6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Tinjauan Pustaka
Penelitian dengan kajian tentang nilai estetis sudah banyak dilakukan namun objek yang digunakan berbeda dengan penelitian-penelitian yang sudah ada
sebelumnya. Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Endang Sadiningsih pada tahun
2002 dalam skripsi yang berjudul Bentuk Pertunjukan dan Perkembangan Kesenian Kuda Lumping di Kelurahan Kalibakung Kecamatan Balapulang
Kabupaten Tegal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk pertunjukan dan perkembangan kesenian Kuda Lumping. Bentuk pertunjukan pada kesenian
Kuda Lumping Kelurahan Kalibakung Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal menggunakan unsur magis dimana penari akan dijantur sehingga tidak sadar diri.
Kekuatan magis tersebut terdapat dalam adegan-adegan seperti membelah kelapa dengan tangan, dan mengupas kelapa dengan mulut atau gigi.
Bentuk pertunjukan kesenian Kuda Lumping pada penelitian Endang Sadiningsih menjelaskan bahwa 1 Unsur gerak Kuda Lumping merupakan
gerakan spontanitas gerak langsung setelah mendengar irama musik, karena penari tidak diajarkan gerakan yang pasti harus digerakkan atau ditarikan; 2 Tata
rias dan tata busana, dalam pertunjukannya tata rias kesenian Kuda Lumping tetap menggunakan make up, jika penarinya perempuan menggunakan make up cantik,
dan jika laki-laki juga menggunakan make up yang terdiri dari lipstick, bedak dan pensil alis untuk menambah hitam alis atau kumis. Tata busana dalam kesenian
7 Kuda Lumping terdiri dari tutup kepala, peci atau iket sebagai hiasan dengan
warna yang disesuaikan dengan penarinya. Kaos lengan pendek warna cerah, celana pendek sebatas lutut, ikat pinggang hitam sebagai penutup sampur,
kacamata hitam, dan sampur sebagai pelengkap busana; 3 Iringan musik kesenian Kuda Lumping menggunakan beberapa alat musik antara lain: terbang
kencer, ketipung, kempul, kethuk, kempyang dan kecrek. Iringan musik dalam kesenian Kuda Lumping juga terdapat vokal yang berisikan lagu-lagu sholawat;
4 Waktu penyajian pada kesenian Kuda Lumping tergantung pada permintaan pengundang serta tergantung pada keperluan dimana dipertunjukkan Kuda
Lumping tersebut; 5 Area pertunjukan pada kesenian Kuda Lumping biasanya dipertunjukkan di area panggung terbuka, panggung tertutup contohnya panggung
yang berbentuk proscenium atau bentuk pendopo dan tak jarang keliling desa; 6 Tata lampu dan tata suara pada kesenian Kuda Lumping tidak dibutuhkan jika
pada waktu siang hari, karna langsung menggunakan penerangan dari matahari. Namun jika malam hari penerangan panggung dengan kekuatan cahaya kurang
lebih 40 watt, tata suara terbatas pada pengeras suara 2 buah dan microfon 2 buah; 7 Sesaji merupakan unsur pelengkap pada pertunjukan Kuda Lumping untuk
kelancaran dalam melakukan sebuah pertunjukan yang menggunakan kekuatan magis, nama kelengkapan sesaji antara lain: beras, cabai merah, bawang merah,
bubur beras merah dan putih, juadah pasar, telur ayam kampong, kembang telon, air putih, teh dan kopi, rokok dua batang, kapur sirih, tela pendem, padi, kelapa
hijau.
8 Perkembangan kesenian Kuda Lumping berjumlah 3 penari pria tetap, pada
pertunjukan awalnya penari tidak dijantur namun pemimpin pertunjukan yang melakukan atraksi. Melalui perkembangan pemipin pertunjukan membuat para
penari tidak sadar penarinya setelah dibacakan mantra-mantra dan diberi air minum bunga.
Perbedaan antara Bentuk Pertunjukan dan Perkembangan Kesenian Kuda Lumping di Kelurahan Kalibakung Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal
dengan Nilai Estetis Pertunjukan Tradisional Jathilan Tuo di Desa Wanurejo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang yaitu pada penelitian kesenian Kuda
Lumping mengkaji tentang bentuk pertunjukan dan perkembangan. Sedangkan, pada penelitian peneliti mengkaji tentang nilai estetis. Persamaannya yaitu sama-
sama meneliti objek yang sama akan tetapi kajiannya yang berbeda.
2.2 Landasan Teoretis