007………... 90

7. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan

Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Pasir……... 91

8. Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di

Desa Tanjung Pasir……….. 92

9. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan

Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di Desa Tanjung Baru……… 94

10.Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di

Desa Tanjung Baru……….. 95

11. Data Karakteristik Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak

Udang Windu di Desa Tanjung Pasir………. 97

12. Output MAPEL 9,5 Untuk Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent

di Desa Tanjung Pasir………. 102

13. Data Karakteristik Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak

Udang Windu di Desa Tanjung Baru……….. 104

14. Output MAPEL 9,5 Untuk Analisis Optimalisasi Nilai Land Rent


(19)

Halaman

15. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Ke Pusat Pasar Setelah kenaikan

harga BBM di Desa Tanjung Pasir ……… 111

16. Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga Pupuk dan Harga BBM

di Desa Tanjung Pasir ……… 112

16. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Ke Pusat Pasar Setelah kenaikan harga

BBM di Desa Tanjung Baru………. 114

17. Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga Pupuk dan Harga BBM


(20)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah pesisir dan lautan memainkan peran yang penting sebagai sumber penghidupan bagi penduduk Indonesia. Diperkirakan kedua wilayah ini akan menjadi tumpuan bagi pembangunan bangsa Indonesia di masa depan. Hal ini disebabkan sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah pesisir dan laut yang memiliki berbagai sumberdaya alam serta jasa lingkungan yang beragam.

Ada beberapa sumberdaya alam pesisir yang dapat dikelola dan dikembangkan, diantaranya sumberdaya perikanan yang mencakup sumberdaya perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Perikanan budidaya meliputi budidaya payau, pantai dan laut. Dengan semakin menurunnya produksi yang dihasilkan oleh perikanan tangkap, maka usaha pemanfaatan lahan tambak, khususnya budidaya air payau (tambak udang) diharapkan mampu menopang target produksi nasional perikanan.

Pengembangan pemanfaatan lahan tambak selain untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir, diharapkan juga oleh pemerintah mampu menjadi sektor pengumpul devisa negara dalam jumlah besar karena udang merupakan komoditas perikanan yang sangat diminati oleh negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Jepang. Kusumastanto T (2002) mengatakan, berdasarkan dokumen Protekan 2003, bahwa budidaya tambak udang merupakan target utama dalam perolehan devisa dari ekspor komoditas hasil budidaya.

Riau, dengan luas 329.867,6 km2 yang terdiri atas 3.214 pulau, merupakan provinsi yang memiliki wilayah pesisir dan lautan terluas di Indonesia. Lebih dari setengah wilayahnya (71,34%) merupakan wilayah pesisir dan lautan yang dapat dikembangkan untuk kegiatan perikanan.

Kabupaten Indragiri Hilir merupakan bagian dari Provinsi Riau, yang sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan pesisir. Dari 17 kecamatan yang ada 11 diantaranya adalah wilayah pesisir. Kecamatan Tanah Merah merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir, juga merupakan kawasan pesisir.


(21)

Salah satu kegiatan perikanan yang mulai berkembang dan dijadikan andalan di masa depan oleh Kabupaten Indragiri Hilir adalah kegiatan budidaya air payau, berupa pertambakan udang. Pemanfaatan lahan tambak udang ini dapat menggantikan peran perikanan tangkap yang diperkirakan telah melampaui jumlah tangkapan yang diperbolehkan, di Pantai Timur Sumatera khususnya di perairan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir. Pengembangan pemanfaatan lahan tambak dipusatkan di Kecamatan Tanah Merah, Desa Tanjung Pasir dan Desa Tanjung Baru. Hal ini didukung dengan lingkungan perairan yang spesifik, letaknya berada pada kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir. Dengan pengelolaan secara optimal dan lestari, potensi lahan tambak di Kecamatan Tanah Merah diharapkan memberikan kontribusi produksi yang memadai sesuai dengan daya dukung kawasan tersebut.

Dalam laporan Dinas Perikanan Kabupaten Indragiri Hilir (2001) bahwa luas areal pertambakan mencapai 31.600 ha. Dengan sumberdaya pertambakan yang cukup besar memberi harapan bagi masyarakat pesisir untuk memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat pesisir melalui pemanfaatan tambak udang.

Komoditas dari berbagai jenis udang (windu, merguiensis/indicus, vaname dan rostris) hasil budidaya di tambak pada umumnya mempunyai pasar yang cukup besar. Ini terlihat permintaan pasar (lokal dan internasional) dari tahun ke tahun meningkat, menurut data statistik tahun 2003 peningkatan per tahunnya sekitar 2-3% (Adiwidjaya D et al. 2004). Kegiatan usaha perikanan tambak di wilayah pesisir Kabupaten Indragiri Hilir dipengaruhi oleh banyaknya permintaan pasar atas komoditas perikanan yang dibudidayakan dan tingkat keuntungan yang diperoleh dari mengusahakan kegiatan tersebut, aspek pemasaran udang juga turut mendukung berkembangnya usaha tambak udang, dengan titik sentral pasarnya berada di Desa Tanjung Baru. Kegiatan usaha perikanan tambak di Kecamatan Tanah Merah menggunakan sistem tradisional dan semi intensif.

Pemanfaatan yang masih rendah dengan sumberdaya pertambakan yang cukup besar memberi harapan bagi masyarakat pesisir untuk memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat pesisir melalui usaha tambak udang di kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir. Pemilik lahan tentunya mengharapkan nilai surplus yang maksimal dari setiap jenis kegiatan pemanfaatan lahan yang dilakukan.


(22)

Upaya untuk mencapai manfaat maksimum jangka panjang dapat dilakukan apabila pemanfaatan lahan tambak dapat dialokasikan secara optimal. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan suatu kajian tentang alokasi optimal pemanfaatan dan nilai land rent sumberdaya tambak di Kecamatan Tanah Merah.

1. 2. Perumusan Masalah

Konflik kepentingan penggunaan sumberdaya perikanan di antara nelayan karena terjadinya tangkap lebih (over fishing) khususnya di perairan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir, menyebabkan nelayan tidak lagi sepenuhnya mengusahakan penangkapan di laut. Kondisi ini menstimulir berkembangnya kegiatan pemanfaatan lahan tambak, khususnya budidaya air payau berupa pertambakan udang yang diusahakan secara pribadi mau pun skala perusahaan.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, kegiatan pemanfaatan lahan tambak di wilayah pesisir Kabupaten Indragiri Hilir dipengaruhi oleh banyaknya permintaan pasar atas komoditas perikanan yang dibudidayakan dan tingkat keuntungan yang diperoleh dari mengusahakan kegiatan tersebut, aspek pemasaran udang juga turut mendukung berkembangnya usaha tambak udang. Pemanfaatan yang masih rendah dengan sumberdaya pertambakan yang cukup besar memberi harapan bagi masyarakat pesisir untuk memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat pesisir melalui usaha tambak udang di kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada di daerah penelitian, maka perumusan masalah dapat dikemukakan sebagai berikut: Bagaimana alokasi penggunaan sumberdaya yang optimal dari usaha tambak?, berapakah nilai surplus pemanfaatan lahan tambak udang yang dapat diterima oleh pemilik lahan di kawasan tersebut?, dan faktor apa lagi yang akan berpengaruh terhadap nilai pemanfaatan lahan tambak udang di kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir selain produktivitas?, serta bagaimana implikasi kebijakan pengelolaan kawasan pesisir yang diterapkan dalam pemanfaatan lahan tambak?


(23)

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

(1).Menentukan tingkat alokasi optimal dari penggunaan sumberdaya pada pemanfaatan lahan tambak;

(2).Menghitung nilai surplus pemanfaatan lahan tambak udang yang diterima pemilik lahan;

(3).Menghitung nilai land rent pemanfaatan lahan tambak udang;

(4).Menghitung besarnya pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap perubahan nilai land rent;

(5).Melihat implikasi kebijakan dalam pengelolaan kawasan pesisir untuk pemanfaatan lahan tambak.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan bahan masukan bagi pengembangan kegiatan perikanan tambak di perairan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir. Kegiatan pemanfaatan lahan tambak di kawasan tersebut diharapkan dapat memberikan nilai pemanfaatan yang optimal dalam konteks pembangunan berkelanjutan.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertambakan Udang di Kawasan pesisir

Kawasan pesisir Indonesia memiliki ekosistem yang cocok bagi pengembangan kegiatan budidaya udang di tambak air payau. Pengoperasian tambak udang biasanya dikembangkan di daerah pasang surut. Di kawasan tersebut tersedia air setinggi 0,8-1,5 m selama periode rata-rata pasang tinggi, yang dapat digunakan untuk budidaya udang dan untuk pengeringan secara sempurna pada saat diperlukan (BPPT 1995).

Pertambakan yang dibangun di kawasan pesisir difungsikan untuk pemeliharan (budidaya) udang. Harris E (1997) mendefinisikan budidaya udang sebagai kegiatan membesarkan benih udang (nener) menjadi udang marketable size (size 30), selama labih kurang 4 bulan masa pemeliharaan. Selama masa pemeliharaan, setiap ekor udang bila mendapat pakan dan air yang baik, akan tumbuh dengan cepat guna memproduksi daging udang.

Di Indonesia, budidaya udang di tambak dikategorikan pada tiga sistem produksi, yaitu sistem ekstensif, semi intensif dan intensif. Effendi I (1998) menambahkan, pada tambak intensif padat penebarannya di atas 100.000 ekor per ha, menggunakan benur dari harchery dengan pergantian air 3-4 hari sekali. Padat penebaran yang tinggi membutuhkan pakan dalam jumlah besar. Kegiatan budidaya udang di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir menerapkan sistem semi intensif dengan padat penebaran cukup tinggi, menggunakan kincir dan pakan buatan atau pellet. Dalam kondisi demikian, beban bahan organik tambak menjadi tinggi. Bahan organik berasal dari ekskresi udang, sisa pakan dan bangkai organisme yang mengendap di dasar tambak. Untuk menanggulangi hal tersebut, pada tambak semi intensif dilakukan pengaerasian dan pergantian air yang cukup, baik kuantitas maupun frekuensinya. Upaya tersebut dilakukan guna mempertahankan kualitas air bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan optimum organisme target. Untuk mempertahankan agar kualitas air tetap optimum bagi organisme budidaya, di tambak intensif seluas 1 ha dibutuhkan air sebanyak 29-39 liter per detik. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tambak semi intensif dan ekstensif.


(25)

Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan pertambakan udang adalah ketepatan pemilihan lokasi. Kekeliruan pemilihan lokasi akan menyebabkan membengkaknya kebutuhan modal, tingginya biaya operasi, rendahnya produksi dan munculnya masalah lingkungan. Pengalaman membuktikan bahwa lokasi pertambakan, teknologi yang diterapkan dan pola sebaran tambak di suatu kawasan pantai akan berdampak luas terhadap mutu lingkungan, stabilitas produksi tambak dan keuntungan ekonomi usaha pertambakan (BPPT 1995).

Dengan demikian, keputusan yang diambil untuk memilih lahan yang sesuai untuk pertambakan harus mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas) lahan serta pola tata guna tanah yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya, sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah berikut usaha pemeliharaan kelestariannya (Hardjowigeno S dan Widiatmaka 2001).

Lahan untuk usaha pertambakan harus memenuhi persyaratan biologis, teknis, sosial ekonomi dan hygienis, karena kesesuaian lahan pertambakan akan sangat menentukan produktivitas tambak. Beberapa hal yang harus diperhatikan secara ekologis guna keberhasilan usaha pertambakan yaitu: pasokan air, topografi, tipe tanah, vegetasi (Rabanal HR et al. 1976).

2.2. Surplus Konsumen

Satu hal penting yang mendasar dari aspek ekonomi sumber daya alam adalah bagaimana ekstraksi sumber daya alam tersebut dapat memberikan manfaat atau kesejahteraan kepada masyarakat secara keseluruhan. Surplus juga merupakan manfaat ekonomi yang tidak lain adalah selisih antara manfaat kotor (gross benefit) dan biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mengekstraksi sumberdaya alam (Fauzi A 2004).

Surplus konsumen (consumer’s surplus atau disingkat CS) sama dengan manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsi sumberdaya alam dikurangi dengan jumlah yang dibayarkan untuk mengkonsumsi barang tersebut. Edward 1991 diacu dalam Fauzi A 2004, menyatakan bahwa konsep surplus


(26)

konsumen ini merupakan konsep yang penuh misteri dalam ilmu ekonomi, karena tidak seperti halnya surplus yang lain, surplus konsumen lebih bersifat intangible, namun demikian konsep ini terlalu penting untuk diabaikan karena dapat mengukur keinginan membayar dari masyarakat terhadap barang atau dalam kasus ini barang yang dihasilkan dari sumberdaya alam.

2.3. Optimasi Pemanfaatan Lahan Tambak

Menurut Fauzi A (2004), lahan atau tanah termasuk kedalam jenis sumberdaya yang dapat diperbaharui, namun memiliki titik kritis yang berarti jika titik kritis kapasitas maksimum regenerasinya telah terlampaui, sumberdaya ini dapat berubah menjadi sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Jika menurut kegunaan akhirnya, sumberdaya lahan diklasifikasikan kedalam jenis sumberdaya material non-metalik.

Odum EP (1959) mengatakan bahwa jika populasi manusia di suatu daerah memanfaatkan lahan dengan tidak bijaksana, maka dampaknya akan berpengaruh kepada populasi manusia tersebut, tetapi pada saat populasi meningkat secara cepat, maka yang akan menderita akibat pemanfaatan lahan yang tidak rasional adalah orang-orang yang terkena dampak pada lokasi lahan tersebut dimanfaatkan, pada akhirnya setiap orang harus membayar untuk perbaikkannya atau setiap orang sama sekali kehilangan manfaat dari nilai ekonomi lahannya. Agar nilai lahan tetap bisa dipertahankan, maka diperlukan perencanaan pemanfaatan lahan yang baik dan sesuai dengan nilai fungsional lahan.

Optimasi pemanfaatan lahan untuk budidaya tambak udang merupakan usaha memperoleh nilai hasil yang paling menguntungkan dengan adanya keterbatasan lahan tambak. Pada dasarnya optimasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu fungsi beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Pada umumnya pembatasan tersebut meliputi tenaga kerja (SDM), uang (modal), input (teknis), serta waktu dan ruang (Supranto J 1983). Untuk menghitung kombinasi yang optimum dari sumber-sumber yang terbatas tersebut, maka digunakan teknik program linear (Welch dan Commer 1983 dalam Suryadi K dan MA Ramdhani 2000).


(27)

Secara matematis, model baku program linear dapat dirumuskan apabila memenuhi tiga unsur berikut (Budiharsono 2001):

(1). Ada Fungsi Tujuan

Tujuan yang diinginkan bersifat memaksimumkan seperti keuntungan, penerimaan, produksi atau meminimumkan seperti biaya, yang harus dinyatakan dengan jelas dan tegas sebagai fungsi tujuan.

n

Z = ∑Cj Xj untuk j = 1, 2,...n j=1

(2). Ada Kendala (syarat ikatan)

Setiap sumberdaya yang ada bersifat terbatas dan keterbatasan tersebut merupakan kendala (constraint) atau syarat ikatan dalam mencari kombinasi terbaik dari alternatif pemecahan permasalahan yang ada.

n

Z = ∑aij Xj≤ atau ≥ bi, untuk i = 1, 2,...n j=1

(3). Syarat Non-negatif

Nilai peubah keputusan harus positif atau disebut dengan syarat non-negatif Xj ≥ 0

dimana :

Cj = Koefisien peubah pengambilan keputusan Xj = Peubah pengambilan keputusan

aij = Koefisien teknologi peubah pengambilan keputusan dalam kendala data ke-i bi = Sumberdaya yang ada atau nilai sebelah kanan kendala ke-i

2.4. Produktivitas

Dalam penelitian dan literatur, produktivitas sering diartikan sebagai produksi yang dihasilkan persatuan luas dari suatu komoditas yang diusahakan petani. Untuk dapat menjelaskan produksi yang dihasilkan dari suatu usahatani, diperlukan hubungan antara faktor produksi (input) dan produk (output). Hubungan antara input dan output ini disebut “faktor relationship” (Soekartawi 1990). Selanjutnya hubungan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:


(28)

Dimana Y dapat dikatakan sebagai output produksi yang nilainya dipengaruhi oleh X, sementara X merupakan faktor produksi atau input yang nilainya mempengaruhi nilai output yang dihasilkan dalam proses produksi.

Yotopoulos PA dan JL Lawrence (1974) menyatakan, bahwa produksi dapat digambarkan sebagai upaya untuk memaksimumkan keuntungan dengan kendala ketersediaan teknologi, sumberdaya yang dimiliki, dan harga dari input variabel. Selanjutnya produksi usaha tani dirumuskan sebagai fungsi dari tenaga kerja, modal dan tanah.

Dalam kajian wilayah, sistem produksi pertanian sangat ditentukan oleh produk tertentu (spesifik) yang diminta oleh pasar dan untuk menyalurkan produk yang diminta tersebut sangat dibatasi oleh jarak. Dalam hal ini pertukaran produk antar wilayah dibatasi oleh jarak (Benu FL 1996).

2.5. Sewa Lahan (Land Rent)

Menurut Ricardo sewa lahan (land rent), adalah surplus ekonomi suatu lahan yang dapat dibedakan atas (i) surplus yang selalu tetap (rent as an unearned increment), definisi ini memberikan kesan bahwa sewa lahan adalah surplus yang selalu tetap atau mendapat hasil tanpa berusaha (windfall return), yang diperoleh akibat pemilikan lahan, dan (ii) surplus sebagai hasil dari investasi (rent as return on investment), dalam pengertian ini lahan dipandang sebagai faktor produksi. Kebanyakan investor, pemilik dan penggarap, menggunakan pengertian kedua ini. Selanjutnya dikatakan, land rent dapat dibedakan atas teori sewa Ricardian (Ricardian Rent), dan sewa ekonomi (Economic Rent atau Locational Rent). Teori sewa Ricardian, merupakan teori sewa lahan yang mempertimbangkan faktor kesuburan lahan. Lahan yang subur akan memiliki nilai land rent yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang kurang subur. Pendekatan ini terutama banyak digunakan pada wilayah pertanian yang umumnya berada di pedesaan, sedangkan sewa ekonomi mempertimbangkan lokasi atau jarak relatif dari suatu lahan pertanian dengan pusat pasar. Lahan dengan land rent yang tinggi akan berada di dekat pusat pasar. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan rendahnya biaya pengangkutan atau biaya perjalanan, yang dibutuhkan untuk menempuh jarak dari lokasi produksi ke lokasi pemasaran (Barlowe R 1978).


(29)

Krause JH dan Brorsen WB (1995), dalam penelitiannya tentang dampak dari resiko nilai land rent pada lahan pertanian menyatakan bahwa, land rent adalah fungsi dari penerimaan, biaya produksi, dan resiko. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingginya resiko penggunaan lahan akan mengakibatkan menurunnya nilai land rent dan sebaliknya. Selanjutnya Renkow M (1993), dalam penelitiannya tentang harga lahan (land prices), sewa lahan (land rent), dan perubahan teknologi menyatakan, bahwa adopsi teknologi di bidang pertanian mempunyai pengaruh yang positif terhadap nilai land rent. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa harapan perolehan keuntungan secara nyata akan mempengaruhi peningkatan harga lahan.

Rustiadi et al. (2003) juga menyampaikan bahwa rente lahan (land rent) secara sederhana didefinisikan sebagai surplus ekonomi, yaitu pendapatan bersih atau benefit yang diterima suatu bidang lahan tiap meter persegi, tiap tahun akibat dilakukannya suatu kegiatan pada bidang lahan tersebut. Pendapatan bersih atau benefit ini berasal dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. Peninjauan biaya tergantung kepada yang melihatnya dan karena itu terbagai menjadi (1) Analisis finansial, yaitu peninjauan biaya yang dilihat dari segi pengelola usaha; (2) Analisis Ekonomi, yaitu peninjauan biaya yang dilihat dari sudut pandang masyarakat secara keseluruhan (sosial).

Suparmoko (1997), menunjukkan penggunaan nilai produk dan kurva biaya untuk ilustrasi land rent yang merupakan surplus ekonomi setelah pembayaran biaya produksi, seperti terlihat pada Gambar 1.

Sumber: Suparmoko (1997)

Gambar 1. Penggunaan dari Nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi Konsep Land Rent” yang Merupakan Surplus Ekonomi Setelah Pembayaran Biaya Produksi

S Harga

M

N L

R P

Land Rent MC

AC

MR=AR


(30)

Berdasarkan Gambar 1, total nilai produksi yang dihasilkan digambarkan oleh segi empat LNSP dengan total biaya dari variabel input yang ditunjukkan oleh segi empat MNSR dan menghasilkan land rent atau economic rent seluas LMRP. Surplus sebagai investasi memandang tanah sebagai faktor produksi. Surplus ekonomi sumberdaya lahan dapat dilihat dari surplus ekonomi karena kesuburan tanahnya dan lokasi ekonomi.

Pengaruh biaya transportasi kaitannya dengan perpindahan produk dari berbagai lokasi ke pasar terhadap sewa lahan digambarkan pada Gambar 2. Dalam gambar tersebut, dilukiskan bahwa semakin jauh jarak lokasi lahan dari pasar akan menyebabkan semakin tingginya biaya transportasi. Misalnya pada jarak 0 km (tepat di pusat pasar), biaya transportasi nol dan biaya total sebesar OC pada Gambar 2(a) dan pada jarak OK km biaya total menjadi KT, karena biaya transportasi meningkat menjadi UT. Kemudian jika harga barang yang diangkut setinggi OP, maka pada jarak OK tidak lagi terdapat land rent, sedangkan pada jarak 0, besarnya land rent adalah CP. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa land rent mempunyai hubungan terbalik dengan jarak lokasi lahan dengan pasar seperti yang dilukiskan pada Gambar 2(b).

Sumber: Suparmoko (1997)

Gambar 2. Pengaruh Biaya Transportasi Produk dari Berbagai Lokasi ke Pasar terhadap Land Rent

Dalam teori Von Thunen’s diasumsikan bahwa secara fisik lahan adalah homogen (Greenhut ML 1956), pengaruh lokasi dipisahkan dengan faktor-faktor lainnya, namun pada kenyataannya ada faktor-faktor selain lokasi yang

M L

T

U

Rp Rp

P

C

K O

Biaya

Transportasi Land Rent Land Rent

Jarak Ke Pasar (a)

Jarak Ke Pasar (b)


(31)

berpengaruh terhadap penentuan penggunaan lahan. Ely dan Wehrwein (1964) menyatakan bahwa land rent selain dipengaruhi oleh lokasi juga ditentukan oleh perbedaan tanah, iklim, topografi dan faktor fisik lainnya. Hal ini juga menyebabkan perbedaan dalam intensitas penggunaan, produksi, pendapatan dan sewa. Tiap luasan lahan dipengaruhi oleh dua hal tersebut yaitu lokasi dan produktivitas, land rent adalah hasil gabungan kedua-duanya. Perbedaan lahan dalam kaitannya dengan perbedaan kesuburan atau lokasi bukanlah penyebab land rent, namun semata menjelaskan mengapa satu bidang lahan memberikan hasil yang lebih banyak dibanding yang lainnya.

2.6. Biaya

Biaya untuk menghasilkan suatu produk, akan didasarkan pada pengeluaran yang dibebankan di dalam menghasilkan suatu jumlah hasil produksi tertentu dalam suatu periode waktu tertentu. Tanpa pengkhususan jumlah dan periode waktu tersebut, setiap petunjuk terhadap harga tidaklah berarti (Bishop CE dan WD Toussaint 1979).

Tohir KA (1982) menyatakan, bahwa biaya produksi perorangan adalah semua pengeluaran dalam hal jasa-jasa, dan barang-barang yang dibutuhkan guna melaksanakan usaha. Selanjutnya dikatakan, bahwa tingginya biaya produksi (biaya produksi marjinal) mempunyai kecenderungan (tendensi) terhadap peningkatan harga produk.

