B. PENDEKATAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan riset eksploratoris dan deskriptif Riset eksploratoris dilakukan untuk memberikan wawasan dan pemahaman atas
kondisi pemasaran yang akan dihadapi, antara lain memberikan wawasan atau pemahaman tentang alasan konsumen menggunakan busa sintetis sebagai bahan
pembuat jok dan kasur, memberikan wawasan tentang kelebihan dan kekurangan busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur. Sedangkan riset deskriptif
bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dan fungsi pasar, antara lain menggambarkan karakteristik kelompok segmen konsumen industri furnitur,
menggambarkan persepsi konsumen terhadap karakteristik produk bahan pembuat jok dan kasur, menggambarkan pola penggunaan produk oleh konsumen
industri furnitur, mendeskripsikan pola aliran distribusi produk, mendeskripsikan harga produk busa sintetis dan menggambarkan rentang dan frekuensi perubahan
harga dan respon konsumen terhadap perubahan harga itu. Data dan informasi yang diperoleh dari hasil riset eksploratoris dan deskriptif digunakan sebagai
masukan dan acuan untuk pengembangan strategi pemasaran maupun strategi bauran pemasaran marketing mix sebutret.
C. SUMBER DATA
Sumber data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain jumlah permintaan atau
pemakaian busa sintetis oleh industri furnitur. Data sekunder ini kemudian digunakan untuk melakukan prakiraan permintaan bahan pembuat jok dan kasur
dan menganalisis peluang pasarnya. Data-data sekunder diperoleh melalui studi pustaka melalui buku, proceedings, majalah, literatur, internet ataupun diperoleh
dari BPTK, BPS, Deperindag dan Instansi lainnya yang terkait. Data primer diperoleh melalui survei konsumen produk yang sejenis atau
substitusi di Kabupaten dan Kota Bogor. Pengambilan data primer ini dilakukan melalui proses wawancara intervew dengan menggunakan bantuan instrumen
kuesioner.
D. TATA LAKSANA
Tata laksana penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut :
Tidak
Ya reliable dan valid
Gambar 2. Diagram alir kerangka tata laksana penelitian Penetapan Tujuan Penelitian
Studi Pustaka
Analisis Peluang Pasar
Menetapkan kebutuhan akan informasi
Pembuatan Kuesioner
Evaluasi Data dan Pengolahan Data : • Hierarchical Cluster Analisys.
• Analisis pengukuran sikap dengan fishbein. • Analisis diskriptif.
Analisa Data dan Penarikan Kesimpulan
Rekomendasi Strategi Pemasaran Analisis keunggulan
dan kelemahan produk, peluang dan
ancaman pemasaran Analisis SWOT
Penyebaran dan Pengujian
kuesioner reliability dan
validity
D.1. Penetapan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan acuan berfikir yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan penelitian karena tujuan penelitian ini menggambarkan hasil
akhir yang ingin dicapai. Sesuai dengan judul penelitian ini bertujuan untuk membuat strategi pemasaran produk serabut kelapa berkaret sebagai bahan
pembuat jok dan kasur pada industri furnitur. Akan tetapi secara lebih rinci, tujuan penelitian ini dapat dijabarkan antara lain melakukan segmentasi pada industri
furnitur dan menetapkan segmen pasar potensial produk sebutret yang tersedia untuk masa yang akan datang, menyusun strategi positioning produk sebutret
dalam memasuki segmen pasar yang telah ditentukan serta memformulasikan strategi bauran pemasaran yang sesuai dengan segmen pasar yang dituju.
D.2. Studi Pustaka Literatur
Studi pustaka atau studi literatur dilakukan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya yang dapat mendukung penelitian. Informasi-informasi
tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, skripsi, laporan, brosur, proceedings maupun internet. Secara lebih lengkap, sumber-sumber pustaka dapat dilihat pada
daftar pustaka.
D.3. Analisis Peluang Pasar
Analisis peluang pasar adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan atau peluang-peluang terserapnya suatu produk oleh
pasar ketika produk tersebut hendak dipasarkan. Terserapnya suatu produk oleh pasar hanya dapat terjadi ketika di pasar terdapat permintaan terhadap produk
tersebut. Jadi untuk menganalisis peluang pasar dapat dilakukan dengan mengukur besarnya permintaan pasar. Setelah mengetahui besarnya permintaan
pasar maka selanjutnya perlu disusun strategi pemasaran agar dapat bersaing dengan pesaing yang telah ada di pasar.
Prakiraan permintaan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode DMA Double Moving Average yang rumusnya dapat dijabarkan sebagai berikut :
F t+m = at + bt m, dimana : F
= jumlah permintaan. at = 2 St’ - St”
bt = St’ – St” x 2 N – 1 St’ = Xt + Xt-1 + …. + Xt-N+1 St” = St’ + St-1’ + … + St-N+1
N N
Penggunaan metode ini dikarenakan oleh beberapa alasan antara lain : 1. Dari data masa lalu yang diperoleh diketahui bahwa permintaan produk tersebut
menunjukkan kecenderungan kenaikan permintaaan, dan menurut Machfud 1999 metode DMA sesuai untuk pola data yang menunjukkan kecenderungan. 2.
Metode Moving Average Perataan Bergerak memiliki kelebihan antara lain lebih mudah, cepat dan murah. Selain itu data permintaan masa lalu yang tersedia juga
sangat terbatas sehingga penggunaan metode DMA akan lebih tepat, karena dengan menggunakan metode yang lain akan diperlukan data yang lebih banyak.
D.4. Perancangan Kuesioner
Perancangan kuesioner didahului dengan mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan strategi pemasaran. Setelah informasi yang
dibutuhkan dibuat dilanjutkan dengan penentuan cara pengolahan data. Hal ini perlu dilakukan agar tidak diperoleh data atau informasi yang tidak dapat diolah
lebih lanjut menjadi suatu kesimpulan informasi. Tahap selanjutnya adalah perancangan kuesioner dengan kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup sesuai
dengan yang dibutuhkan. Pertanyaan terbuka dibuat dengan tujuan agar responden memberikan
keterangan yang alami yang muncul dari dirinya dan tidak dipengaruhi oleh orang lain ataupun peneliti. Selain itu pertanyaan terbuka juga dibuat dengan maksud
untuk mengetahui informasi baru dari konsumen yang belum diketahui sebelumnya. Sedangkan pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang terstruktur
atau pertanyaan yang mempunyai alternatif jawaban yang sudah ditentukan. Pertanyaan tertutup ini dibuat untuk alasan keperluan pengolahan data. Santoso
dan Tjiptono, 2001.
Menurut Santoso dan Tjiptono 2001, berdasarkan tingkat struktur dan tingkat kesamaran pertanyaan, diperoleh empat jenis kuesioner, yaitu
unstructured-disguised, structured-disguised,
structured-undisguised dan unstructured-undisguised. Kuesioner yang dibuat dalam penelitian ini adalah
kuesioner dengan pertanyaan structured-undisguised terstruktur dan langsung dan unstructured-undisguised tidak terstruktur dan langsung.
D.5. Uji Coba Kuesioner
Kuesioner yang telah dirancang diuji cobakan kepada pengambil keputusan pembelian pada perusahaan furnitur. Uji coba kuesioner ini dilakukan
untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner yang digunakan. Untuk menguji validitas kuesioner digunakan rumus teknik korelasi
produk moment yang rumusnya dapat dijabarkan sebagai berikut : r = N
∑X Y – ∑X ∑Y . N
∑X
2
– ∑X
2
N ∑Y
2
- ∑Y
2
Keterangan : X = skor dari setiap pertanyaan. Y = total skor
r = indeks validitas angka korelasi Menurut Ancok dalam Singarimbun 1989, secara statistik angka korelasi
yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Jika nilai korelasi yang diperoleh melebihi angka kritik dalam tabel nilai r, maka
korelasi tersebut telah valid. Untuk menguji reliabilitas dapat juga digunakan teknik korelasi product
moment, dengan nilai X adalah pengukuran pertama kuesioner yang disebar pertama kali dan Y hasil pengukuran kedua kuesioner yang disebar setelah 15-
30 hari penyebaran kuesioner pertama. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas
konstruk. Menurut Singarimbun dan Effendi 1989, konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Jadi uji validitas konstruk adalah suatu cara yang digunakan
untuk menguji apakah kerangka dari konsep penelitian ini dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk menyusun kerangka konsep yang akan diterjemahkan
dalam bentuk-bentuk pertanyaan dalam kuesioner, peneliti mendefinisikan sendiri konsep tersebut kemudian mendiskusikannya dengan para ahli yang berkompeten,
mencari definisi konsep yang dikemukakan oleh para penulis dalam bahan pustaka, dan menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon
responden. Untuk pertanyaan berskala khususnya skala ordinal dan tertutup, uji
validitas dilakukan dengan teknik produk moment product moment, sedangkan untuk pertanyaan yang lain validitas kuesioner diukur berdasarkan justifikasi
pihak ahli, yaitu pakar pemasaran. Pertanyaan-pertanyaan yang diuji melalui teknik produk moment ini berjumlah sekitar 38 pertanyaan yang mengukur sikap
konsumen terhadap tingkat penilaian dan kepentingan terhadap atribut produk. Uji reliabilitas yang digunakan dalam kuesioner ini adalah teknik
pengukuran ulang test retest. Dalam teknik ini, peneliti meminta responden yang sama untuk mengisi kuesioner yang sama dalam jangka waktu tertentu. Jangka
waktu antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua sebaiknya tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Jangka waktu yang terlalu dekat dikhawatirkan
responden masih ingat dengan jawaban yang diberikan pada pengukuran pertama, sedangkan jika jangka waktu terlalu jauh dikhawatirkan akan terjadi perubahan
pada fenomena yang diukur. Menurut Singarimbun dan Effendi 1989, jangka waktu yang memenuhi syarat untuk menguji reliabilitas kuesioner adalah 15-30
hari. Jangka waktu ini sesuai jika digunakan untuk produk yang perputarannya cepat fast mooving product, akan tetapi untuk produk yang perputarannya
lambat slow mooving product jangka waktu atau selang waktu ini tidak menjadi patokan yang baku.
Dalam penelitian ini jangka waktu atau selang waktu yang digunakan adalah berkisar antara 20-58 hari. Jangka waktu yang digunakan sedikit lebih
lama dari yang disarankan oleh Singarimbun dan Effendi 1989. Alasan menggunakan jangka waktu yang lama, antara lain 1. sulit mencari responden
yang tepat, hal ini disebabkan oleh tidak tersedia kerangka sampling yang memenuhi syarat untuk digunakan; 2. jarak antara responden yang satu dan yang
lain relatif jauh sehingga memakan waktu cukup lama untuk menemui responden yang satu dan yang lain; 3. sulit menentukan jadwal pertemuan pertama dan
pertemuan kedua dengan tiap-tiap responden, karena responden dalam penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki tingkat aktivitas cukup tinggi.
Selang waktu yang cukup lama pada waktu pengujian reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini dianggap tidak menjadi masalah karena tidak
terjadi perubahan fenomena yang diukur, antara lain 1. harga busa pada pengukuran pertama dan kedua relatif sama. 2. produk yang diuji dalam penelitian
ini merupakan produk yang pergerakannya lambat slow mooving product.
D.6. Penyebaran Kuesioner
Kuesioner yang dibuat merupakan alat bantu dalam proses wawancara dengan responden. Responden yang dipilih adalah konsumen yang memenuhi
kriteria sebagai unit sampling, dalam hal ini adalah para pengambil keputusan pembelian pada perusahaan furnitur yang mengkonsumsi bahan pembuat jok dan
kasur khususnya busa sintetis. Penyebaran kuesioner sebelumnya didahului dengan penentuan jumlah
sampel dan menentukan proses sampling atau pengambilan sampel. Karena jumlah populasi tidak diketahui secara pasti dan tidak ada kerangka sampling
yang memenuhi syarat serta jumlah perusahaan furnitur yang ada di Kabupaten dan Kota Bogor tidak terlalu banyak data perusahaan secara lengkap disajikan
pada lampiran 6, maka jumlah sampel dalam penelitian ini diambil 32 orang. Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini juga didasarkan pada pendapat
Singarimbun dan Effendi 1989, bahwa jumlah sampel minimal yang harus diambil adalah 30 sampel. Dengan jumlah minimal 30 sampel ini maka distribusi
skor nilai akan lebih mendekati kurva normal, dan asumsi kurva normal ini sangat diperlukan didalam perhitungan statistik.
Sedangkan proses sampling atau pengambilan sampel ini dilakukan dengan dua metode yaitu metode snowball sampling pengambilan sampel secara
bola salju dan metode purposive sampling. Metode snowball sampling dilakukan saat pemilihan sampel perusahaan-perusahaan furnitur yang ada di Kabupaten dan
Kota Bogor. Penggunaan metode snowball sampling ini dilakukan karena tidak tersedia kerangka sampling yang memadai. Kerangka sampling-kerangka
sampling yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Departemen Perindustrian dan Perdagangan maupun Perusahaan Telkom hanya memberikan sedikit
informasi tentang jumlah perusahaan furnitur yang terdapat di Kabupaten dan Kota Bogor. Selain itu, perusahaan-perusahaan yang tercantum pada kerangka
sampling tersebut banyak yang tidak memenuhi syarat sebagai sampel, karena banyak diantara perusahaan-perusahaan furnitur tersebut tidak memproduksi jok
maupun kasur, dengan kata lain perusahan-perusahaan tersebut bukan konsumen produk substitusi sebutret.
Metode purposive sampling dilakukan saat pemilihan lokasi survei dan penentuan unit sampel responden. Pemilihan lokasi survey dilakukan secara
sengaja purposive yaitu di Kabupaten dan Kota Bogor atas pertimbangan bahwa konsumen industri di wilayah tersebut dapat mewakili konsumen produk
substitusi sebutret, selain itu lokasi tersebut lebih dekat dengan lokasi peneliti sehingga diharapkan dapat meminimalkan biaya dan waktu survey. Metode
purposive sampling juga dilakukan saat memilih responden atau unit sampel. Unit sampel atau responden yang dipilih disini adalah orang-orang yang terseleksi
dan dianggap dapat mewakili atau representatif yaitu para pengambil keputusan pembelian pada perusahaan furniture yang mengkonsumsi produk yang sejenis
atau substitusi sebutret.
D.7. Pengolahan Data D.7.1. Analisis Kelompok
Cluster Analysis
Menurut Santoso dan Tjiptono 2001, analisis cluster adalah suatu cara yang digunakan untuk mereduksi data atau proses untuk mengurangi sejumlah
variabel menjadi lebih sedikit dan dinamakan sebagai cluster atau kelompok. Analisis kelompok pada penelitian ini akan digunakan untuk melakukan proses
segmentasi sejumlah responden berdasarkan ciri-ciri sejumlah atribut yang ada.
Analisis cluster dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu Hierarchical Cluster dan K-means Cluster. Hierarchical Cluster biasanya
digunakan untuk jumlah sampel yang relatif sedikit. Sedangkan untuk data yang banyak diatas 200 buah biasanya menggunakan K-means Cluster.
Untuk melakukan segmentasi pada penelitian ini digunakan analisis Hierarchical Cluster dengan bantuan program SPSS . Hierarchical Cluster lebih
berupaya mengelompokkan cases individuresponden berdasarkan kemiripan yang ada pada kelompok tersebut, dengan membandingkan setiap pasang kasus.
D.7.2. Pengukuran Sikap dengan Model Multiatribut Fishbein
Dalam penelitian ini, nilai sikap konsumen terhadap atribut busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur dianalisis menggunakan model sikap
multiatribut Fishbein. Dari nilai sikap konsumen terhadap atribut busa sintetis maka akan diketahui besarnya peluang atau ancaman yang mungkin ditimbulkan
busa sintetis terhadap sebutret. Model sikap multiatribut Fishbein mudah digunakan dalam perencanaan pemasaran untuk mendiagnosa kekuatan dan
kelemahan suatu produk dengan mengetahui bagaimana konsumen mengevalusi atribut-atribut penting pada produk tersebut Engel 1993. Menurut Engel et.al
1994, analisis model multiatribut fishbein digunakan untuk menunjukkan pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkaitan
dengan atribut produk. Rumus model multiatribut fishbein adalah sebagai berikut :
n
Ao = ∑ biei
i =1
Keterangan : Ao = sikap terhadap produk
bi = keyakinan terhadap atribut ke-i ei = evaluasi tingkat kepentingan terhadap atribut ke-i
n = jumlah atribut Model sikap multiatribut Fishbein dalam penelitian ini menunjukkan
hubungan antara evaluasi konsumen terhadap tingkat kepentingan atribut-atribut suatu produk evaluation, dan penilaiankeyakinan konsumen terhadap atribut
produk tersebut berdasarkan pengalaman konsumen beliefs. Analisis ini didasarkan pada perkalian antara evaluasi terhadap tingkat kepentingan atribut
produk ei dengan kekuatan kepercayaankeyakinan bahwa produk tersebut memiliki atribut tersebut bi. Hasil perkalian dari ei dan bi menghasilkan
gambaran sikap konsumen terhadap atribut produk yang diteliti Ao. Untuk memudahkan perhitungan maka komponen evaluasi ei terlebih dahulu dibuat
skala evaluasi pada lima angka : -2, -1, 0, +1, +2. Skala ini terdiri atas tanda negatif yang menunjukkan respon negatif konsumen terhadap produk dan tanda
positif yang menunjukkan respon positif konsumen terhadap produk. Semakin besar nilai negatif berarti semakin besar respon negatif konsumen dan semakin
besar nilai positif berarti semakin besar pula respon positif konsumen terhadap produk. Demikian juga halnya pada komponen kepentingan bi yakni tingkat
kepentingan responden terhadap atribut tertentu yang melekat pada suatu produk. Untuk mengukur komponen tingkat kepentingan ini, skala yang diberikan adalah
dari sangat tidak penting hingga sangat penting. Seperti yang telah diungkapkan pada subbab sebelumnya bahwa pada
penelitian ini akan dilakukan perbandingan antara evaluasi konsumen terhadap tingkat kepentingan suatu produk dan nilai keyakinan konsumen terhadap atribut
produk yang digunakan selama ini yaitu busa sintetis. Untuk itu maka dilakukan perbandingan nilai sikap konsumen yang paling ideal Ao maks dan nilai sikap
konsumen hasil survei Ao. Selisih antara nilai Ao maks dengan nilai Ao yang besar menunjukkan bahwa atribut tersebut merupakan atribut yang penting, akan
tetapi konsumen belum puas terhadap atribut produk yang digunakan selama ini.
D.7.3. Analisis Karakteristik Produk dengan Menggunakan Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan suatu instrumen analisis lingkungan internal dan eksternal yang dapat digunakan untuk merumuskan suatu strategi termasuk
merumuskan strategi positioning. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strengths dan peluang opportunities namun secara
bersamaan meminimalkanmengantisipasi ancaman. Menurut Pearce Robinson 1997, analisis SWOT dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
Penyusunan strategi positioning menggunakan analisis SWOT didahului dengan identifikasi terhadap karakteristik produk yang meliputi kelebihan,
kekurangan, peluang dan ancaman produk sebutret. Kekuatan produk adalah unsur yang ada pada produk itu sendiri yang dapat menunjang keberhasilanmencapai
prestasi. Sedangkan kelemahan produk adalah unsur yang ada pada produk yang dapat menghambat pencapaian keberhasilanprestasi. Peluang adalah suatu suatu
kondisi lingkungan yang dapat mendukung pencapaian keberhasilanprestasi. Ancaman adalah tantangan akibat kecenderungan atau perkembangan yang
kurang menguntungkan yang akan mengurangi penjualan dan laba jika tidak dilakukan tindakan defensif. Diagram yang menggambarkan kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman disajikan pada gambar 3 di bawah ini. Internal
Eksternal S Strength W
Weaknes O Opportunity
SO
Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang
WO
Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan
peluang
T Threat ST
Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
WT
Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari
ancaman
Gambar 3. Diagram matrik SWOT Positioning tidak menjelaskan produk secara terperinci, tetapi positioning
merupakan keterangan yang dipilih untuk dapat menjelaskanmewakili kelebihan produk. Oleh karena itu untuk menyusun positioning, penggunaan analisis SWOT
dilakukan dengan tujuan memanfaatkan atau menonjolkan kelebihan sebutret, akan tetapi tidak menghilangkan pertimbangan terhadap peluang, ancaman atau
kekurangan sebutret. Positioning produk sebutret merupakan sesuatu yang diberikan perusahaan kepada konsumennya yang harus dipenuhi. Positioning yang
tidak ditunjang dengan kenyataan kualitas produk, tidak akan berhasil. Jadi positioning harus dilakukan berdasarkan kenyataan yang ada pada produk agar
dapat memuaskan dan membentuk kepercayaan konsumen.
D.7.4. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif berkaitan dengan pencatatan dan peringkasan data, dengan tujuan menggambarkan hal-hal penting pada sekelompok data. Analisis
deskriptif ini dapat digunakan pada statistik parametrik dan statistik non parametrik. Pada statistik parametrik, analisis deskriptif yang digunakan untuk
menggambarkan data, biasanya menggunakan perhitungan rata-rata mean, standar deviasi, variasi data dan lain-lain, serta dapat juga dilengkapi dengan chart
dan tabel. Sedangkan pada statistik non parametrik, usaha untuk menggambarkan
data biasanya menggunakan median dan modus sebagai pengukuran pusat datanya, hal ini disebabkan oleh statistik non parametrik juga terdiri atas data
nominal dan ordinal sehingga pengukuran mean, standar deviasi dan varians dalam pengertian parametrik tidak lazim untuk digunakan. Pada statistik non
parametrik untuk menggambarkan data dapat juga disertai chart type bar serta tabel kontingensi crosstab.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN