Indeks Glisemik METODE PENELITIAN

dengan 50 ml air panas dan 25 ml aseton. Residu beserta kertas saring dikeringkan sampai bobotnya konstan lalu ditimbang. Perhitungan : Kadar serat kasar = a – b X 100 W Keterangan : a : bobot residu dalam kertas saring yang dikeringkan g b : bobot kertas saring kosong g W : bobot sampel g

4. Indeks Glisemik

Analisis indeks glisemik dilakukan dengan menggunakan darah manusia sebagai objek penelitian in vivo. Panelis yang digunakan berjumlah 10 orang. Syarat-syarat panelis yang digunakan adalah sehat, non-diabetes dan memiliki nilai BMIIMT dengan kisaran normal El, 1999. Setiap panelis diberikan sampel berupa nasi sorghum matang yang jumlahnya setara dengan 50 gram karbohidrat total. Kadar karbohidrat nasi sorghum diperoleh dari analisis proksimat by difference. Standar yang digunakan adalah 50 gram bubuk glukosa yang telah dilarutkan dalam 200 ml air. Pengukuran kadar gula darah dilakukan setelah periode puasa selama 9 jam. Pengambilan darah dilakukan dari pembuluh kapiler jari tangan. Pengambilan darah tersebut dilakukan dalam selang waktu 2 jam yaitu 0, 30, 60, 90 dan 120 menit setelah konsumsi sampel. Pengukuran kadar gula darah dilakukan dengan menggunakan glucometer. Indeks glisemik dihitung sebagai perbandingan antara luas kurva kenaikan kadar gula darah setelah mengkonsumsi sampel dan standar dikalikan 100.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pangan fungsional adalah pangan yang secara alamiah maupun yang telah melalui proses pengolahan mengandung satu atau lebih komponen yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap memiliki fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan, disajikan dan dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan dan minuman dan memiliki karakteristik sensori seperti penampakan, warna, tekstur, penampakan dan citarasa yang dapat diterima konsumen. Melihat definisi tersebut maka syarat yang paling penting untuk pangan fungsional adalah memiliki karakteristik sensori seperti penampakan, warna, tekstur, penampakan dan citarasa yang dapat diterima konsumen. Oleh karena itu, pada penelitian ini pertama-tama dilakukan optimasi pembuatan produk nasi sorghum dengan berbagai sifat yang paling diterima konsumen. Setelah didapat produk yang paling optimal, baru produk tersebut dianalisis untuk mengkaji sifat fungsional produk. Analisis yang paling penting disini adalah analisis indeks glisemik dalam hubungannya dengan penderita penyakit diabetes melitus. Komponen dalam nasi sorghum yang bisa memberikan sifat fungsional adalah polifenol tanin dan serat.

A. PEMBUATAN NASI SORGHUM

Penelitian ini menggunakan bahan baku utama sorghum varietas B 100 segar yang diperoleh dari BATAN. Varietas ini merupakan hasil pemuliaan tanaman yang dilakukan BATAN dengan teknik mutasi induksi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BATAN, varietas ini memiliki sifat unggul antara lain genjah, semi pendek, malai besar dan kompak, biji berwarna putih bersih dan produksi indeks panen tinggi. Sorghum varietas ini diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi varietas sorghum unggul untuk membantu menanggulangi masalah kekurangan pangan di Indonesia. Biji sorghum yang diperoleh oleh peneliti berupa biji sorghum yang masih utuh, terbungkus oleh kulit luarnya, tapi yang sudah terlepas dari malainya. Biji sorghum utuh berbentuk bulat agak gepeng dengan warna kulit luar coklat muda. Gambar biji sorghum utuh dapat dilihat pada Gambar 7.