Prijosoebroto S (1991) menyatakan bahwa dalam usaha perikanan tambak diperlukan biaya produksi yang terdiri atas modal kerja, biaya benih, biaya pakan, dan biaya tenaga kerja. Selanjutnya Gohong G (1993), menyatakan bahwa penggunaan input produksi akan banyak menentukan produksi total usahatani, apabila input tersebut dapat dipergunakan secara efektif dan efisien. Beberapa jenis input produksi tersebut adalah tenaga kerja, pemakaian benih, pemakaian pupuk, dan pemakaian pestisida serta obat-obatan. Untuk mendapatkan keuntungan maksimal diperlukan penggunaan input produksi yang optimum.

Biaya dalam proses produksi dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah berkenaan dengan penggunaan aset tetap, seperti mesin. Biaya ini adalah dalam bentuk depresiasi. Suatu ciri depresiasi adalah


(32)

bahwa depresiasi merupakan biaya yang diperhitungan tetapi tidak dikeluarkan, melainkan masuk dalam cadangan perusahaan. Biaya variabel adalah merupakan pengeluaran bagi bahan mentah dan tenaga. Berbeda dengan biaya tetap yang tidak dipengaruhi oleh volume produksi, biaya variabel sejalan dengan volume produksi (Djojodipuro M 1991).

Biaya-biaya variabel adalah biaya-biaya karena pertambahan input-input variabel. Biaya tersebut akan dibebankan hanya apabila produksi itu berlangsung, dan jumlah dari biaya-biaya ini akan tergantung macam input yang digunakan. Didalam membuat keputusan-keputusan produksi, yang digunakan untuk memaksimumkan penerimaan bersih adalah jumlah input variabel. Biaya tetap ditambah dengan biaya variabel adalah biaya total. Biaya total penting dalam memperhitungkan penerimaan bersih, karena penerimaan bersih sama dengan penerimaan total dikurangi biaya total. Dalam jangka panjang, jika penerimaan total tidak lebih besar dari biaya total, produsen tidak akan berproduksi (Bishop CE dan WD Toussaint 1979).

2.7. Harga

Casler DS (1988) menyatakan bahwa masalah perekonomian yang terpenting adalah masalah harga, yang dimaksud dengan harga adalah tinggi nilai barang dan jasa diukur dengan uang. Masalah sewa tanah (land rent) pada dasarnya adalah masalah perihal harga.

Harga memberikan rangsangan pada para produsen untuk menghasilkan barang-barang yang permintaannya sangat besar dan menggunakan sumber-sumber yang paling banyak jumlahnya. Apabila harga beberapa barang meningkat para produsen didorong untuk menghasilkan barang tersebut. Para produsen barang-barang yang harganya meningkat juga akan memperoleh tambahan sumber-sumber guna memperluas produksi. Sistem penentuan harga mengalokasikan sumber-sumber pada penggunaan yang paling banyak permintaannya (Bishop CE dan WD Toussaint 1979).

Fungsi harga terutama adalah untuk menghasilkan keseimbangan yang diperlukan antara permintaan dan penawaran. Jika kenaikan harga tidak berhasil meningkatkan output atau mengurangi permintaan maka kenaikan harga dianggap


(33)

berbahaya. Kebijaksanaan harga hendaknya ditujukan pada fleksibilitas mengendalikan permintaan, mengalokasikan kembali sumber-sumber produksi dan mengarahkan kembali output ke arah yang dikehendaki (Jhingan ML 1996).

2.8. Biaya Transportasi

Harga input angkutan adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang pengusaha untuk memindahkan satu satuan berat barang sejauh satu satuan jarak. Harga yang ditentukan oleh produsen didasarkan atas biaya produksi dan kondisi permintaan yang dihadapi pada berbagai tempat. Kondisi permintaan mencakup elastisitas permintaan dan biaya angkutan untuk menyerahkan barang yang akan dijual. Perbedaan biaya angkutan (transpor) dapat mengakibatkan perbedaan harga yang cukup besar antara daerah yang satu dengan daerah yang lain (Djojodipuro M 1991).

Struktur biaya transportasi sangat berhubungan erat dengan jarak, dengan kata lain setiap penambahan satu satuan unit jarak akan mengakibatkan tambahan biaya transportasi. Dalam kenyataannya, biaya transportasi sangat jarang berhubungan dengan jarak. Bahkan seringkali terdapat pengurangan biaya per unit barang seiring dengan bertambahnya jarak (Dicken P dan PE Lloyd 1990 diacu dalam Sobari MP, T Kusumastanto, SDE Kaunang 2006).

Segi lain yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa angkutan sebagai input diadakan dan habis pada waktu dipergunakan. Angkutan tidak dapat disimpan, yang dapat disimpan adalah jasa yang dapat dipergunakan sebagai angkutan. Seorang pekerja yang membantu orang lain untuk mengangkut barang pada dasarnya merupakan himpunan jasa angkutan. Demikian halnya suatu truk, truk juga merupakan himpunan jasa, yang apabila dikombinasikan dengan tenaga dan alam (jalan dan bensin) dapat menghasilkan angkutan. Berdasarkan hal tersebut maka jasa angkutan dapat dikategorikan sebagai input tidak langsung. Suatu proses produksi memerlukan tenaga ditempat tertentu, barang modal ditempat tertentu, manajemen ditempat tertentu dan juga input angkutan untuk membawa segalanya tersebut ke tempat tadi dan hasil akhirnya ke pasar. Angkutan dalam hal ini mempunyai fungsi sama dengan input lainnya. Dengan memberi perhatian kepada input ini secara wajar, akan makin disadari segi spasial


(34)

proses produksi. Angkutan tidak perlu dipandang sebagai faktor produksi, akan tetapi angkutan mempunyai peranan penting dalam produksi mau pun konsumsi (Djojodipuro M 1991).


(35)

III. KERANGKA PENELITIAN

Sumberdaya lahan adalah salah satu faktor utama yang sangat penting untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan (sustainable). Lahan adalah komponen dasar dari sistem sumberdaya alam dari setiap negara. Sumberdaya alam merupakan basis bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan di sebagian besar negara, terutama negara-negara berkembang di Asia dimana pertanian masih sebagai sumber penting dalam perekonomian.

Penelitian mengenai “Alokasi Optimal Pemanfaatan dan Nilai Land Rent Sumberdaya Tambak di Kecamatan Tanah Merah” pada kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau ini, bermula dengan adanya suatu luasan lahan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir yang ditetapkan menjadi lahan tambak sebagai bentuk pemanfaatannya, dengan sistem tradisional di Desa Tanjung Baru dan semi intensif di Desa Tanjung Pasir. Komoditas unggulan perikanan tambak Kabupaten Indrairi Hilir adalah udang.

Dalam penelitian ini dilakukan analisis permintaan lahan yang pemecahannya didasari dengan tehnik EOP (Effect on Production), juga dilakukan analisis nilai land rent yang didasari oleh teori Ricardian, yang mempertimbangkan faktor kesuburan lahan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar, dalam penelitian ini jarak Desa Tanjung Pasir dan Desa Tanjung Baru ke pedagang pengumpul. Analisis nilai land rent dimulai dengan mengidentifikasi variabel-veriabel yang mempengaruhi nilai land rent, yaitu variabel endogen. Variabel-variabel jumlah produksi, harga, biaya produksi, dan biaya transportasi di masing-masing unit analisis digolongkan menjadi variabel endogen. Analisis dilakukan baik secara kualitatif dan kuantitatif. Kemudian dilakukan analisis optimalisasi variabel endogen dengan membangun fungsi tujuan memaksimumkan nilai rente. Hasil dari analisis ini kemudian dibandingkan dengan kondisi aktual untuk mengetahui tingkat optimal pemanfaatan lahan tambak di masing-masing unit analisis. Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas yang bertujuan untuk melihat adanya pengaruh faktor eksogen terhadap besarnya perubahan nilai pemanfaatan lahan (land rent) tambak di lokasi penelitian. Kerangka penelitian ini digambarkan pada Gambar 3.


(36)

Gambar 3. Kerangka Penelitian

Wilayah Pesisir Kabupaten Indragiri Hilir

Sumberdaya Perikanan di Kecamatan Tanah Merah

Permintaan dan Nilai Ekonomi Lahan Tambak

Analisis Faktor Endogen - Produktivitas

- Harga Komoditas - Biaya Produksi - Biaya Transportasi

Analisis Faktor Eksogen - Kebijakan Kenaikan Harga BBM - Kebijakan kenaikan Harga Pupuk

Tradisional (Desa Tanjung Baru)

Semi Intensif (Desa Tanjung Pasir)

Economic Rent

Optimal Lahan

Land Rent

Pemanfaatan Pemanfaatan Lahan tambak


(37)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield M 1930 dalam Nazir M 1988). Menurut Sevilla CG et al. (1993), metode studi kasus adalah penelitian yang terinci tentang suatu unit analisis selama kurun waktu tertentu. Studi kasus menyelidiki secara lebih mendalam dan menyeluruh terhadap lingkungan dari waktu lampau dan keadaan sekarang dari lingkungan subjek.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah dua desa di Kecamatan Tanah Merah pada kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir, yaitu Desa Tanjung Pasir dan Desa Tanjung Baru, dimana pengembangan kegiatan perikanan tambak udang adalah merupakan bentuk pemanfaatan lahan pesisir. Pendekatan kasus digunakan dalam penelitian ini, karena penulis/ peneliti yakin bahwa kasus yang dipilih mampu memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari unit kajian penelitian ini, sehingga dari sifat-sifat khas di atas bisa ditarik informasi yang bersifat umum, yaitu kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data cross section, yaitu data tentang peristiwa dalam satu tahun berjalan. Menurut sumbernya, data-data tersebut terdiri atas data-data primer dan data-data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan lapang, wawancara dan diskusi kelompok dengan responden yang terdiri atas para pelaku usaha perikanan tambak atau pemilik lahan, aparat pemerintah dan kelompok masyarakat lainnya. Wawancara yang dilakukan berkaitan dengan penggalian informasi mengenai kegiatan perikanan tambak yang dilakukan. Data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi terkait berupa data instansional dan kepustakaan ilmiah lainnya, diantaranya kondisi biofisik, demografi, skala usaha, kebijakan pemerintah dan ekonomi wilayah. Tabel 1


(38)

menyajikan jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini beserta sumber mendapatkannya.

Tabel 1. Jenis Data dan Sumber Mendapatkannya

Sumber

No Jenis Data

Primer Sekunder 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Sarana / Input Produksi a. Kuantitas b. Harga Output Produksi a. Jumlah b. Harga Biaya Produksi a. Jumlah b. Harga

Sistem/ Teknologi Produksi Biaya Transportasi a. Jarak

b. Ongkos Angkut Kondisi Umum Kawasan Kondisi Umum Perikanan

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Petambak Petambak/Cek harga Petambak Petambak/Cek harga Petambak Petambak/Cek harga Petambak Petambak/Pembeli Petambak Petambak Pemda Dinas Perikanan Bappeda

4.3. Metode Pengambilan Data

Data diambil dari jumlah populasi pembudidaya tambak (sensus) yang ada di lokasi penelitian. Untuk Desa Tanjung Pasir sebanyak 42 pembudidaya tambak dan 33 pembudidaya tambak di Desa Tanjung Baru. Hasil dari pengambilan data ini digunakan untuk mendeskripsikan profil dan karakteristik produksi budidaya udang di daerah pesisir Kabupaten Indragiri Hilir.

Lokasi penelitian dipilih secara purposive sampling, dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tanah Merah merupakan kawasan yang dipilih untuk pengembangan kegiatan perikanan tambak di pesisir Kabupaten Indragiri Hilir. Dua desa yaitu Desa Tanjung Pasir dan Desa Tanjung Baru menjadi unit analisis dimana setiap analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, dilakukan terhadap dua titik unit analisis tersebut.


(39)

4.4. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara mengolah data yang didapat untuk mencapai tujuan yang dibangun dalam penelitian ini. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari alokasi optimal dan nilai land rent pemanfaatan lahan tambak sebagai sarana produksi dalam budidaya udang dan untuk itu dilakukan beberapa analisis. Alat analisis yang akan digunakan, yaitu (1). Analisis Permintaan dan Nilai dari Lahan Tambak; (2). Metode Optimalisasi; (3). Analisis Land Rent; (4). Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent.

4.4.1. Analisis Permintaan dan Nilai dari Lahan Tambak

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis permintaan dan nilai lahan tambak yang digunakan untuk budidaya udang. Secara matematis dapat ditulis:

Q = f (Px, X1,… X5)

Dimana:

Q = Jumlah sumberdaya lahan yang dipakai (m2) P = Sewa lahan /harga lahan (Rp per m2)

X1 = Umur responden (tahun)

X2 = Pendidikan

X3 = Pendapatan (Rp per Ha)

X4 = Jumlah anggota keluarga (orang)

X5 = Pengalaman usaha (tahun)

Dalam konteks ini, hubungan antara harga (Px) diasumsikan negatif terhadap

permintaan lahan (Adrianto L 2006). Analisis permintaan dapat diselesaikan dengan menggunakan teknik regresi berganda dengan cara melogaritmakan persamaan menjadi sebagai berikut:

ln Q = a + b0ln Px + b1ln X1 + b2ln X2 + b3ln X3+ b4ln X4+ b5ln X5

Persamaan di atas dapat disederhanakan dengan mentransformasi menjadi: lnQ=(a+

(

b1lnX1+b2lnX2+b3lnX3+b4lnX4 +b5lnX5

)

)+b0lnPx ln Q = a + b0 ln Px

atau Q = α Pxb0

Untuk menghitung berapa jumlah surplus konsumen atau berapa jumlah yang diterima oleh petambak udang karena adanya perubahan permintaan lahan tambak, maka secara matematis dapat ditulis:


(40)

( )

Q Px CS

q

q L =

1

0

Px CS

NEK = L.

dimana:

CSL = Surplus Konsumen

NEK = Nilai Ekonomi

4.4.2. Analisis Optimalisasi

Analisis optimalisasi nilai land rent dilakukan untuk mengetahui dan menganalisi nilai pemanfaatan lahan tambak yang digunakan untuk budidaya udang pada kondisi optimal. Secara matematis dapat ditulis:

Max Π = yp -

=

n

i 1

pnqn – wl

s.t: f (y, q, l) =0 dimana:

Π=Nilai manfaat penggunaan lahan tambak udang (Rp per Ha) y =Jumlah produksi udang (Kg per Ha)

p =Harga udang (Rp per Kg) pn=Harga input ke-n (Rp per unit)

qn=Variabel input ke-n (unit)

w =Upah tenaga kerja (Rp per HOK) l =Jumlah tenaga kerja (HOK)

Dalam perhitungan nilai optimal dari output, input dan tenaga kerja dipecahkan secara numerik dengan perangkat lunak MAPLE 9.5.

4.4.3. Analisis land rent

Tujuan pertama dilakukannya penelitian ini adalah untuk mencari solusi nilai pemanfaatan sumberdaya lahan tambak pesisir Kabupaten Indragiri Hilir yang dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam kegiatan produksi budidaya udang. Analisis yang dibanguan untuk tujuan ini mengacu pada nilai land rent yang secara sederhana didefinisikan sebagai pengembalian ekonomi dari lahan yang dapat bertambah atau akan bertambah akibat penggunaannya dalam proses produksi, Barlowe R (1978). Nilai land rent tersebut menggambarkan harga atau nilai ekonomi lahan yang didapat sebagai hasil dari investasi, dimana lahan dipandang sebagai faktor produksi dalam kegiatan perikanan tambak. Konsep


(41)

yang digunakan adalah Ricardian Land Rent dimana nilai land rent dilihat dari faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak dengan pusat pasar. Konsep tersebut menggambarkan bahwa pada dasarnya nilai land rent ditentukan oleh nilai produktivitas, harga, biaya produksi dan biaya transportasi, sebagaimana dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram Kerangka Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai

Land Rent

Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa nilai land rent merupakan fungsi dari nilai produksi, harga komoditas, biaya produksi dan biaya transportasi yang dipengaruhi oleh jarak lokasi tambak ke pusat pasar. Secara matematis digambarkan sebagaimana persamaan berikut:

Πi = y i (p i – t i x – C i /yi) ………. (4.1)

dimana:

Πi = Land rent dari komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per ha)

y i = Produktivitas udang di wilayah ke-i (kg per ha)

p i = Harga komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per kg)

C i = Total biaya produksi komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per kg)

t i = Biaya transportasi untuk komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per kg per km)

x = Jarak wilayah ke-i ke pusat pasar (km)

i = unit analisis (kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir)

a) Produktivitas diartikan sebagai produksi yang dihasilkan persatuan luas komoditas perikanan tambak yang diusahakan oleh petani tambak. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

y i = Q i /L i ……… (4.2) dimana:

y i = Produktivitas udang di wilayah ke-i (kg per ha)

Q i = Total produksi komoditas udang di wilayah ke-i (kg)

PRODUKTIVITAS

LAND RENT

HARGA KOMODITAS

BIAYA TRANSPORTASI


(42)

Li = Luasan lahan yang digunkan untuk memproduksi komoditas udang di

wilayah ke-i ( ha) i = Unit analisis

b) Biaya produksi adalah penjumlahan dari biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi kegiatan perikanan tambak. Secara matematis dapat ditulis:

Ci = Z+ c1 +c2+c3 +…+cn……….. (4.3)

dimana:

Ci = Biaya produksi dari komoditas udang wilayah ke-i (Rp per ha) Z = Biaya tenaga kerja (Rp per ha)

c1 s/d cn = Biaya sarana produksi ke-1 s/d ke-n (Rp per ha)

Biaya tenaga kerja adalah perkalian jumlah tenaga kerja dengan upah tenaga kerja. Dalam perikanan tambak biaya tenaga kerja biasanya dibedakan pada saat masa persiapan, masa pemeliharaan dan masa panen, sehingga biaya tenaga kerja juga merupakan penjumlahan dari keseluruhan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam masa produksi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Z =w1l1 + w2l2+ w3l3 ………. (4.4)

dimana:

Z = Biaya tenaga kerja (Rp per ha)

w1=Upah tenaga kerja pada masa persiapan (Rp per HOK)

l1 =Jumlah tenaga kerja pada masa persiapan (HOK)

w2=Upah tenaga kerja pada masa pemeliharaan (Rp per HOK)

l2 =Jumlah tenaga kerja pada masa pemeliharaan (HOK)

w3=Upah tenaga kerja pada masa pemanenan (Rp per HOK)

l3 = Jumlah tenaga kerja pada masa pemanenen (HOK)

Biaya sarana produksi merupakan perkalian antara jumlah sarana produksi yang digunakan dengan harga sarana produksi tersebut, sehingga secara matematis total biaya sarana produksi dapat ditulis:

C = q1p1 +q2p2 +q3p3 +q4p4 +q5p5 + …+ q9p9 ………... (4.5) dimana:

C =Biaya sarana produksi budidaya udang (Rp per Ha) q1=Jumlah benih (Ekor per Ha)

p1=Harga benih (Rp per Kg)

q2=Jumlah urea (Kg per Ha)

p2=Harga urea (Rp per Kg)

q3=Jumlah TSP (Rp per Kg)

p3=Harga TSP (Rp per Kg)

q4 =Jumlah obat pembasmi hama (liter per Ha)

p4 =Harga obat pembasmi hama (Rp per Ha)


(43)

p5=Harga pakan (Rp per Kg)

q6= Jumlah kapur

p6= Harga kapur

q7= Jumlah saponin

p7= Harga saponin

q8= Jumlah kaporit

p8= Harga kaporit

q9= Jumlah BBM / Operasional genset

p9= Harga BBM

c) Komponen biaya transportasi yang digunakan dalam persamaan nilai land rent adalah biaya transportasi per kg per km hasil perikanan tambak yang didapat melalui persamaan

ti = T i /Q i x i ………. (4.6)

dimana:

ti =Biaya transportasi untuk komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per kg)

T i =Total biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mengangkut udang di

wilayah ke-i ke pusat pasar (Rp)

Q i =Total produksi komoditas udang di wilayah ke-i (kg)

x i =Unit analisis

d) Harga yang digunakan dalam persamaan nilai land rent merupakan harga yang ditetapkan oleh mekanisme pasar dan diasumsikan bahwa petani tidak bisa menentukan harga.

Dalam identifikasi nilai land rent dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi nilai land rent. Analisis kualitatif dilakukan melalui studi literatur dan pengamatan lapang untuk mendeskripsikan karakter dari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai land rent pada masing-masing unit analisis. Analisis kuantitatif dilakukan melalui teknik statistik sederhana. Sebagaimana teori Ricardian land rent yang melihat nilai land rent dari faktor kesuburan dan jarak, maka melalui analisis regresi berganda didapat suatu persamaan regresi yang menyatakan hubungan antara nilai land rent dengan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar.

4.4.4. Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent

Analisis sensitivitas nilai land rent adalah analisis lanjutan dalam penelitian ini yang ditujukan untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor eksogen terhadap perubahan nilai land rent. Asumsi yang dibangun didasarkan pada situasi saat ini,


(44)

yaitu terjadi kenaikan harga BBM, yang berpengaruh terhadap biaya transportasi yang menjadi variabel endogen dalam penentuan nilai land rent. Dengan analisis ini akan dilihat seberapa besar pengaruh jarak terhadap perubahan nilai land rent karena adanya perubahan biaya transportasi yang diakibatkan oleh kenaikan harga BBM, dan seberapa besar pengaruh kesuburan terhadap perubahan nilai land rent karena adanya perubahan harga pupuk yang diakibatkan oleh kenaikan harga pupuk.

4.5. Batasan Penelitian

1) Optimalisasi pemanfaatan lahan untuk budidaya tambak merupakan usaha untuk memperoleh nilai hasil yang paling menguntungkan dengan adanya keterbatasan lahan tambak.

2) Land Rent dalam satuan Rp per ha, adalah nilai surplus lahan tambak yang didapat dari pemanfaatannya sebagi sarana produksi budidaya udang.

3) Penelitian menggunakan konsep Ricardian Land Rent yaitu dalam penentuannya dipengaruhi oleh beberapa faktor kesuburan lahan tambak dan jarak lokasi tambak dari pusat pasar.

4) Studi dilakukan di Kacamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir.

5) Kesuburan ditentukan dari nilai produktivitas lahan dalam satuan kg per ha, dengan anggapan bahwa semakin tinggi nilai produktivitas, semakin tinggi pula tingkat kesuburan.

6) Jarak dengan satuan km, adalah jarak lokasi budidaya ke pusat pasar, dalam penelitian ini jarak lokasi tambak ke pedagang pengumpul.

7) Biaya tenaga kerja dalam satuan Rp per ha, adalah jumlah tenaga kerja dalam satuan HOK dikalikan dengan total upah yang harus diterima.

8) Biaya sarana produksi dalam satuan Rp per ha, adalah jumlah seluruh sarana produksi yang dibutuhkan dikalikan dengan harganya.

9) Biaya transportasi dalam satuan Rp per km, adalah biaya yang dikeluarkan untuk membawa hasil produksi udang dari tempat produksi ke pusat pasar. 10) Harga udang adalah harga riil udang di tingkat petambak pada saat penelitian.


(45)

4.6. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir. Daerah yang diteliti adalah tambak penghasil udang windu di Desa Tanjung Pasir dan Desa Tanjung Baru. Penelitian dimulai akhir Bulan April sampai dengan Bulan Mei 2007.


(46)

V. PROFIL LOKASI PENELITIAN

5.1. Kondisi Geofisik Kecamatan Tanah Merah

Kecamatan Tanah Merah merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir yang memiliki 10 desa dengan luas wilayah 721,56 km2. Jarak Kecamatan Tanah Merah ke Kabupaten Indragiri Hilir sekitar 53 Km. Secara Geografis daerah ini terletak pada posisi 103o12’46,85” BT – 103o31’57,39” BT dan 0o21’46,85” BT – 0o36’2,64” BT dengan batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Kecamatan Kuala Indragiri.

- Sebelah Selatan dengan Kecamatan Reteh.

- Sebelah Timur dengan Kabupaten Kepulauan Riau. - Sebelah Barat dengan Kecamatan Enok.

Keadaan alam sebagian besar terdiri atas tanah gambut dan tanah endapan sungai yang dialiri oleh sungai-sungai dan parit-parit yang sekaligus merupakan sarana lalu lintas utama bagi penduduk. Transportasi yang dominan adalah transportasi air, yaitu melalui sungai-sungai dan parit-parit sebagai penghubung antar desa, antar kecamatan dan Ibukota Kabupaten serta mempunyai nilai ekonomis penting dalam roda perekonomian maupun pemerintahan.

Secara topografi, tinggi pusat pemerintah wilayah Kecamatan Tanah Merah dari permukaan laut adalah 1 – 4 meter. Terdapat banyaknya tumbuh-tumbuhan di tepi-tepi sungai dan muara parit-parit seperti pohan nipah.

Wilayah Kecamatan Tanah Merah merupakan daerah berhutan rawa-rawa dan beriklim tropis yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan. Kedua musim ini sangat dominan pengaruhnya kepada kehidupan masyarakat. Pada musim kemarau panjang kegiatan para petani agak menurun, disamping timbulnya beberapa penyakit, sedangkan pada musim penghujan selain menyuburkan tanah pertanian juga air hujan merupakan kebutuhan pokok masyarakat sebagai sumber air bersih. Jumlah hari hujan yang tertinggi pada Bulan Oktober 2005 yaitu 13 hari, sedangkan angka yang terendah pada Bulan Mei 2005 yaitu satu hari (Tanah Merah Dalam Angka 2005).


(47)

5.2. Pemanfaatan Lahan

Berdasarkan jenis tanahnya, lahan yang ada di kawasan pesisir terdiri dari jenis organosol dan gley humus dari bahan induk aluvial dan bersifat hidromorf yang sering disebut tanah gambut. Jenis tanah ini berasal dari akumulasi humus hutan yang melapuk pada permukaan tanah, sedangkan berdasarkan tekstur tanahnya termasuk dalam klasifikasi tekstur halus (liat).

Pemanfaatan lahan di Kecamatan Tanah Merah pada tahun 2005 seperti terdapat pada Tabel 2 yang didominasi oleh hutan negara mencapai 33.294 ha (46,14%) dan perkebunan 26.398.5 ha (36,59%). Sebagian besar lahan perkebunan daerah ini merupakan tanaman kelapa dalam dan kelapa hibrida serta merupakan mata pencaharian utama masyarakat di daerah ini.

Tabel 2. Luas Areal Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2005

Luas Areal No. Pemanfaatan Lahan

Ha % Luas Tanah Sawah

- Sawah pasang surut Luas Lahan Kering

- Pekarangan - Tegalan/kebun - Hutan negara - Perkebunan - Lain-lain Lahan Lainnya - Rawa-rawa - Tambak 150,00 1.228,00 1.082,00 33.294,00 26.398,50 9.639,00 85,00 279,50 0,21 1,70 1,50 46,14 36,59 13,36 0,12 0,39 1. 2.

3. Jumlah 72.156,00 100,00

Sumber : Kecamatan Tanah Merah dalam Angka Tahun 2005

Pemanfaatan lahan di Kabupaten Indragiri Hilir tercermin dari penggunaan lahan di kawasan tersebut yang pada umumnya didominasi oleh perkebunan kelapa, sedangkan untuk kawasan pantainya didominasi oleh hutan mangrove yang membujur di sepanjang pantai.

Lahan potensial untuk pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Indragiri Hilir tersedia sekitar 31.600 ha, dimana 18.600 ha diantaranya terdapat pada lahan kritis bekas perkebunan kelapa rakyat, dan 13.000 ha merupakan areal hutan


(48)

mangrove. Data mengenai lahan potensial pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Indragiri Hilir disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Lahan Potensial Pengembangan Budidaya Tambak di Kabupaten Indragiri Hilir.

Luas Lahan Potensial (ha) No. Kecamatan

Areal Hutan Mangrove Areal Lahan Kritis

1. Tanah Merah 1.000 8.800

2. Mandah 2.150 1.600

3. Kateman 2.100 2.500

4. Reteh 3.000 2.200

5. Kuala Indragiri 3.500 2.200

6. Enok 200 600

7. Pulau Burung 800 450

8. Gaung 250 250

Jumlah 13.000 18.600

Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Inhil Tahun 2003

Potensi lahan kritis yang terdapat di Kecamatan Tanah Merah merupakan yang terluas dibandingkan dengan kecamatan lainnya yaitu mencapai 8.800 ha. Sampai dengan tahun 2005, telah dimanfaatkan seluas 279 ha untuk usaha perikanan tambak oleh masyarakat yang terdapat di 6 desa yaitu Desa Tanjung Baru, Tanjung Pasir, Kuala Enok, Selat Nama, Tekulai Hilir dan Tanah Merah. Luas lahan tambak di Desa Tanjung Baru yang sudah diolah seluas 76 ha dan di Desa Tanjung Pasir seluas 92 ha.

Produksi di bidang perikanan meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya (tambak). Budidaya tambak di beberapa desa cukup berkembang dimana sebagian besar memanfaatkan lahan kritis bekas perkebunan kelapa rakyat yang terlantar dan tidak produktif lagi.

Pengembangan budidaya air payau (tambak) di Kabupaten Indragiri Hilir, mendapat respon positif sebagian besar masyarakat. Secara bertahap merubah mata pencaharian yang sebelumnya sebagai petani kebun atau pun nelayan menjadi pembudidaya tambak. Perkembangan budidaya tambak di Kecamatan Tanah Merah cukup menggembirakan dan merupakan usaha masyarakat lokal yang dikelola secara tradisional dan semi intensif.


(49)

5.3. Kondisi Demografi Kecamatan Tanah Merah

Penduduk Kecamatan Tanah Merah tahun 2005, tercatat sebanyak 34.013 jiwa dengan sex ratio 108,07 dengan kepadatan penduduk sebanyak 47 jiwa per kilometer persegi. Penduduk laki-laki berjumlah 17.666 jiwa dan perempuan 16.347 jiwa. Dengan demikian Kecamatan Tanah Merah masih dapat dikategorikan sebagai daerah yang penduduknya masih jarang. Tabel 4 menyajikan data jumlah penduduk dan sex ratio penduduk di Kecamatan Tanah Merah.

Tabel 4. Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Penduduk dalam Kecamatan Tanah Merah Tahun 2005

Banyaknya Penduduk (jiwa) No. Desa/

Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Sungai Nyiur Selat Nama Kuala Enok Sungai Laut Tanjung Pasir Tanah Merah Tanjung Baru Tekulai Hulu Tekulai Hilir Tekulai Bugis 806 213 3.344 1.455 1.771 7.614 1.181 336 622 324 665 181 2.771 1.297 1.671 7.384 1.060 330 669 319 1.471 394 6.115 2.752 3.442 14.998 2.241 666 1.291 643 121 118 121 112 106 103 111 102 93 101

JUMLAH 17.666 16.347 34.013 1.088

Sumber : Kecamatan Tanah Merah Dalam Angka Tahun 2005

Pemukiman penduduk menyebar dan membentuk suatu kelompok pada beberapa bagian. Pembentukan kelompok pemukiman pada umumnya mengikuti aliran sungai dan muara-muara sungai serta di kuala parit.

5.4. Kondisi Sosial Kecamatan Tanah Merah 5.4.1. Pendidikan

Sarana pendidikan di Kecamatan Tanah Merah sampai dengan tahun 2006 secara kuantitas sudah cukup banyak. Hal ini dibuktikan dari jumlah sekolah di masing-masing tingkatan. Data mengenai jumlah sekolah, jumlah murid dan jumlah guru pada tingkat sekolah disajikan dalam Tabel 5.


(1)

(d) Biaya transportasi untuk membawa hasil produksi udang ke pedagang pengumpul dari Desa Tanjung Pasir adalah Rp 40,24 per kg per km. Sementara dari Desa Tanjung Baru sebesar Rp 48,56 per kg per km. (e) Nilai land rent lahan tambak yang dimanfaatkan untuk kegiatan produksi

budidaya udang windu berdasarkan factor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar di Desa Tanjung Pasir adalah Rp 1.065.431,00 per ha dan di Desa Tanjung Baru sebesar Rp 1.560.182,00 per ha.

3. Analisis optimalisasi nilai land rent memberikan gambaran bahwa dengan karakteristik usaha di masing-masing unit analisis, kegiatan aktual budidaya udang windu di Desa Tanjung Baru lebih mendekati kondisi optimal.

4. (a) Pengaruh perubahan faktor eksogen terjadi dengan adanya kenaikan harga BBM 19% dan harga pupuk 9% terhadap perubahan nilai land rent di Desa Tanjung Pasir mengakibatkan berubahnya biaya transportasi menjadi Rp 106,71 per kg per km dan biaya sarana produksi Rp8.086.648,00. Nilai land rent yang disebabkan oleh perubahan biaya transportasi dan biaya sarana produksi akibat kenaikan harga BBM dan kenaikan harga pupuk urea mengalami penurunan sebesar 2010% atau Rp1.014.938 per ha dengan nilai land rent sebesar Rp50.492,00 per ha.

(b) Pengaruh perubahan faktor eksogen terjadi dengan adanya kenaikan harga BBM 19% dan harga pupuk 9% terhadap perubahan nilai land rent di Desa Tanjung Baru mengakibatkan berubahnya biaya transportasi menjadi Rp 59,54 per kg per km dan biaya sarana produksi Rp3.227.746,00. Nilai land rent yang disebabkan oleh perubahan biaya transportasi dan biaya sarana produksi akibat kenaikan harga BBM dan kenaikan harga pupuk urea mengalami penurunan sebesar 1,47% atau Rp 22.666,28 per ha dengan nilai land rent sebesar Rp 1.537.515 per ha.

7.2. Saran

1). Perlunya dukungan pemerintah daerah dan instansi terkait, khususnya dalam penyediaan modal usaha, sarana produksi, pemasaran serta pembangunan infrastruktur pendukung lainnya (jalan, air bersih, penerangan dan pelabuhan).


(2)

2). Guna mempercepat proses pengembangan usaha budidaya udang windu, diharapkan agar pemerintah daerah dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya pada usaha tersebut. Hal ini dapat dilakukan melalui promosi potensi daerah serta kemudahan dalam proses perizinan

3). Perlu penelitian lanjutan mengenai kemungkinan adanya peningkatan teknologi intensif pada kegiatan budidaya udang windu di Kecamatan Tanah Merah dalam rangka meningkatkan nilai pemanfaatan lahan tambak di lokasi penelitian dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwidjaya D, I K Ariawan, Supito dan E Sutikno. 2004. Pengembangan Budidaya Udang di Indonesia. Makalah pada Lintas Teknis UPT di Bandung tanggal 4-7 Oktober 2004. Jepara. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (Tidak Diterbitkan).

Adrianto L. 2006. Sinopsis Pengenalan Konsep dan Metodelogi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut. Bogor: Pusat Kajian sumberdaya Pesisir dan Laut – Institut Pertanian Bogor.

Anonimous. 2007. Harga BBM Tahun 2003-2007. http://www.pertamina.com/ index.php?option=comcontent&task=view&id=1617&Itemid=33 [tanggal 6 Maret 2008].

__________. 2007. Harga Pupuk Urea Tahun 2003-2007. http://www. tempointeraktif.com/hg/ekbis/2005/10/22/brk,20051022-68389,id.html

[tanggal 13 Maret 2008].

[BPS] Badan Pusat Statistik Indragiri Hilir. 2005. Kecamatan Tanah Merah Dalam Angka Tahun 2005. Tidak Diterbitkan.

Bappeda Indragiri Hilir. 2006. Indragiri Hilir Dalam Angka Tahun 2006. Tidak Diterbitkan.

Barlowe R. 1978. Land Resource Economy. 3rd Edition. New Jersey. Prentice Hall Inc.

Benu FL. 1996. Analisis Struktur Produksi, Konsumsi dan Perdagangan Beras di Provinsi Nusa Tenggara Timur [Tesis]. Bogor. Program Pasca Sarjana IPB. 161 hal.

Bishop CE dan WD Toussaint. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian. Penterjemah: Wisnuadji, Harsojono dan Suparmoko. Jakarta. Mutiara. 315 hal

[BPPT] Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 1995. Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marin: Laporan Akhir Pelaksanaan Proyek MREP Jawa Timur dan Lombok Tahun 1994/1995 (Tidak Diterbitkan). Jakarta. BPPT.

Budiharsono S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta. PT Pradnya Paramita. 159 hal.

Casler DS. 1988. Ateoritical Contex for Shift and Share Analysis. Meadville. Departement of Economics. Allegheny College.


(4)

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indragiri Hilir. 2001. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indragiri Hilir (Tidak Diterbitkan). Tembilahan. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indragiri Hilir.

Djojodidipuro M. 1991. Teori Lokasi. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. 239 hal.

Effendi I. 1998. Faktor-faktor Eksternal yang Mengancam Kelestarian Produktivitas Tambak. [Makalah] Bogor. PKSPL-IPB (Tidak Diterbitkan). Ely dan Wehrwein. 1964. Land Economics. Madison. The University of

Wiconsin Press. 496 hal.

Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Gohong G. 1993. Tingkat Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petani serta Faktor-faktor yang Mempengaruhinya pada Daerah Opsus Simpei Karuhei di Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana IPB. 179 hal.

Greenhut ML. 1956. Plant Location in Theory and Practise the Economic of Space. North Carolina . The University of North Carolina Press.

Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perncanaan Tataguna Tanah. [Makalah] Bogor. Fakultas Pertanian IPB (Tidak Diterbitkan). 381 hal.

Hartwic JM and ND Olewiler. 1986. The Economic of Natural Resource Use. New York. Harper & Row Publishers.

Harris E.1997. Perencanaan dan Pengelolaan Pembangunan Budidaya Pesisir Berwawasan Lingkungan yang Berkelanjutan. Makalah pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisisr Secara Terpadu, 23 Juni-2 Agustus 1997. Bogor. PKSPL-IPB (Tidak Diterbitkan).

Jhingan ML. 1996. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta. Rajawali Press.

Krause JH and WB Brorsen. 1995. The Effect of Risk on The Rental Value of Agricultural Land. Review of Agricultural Economiecs 17 (1995): 71-76. North Central Administrative Committee.

Kusumastanto, T. 2002. Reposisi “Ocean Policy” dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia di era Otonomi Daerah. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Kebijakan Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 134 hal.


(5)

Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2003. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indragiri Hilir. Tembilahan.

Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Odnum EP. 1959. Fundamental of Ecology. Philadelphia. WB Sounders.

Onchan T. 1993. Land Use, Conservation and Sustainable Land Management in Asia. Di dalam: Rural Land Use in Asia and the Pacific. Report of an APO Symposium 29th September – 6th October, 1992. Tokyo, Japan. Asian Productivity Organization.

Prijosoebroto S. 1991. Efisiensi Ekonomis dan Pendapatan Pengusaha Peserta Intensifikasi Tambak Studi Kasus di Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana IPB. 106 hal.

Rabanal HR, Esquerra RS, Nopomuceno MN. 1976. Studies on The Rate of Growth of Milkist or Bangos (Chanos chanos Forskal) under Cultivation I. Rate of Growth of the Fry and Fingerlings in Fish Pond Nurseries. Proc. Indo-Pasific. Fish. Coun 3(II).

Renkow M. 1993. Land Prices, Land Rents, and Technological Change: Evidence From Pakistan. World Development Vol.21. Pergamon Press Ltd. Great Britain.

Rustiadi et al. 2003. Perencanaan Pengembangan Wilayah (Konsep Dasar dan Teori). [Makalah] Bogor. Program Pasca Sarjana IPB.

Sevilla CG, JA Ochave, TG Punsalan, BP Regala dan GG Uriate. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Penterjemah: Tuwu A, A Syah. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia.

Sobari MP, T Kusumastanto, SDE Kaunang. 2006. Analisis Land Rent Pemanfaatan Lahan Tambak di Pesisir Kabupaten Serang Propinsi Banten. Jurnal Mangrove dan Pesisir Vol.VI No.3. Hal 40-51.

Soekartiwi 1990. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta. UI Press. 253 hal.

Suparmoko. 1997. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Suatu Pendekatan Teoritis). Yogyakarta. BPFE. 568 hal.

Supranto J. 1983. Linear Programming. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 350 hal.

Suryadi K dan MA Ramdhani. 2000. Sistem Pendukung Keputusan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 195 hal.


(6)

Tohir KA. 1982. Ekonomi Selayan Pandang. Bandung. Sumur.

Yotopoulus PA and JL Lawrence. 1974. On Modeling The Agriculture Sector in Developing Economies an Intereated Approach of Micro and Macro Economics. California. Stanford University, Stanford.