Bobot atau Isi Nilai Estetis Pertunjukan Tradisional Jathilan Tuo

115 terdapatnya gambar seekor kuda pada anyaman tersebut. Serabut dari benang yang menyerupai rambut berwarna hitam terletak di kepala kuda lumping menambah keindahan pada kuda lumping dan terdapat serabut benang berwarna coklat yang terletak di bagian ekor kuda lumping. Terdapat telinga berjumlah 2 disisi kanan dan kiri. Kesan keindahan yang terdapat pada kuda lumping pada pertunjukan tradisional Jathilan Tuo adalah kesan gagah, dan kuat. Properti kedua yaitu pedang, pedang yang digunakan oleh penari Jathilan Tuo berasal dari besi yang dibentuk memanjang dan pada bagian pegangan pedang berasal dari kayu yang dibentuk memanjang untuk melapisi besi pada pedang. Pedang merupakan alat bantu saat berperang melawan musuh, kesan keindahan yang terdapat pada pedang yaitu kuat dan gagah.

4.4.2 Bobot atau Isi

Nilai bobot dalam pertunjukan tradisional Jathilan Tuo tidak lepas dari isi pertunjukan yang di dalamnya mencangkup tiga aspek suasana, gagasan atau ide dan pesan. Jathilan Tuo merupakan pada intinya merupakan kesenian rakyat yang di dalam pertunjukannya tidak terlepas dari upacar-upacara ritual yang mengandung kekuatan magis yang dipercaya sebagai tolak bala sebagai pengusir hama pertanian dan roh-roh halus yang berada disebuah tempat, selain itu biasanya juga dijadikan sebuah hiburan dalam acara hajatan atau hiburan dosa. Bobot atau Isi dalam pertunjukan tradisional Jathilan Tuo mencangkup beberapa aspek, diantaranya adalah suasana, gagasan atau ide, ibarat atau pesan. Suasana, yang terdapat dalam pertunjukan tradisional Jathilan Tuo adalah suasana yang tenang, meriah dan mistis. Suasana tenang terdapat pada bagian inti 116 pertunjukan Jathilan Tuo dimana pada bagian tersebut irama musik yang dimainkan dan gerak yang ditarikan bertempo pelan. Suasana meriah terdapat pada awal pertunjukan Jathilan Tuo dimana para pemusik memainkan lagu-lagu penyemangat seperti rondo kempling dan caping gunung sebagai pembuka diadakannya pertunjukan Jathilan Tuo. Suasana meriah juga terlihat pada saat pertunjukan berlangsung, disaat penari melakukan gerak sirig dengan mulai mengangkat jaranan dan diayunkan ke kanan dan ke kiri. Selain pada gerak sirig suasana yang meriah juga terlihat pada saat penari melakukan gerak lampah tigo dengan tempo irama musik yang dinamis. Suasana yang meriah selain berasal dari para penari dan pemusik juga terdapat dari arah penonton yang menyerukan sahutan hak..e..hak..e saat pertunjukan berlangsung sehingga suasana pertunjukan semakin bertambah meriah. Suasana selanjutnya pada pertunjukan Jathilan Tuo yaitu suasana mistis. Suasana mistis yang ada dalam pertunjukan Jathilan Tuo terdapat pada saat pertunjukan berlangsung tepatnya pada bagian akhir pertunjukan yaitu saat penari mengalami kesurupan atau trance. Bagian akhir pertunjukan saat pawang mulai membacakan mantra dan dupa mulai dibakar suasana mistis mulai terasa dan seketika para penari mulai tidak sadarkan diri. Gagasan atau ide, gagasan yang muncul dalam pertunjukan tradisional Jathilan Tuo disampaikan secara literer untuk menyampaikan tentang cerita kehidupan yang diangkat dalam pertunjukan tradisional Jathilan Tuo. Gagasan atau ide tersebut diungkapkan melalui gerak-gerak yang ditarikan oleh penari Jathilan Tuo seperti diantaranya gerak paten yang selalu diulang sebagai 117 penghubung dalam gerak, gerak sirig, gerak perangan, gerak onclang, dan gerak- gerak secara tidak sadar yang diciptakan oleh penari Jathilan Tuo. gerak-gerak yang dilakukan oleh penari semua mempunyai tujuan selain sebagai hiburan sehingga penikmat atau penonton pertunjukan tradisional Jathilan Tuo merasa terhibur dengan pertunjukan yang ditampilkan. Gerak-gerak dalam pertunjukan tradisional Jathilan Tuo mempunyai makna bahwa sebagai seorang prajurit harus berani, kuat dan tetap berada digaris depan pertahanan agar dapat memenangkan perang. Pertunjukan tradisional Jathilan Tuo di dalamnya terdapat pembacaan mantra dari pawang untuk meminta ijin pada aroah nenek moyang agar pertunjukan Jathilan Tuo dapat berjalan dengan lancar, hal tersebut dilakukan untuk menunjukan rasa hormat kepada para leluhur yang telah mengajarkan pertunjukan tradisional Jathilan Tuo hingga tetap lestari hingga saat ini. Ibarat atau pesan, merupakan aspek perwujudan yang disampaikan kepada para penikmat atau penonton baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Penciptaan pertunjukan tradisional Jathilan Tuo memiliki tema kerakyatan dan memiliki keunikan tersendiri dalam ragam geraknya dan pesan-pesan yang disampaikan. Pesan tidak langsung disampaikan melalui penggambaran dari para penari dan gerak pertunjukan tradisional Jathilan Tuo, bahwa meskipun umur sudah tidak muda namun semangat untuk melestarikan budaya tetap ada. Pesan yang disampaikan secara langsung dapat lihat juga dari percakapan penari yang mengalami kesurupan, bahwa sebagai generasi penerus harus tetap melestarikan kebudayaan khususnya pertunjukan tradisional Jathilan Tuo yang telah diciptakan 118 oleh masyarakat khususnya kelompok seni Panji Paningal, tidak melupakan dan membiarkan kebudayaan yang ada menghilang atau rusak. Kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari kesenian tradisional menjadikan tari Jathilan Tuo dapat digunakan sebagai sarana alternatif agar generasi muda termotofasi dan mau untuk mempelajari dan melestarikan seni tari tradisional. Dapat diuraikan bahwa bobot atau isi yang ada pada pertunjukan tradisional Jathilan Tuo di Desa Wanurejo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang dapat dilihat pada suasana, gagasan atau ide, serta pesan yang disampaikan kepada para penikmat atau penonton. Ketiga aspek tersebut saling berhubungan sehingga menghasilkan sebuah pertunjukan yang mempunyai bobot satau isi.

4.4.3 Penampilan