79
Selain dari itu pada proses fermentasi digunakan larutan nutrien untuk pertumbuhan kapang. Salah satunya adalah NH
4
NO
3
sebanyak 0.5. Diduga bahwa NH
4
NO
3
yang diberikan dalam bentuk larutan tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan oleh kapang Trichoderma reesei sehingga terdapat residu NH
4
NO
3
yang pada analisa proksimat termasuk kedalam protein kasar padahal sebetulnya adalah non protein nitrogen NPN. Hal ini terlihat dari nilai retensi
nitrogen yang lebih rendah, karena memang ayam pedaging tidak dapat memanfaatkan NPN.
Penelitian Tahap IV : Pengaruh Tingkat BIS dan BISF dalam Ransum terhadap Penampilan Ayam Pedaging
Penelitian ini dimulai pada umur ayam 7 hari. Selama 1 minggu pertama dilakukan masa adaptasi dengan menggunakan ransum komersial dan secara
bertahap dilakukan pencampuran dengan ransum penelitian, yang sesuai perlakuan mulai dari 25 : 75, 50 : 50 dan 75 : 25. Adapun ransum
komersial yang diberikan adalah ransum Superfeed kode MR-1 berbentuk crumble yang diproduksi oleh PT. Cheil Jedang Superfeed, Serang Banten.
Adapun komposisi ransum starter sebagai berikut : kadar air 12, protein kasar
22, lemak kasar 6, serat kasar 4, abu 6.5, calsium 0.9 -1.2, phosfor 0.7-0.9.
1. Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan
Rataan bobot badan akhir dan pertambahan bobot badan serta hasil uji kontras orthogonal dapat dirangkum dalam Tabel 31. Rataan bobot badan akhir
ayam yang diberi ransum yang mengandung BIS maupun BISF adalah 1 440.86 gram yang nyata p0.05 lebih rendah dari ransum kontrol R0 yaitu 1 687.36
gram. Secara umum ransum yang mengandung BIS masih belum menyamai ransum kontrol, hal ini disebabkan meskipun ransum dalam keadaan isoprotein
dan isokalori namun BIS belum sepenuhnya menggantikan bungkil kedele karena komposisi asam amino bungkil kedele lebih seimbang dibanding BIS.
Uji banding antara bobot badan akhir ayam yang diberi ransum BIS rataan R1, R2 dan R3 = 1 384.86 gram, nyata p0.05 lebih rendah
dibandingkan ayam yang diberi BISF R4, R5 dan R6 = 1 496.86 gram. Hal ini memberikan petunjuk bahwa penggunaan BISF dari segi bobot badan akhir
memberikan manfaat.
80
Tabel 31 Rataan bobot badan akhir dan pertambahan bobot badan g ayam pedaging umur pemeliharaan 7-42 hari
Perlakuan Bobot badan akhir
Pertambahan bobot badan ……………….………… g …..………………………..
R0 1 687 ± 84.91
1 558 ± 89.77 R1
1 491 ± 83.11 1 364 ± 77.61
R2 1 464 ± 103.25
1 338 ± 97.97 R3
1 198 ± 85.50 1 081 ± 91.56
R4 1 511 ± 71.67
1 373 ± 71.30 R5
1 641 ± 21.95 1 479 ± 31.90
R6 1 338 ± 112.43
1 210 ± 112.90 Signifikansi
R0 vs R1,R2,R3,R4,R5,R6 1 687 vs 1 440
p=0.0001 1 588 vs 1 321
p=0.0001 R1,R2,R3 vs R4,R5,R6
1 384 vs 1 496 p=0.001
1 258 vs 1 383 p=0.006
BIS R1, R2, R3 Linier
p=0.0001 p=0.0001
Kuadratik BISF R4, R5, R6
Linier Kuadratik
p=0.0001 p=0.0004
Keterangan : berbeda sangat nyata p 0.01 berbeda nyata p0.05
Kurva perbandingan tingkat penggunaan BIS maupun BISF terhadap bobot badan akhir disajikan pada Gambar 17. