Asal-usul Pertunjukan Jathilan Tuo di Desa Wanurejo Kecamatan

47

4.2 Asal-usul Pertunjukan Jathilan Tuo di Desa Wanurejo Kecamatan

Borobudur Kabupaten Magelang Slamet, Wawancara pada 3 Februari 2015 Jathilan adalah salah satu jenis tarian rakyat yang sudah lama ada di Jawa. Asal-usul dari kata Jathilan berakar dari kata “jan” yang berarti amat dan “thil-thilan” yang berarti banyak gerak, yang kemudian dihubungkan dengan geraknya amat banyak seperti larinya kuda yang jejondilan. Jathilan disebut juga dengan nama Kuda Kepang, karena perlengkapan yang dipakai adalah kuda-kudaan yang dibuat dari bambu yang dianyam atau dikepang kemudian dibentuk menyerupai kuda. Slamet, Rubadi Wawancara pada 4 Februari 2015 asal-usul pertunjukan Jathilan Tuo di Desa Wanurejo ada ketika sedang diadakan latihan bersama untuk tari Jathilan. Pak slamet, Pak Rubadi dan kawan-kawan berlatih di Desa Wanurejo Dusun Tingal Wetan. Setelah berlatih cukup lama, akhirnya Pak Rubadi, Pak Slamet dan kawan-kawan memutuskan untuk memisahkan diri dari Dusun Tingal Wetan dan membentuk kelompok Jathilan sendiri di Dusun Tingal Kulon Desa Wanurejo dengan nama kelompok kesenian “Panji Paningal”. Kelompok Panji Paningal berdiri sejak tanggal 12 Januari 2005. Arti dari nama kelompok “Panji Paningal ” sendiri adalah bendera asal dari Desa atau Dusun Tingal. Sebelum menggunakan nama Panji Paningal, kelompok seni ini menggunakan nama Panji Paningal Kuda Sadewo saking Desa Wanurejo karena mencari nama yang mudah diingat oleh masyarakat, akhirnya kelompok ini hanya menggunakan nama Panji Paningal saja. 48 Kelompok kesenian Panji Paningal pada awalnya dipimpin oleh Bapak Slamet Susetyo sebagai ketua, lalu berganti jabatan dan sebagai ketua dipimpin oleh Bapak Rubadi pada tahun 2013 hingga sampai sekarang. Kelompok seni Panji Paningal didirikan di Dusun tingal Kulon Desa Wanurejo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Gerak yang digunakan saat berlatih bersama terbilang bukan merupakan gerakan yang sulit, karena menggunakan gerak-gerak yang halus dan sederhana. Bapak Slamet, Bapak Rubadi dan kawan-kawan mulai menciptakan gerak-gerak yang baru pada 5 Mei 1952 dan masih tetap menggunakan gerak-gerak yang bertempo pelan dan gerak yang halus. Kelompok seni Panji Paningal menciptakan sebuah karya seni tari yang menceritakan tentang kisah Prabu Kala Sewandono melawan Jenggolo, karya tersebut disebut dengan “Kesenian Campur”. Dalam Kesenian Campur terdapat beberapa bagian pertunjukan tari yaitu: Campuran, Butonan, dan Jathilan atau Kuda Lumping. Jathilan kelompok seni Panji Paningal mempunyai beragam bentuk Jathilan diantaranya Jathilan anak-anak, Jathilan dewasa, Jathilan ibu-ibu dan Jathilan Tuo. 49

4.3 Bentuk Pertunjukan Tradisional Jathilan Tuo di Desa Wanurejo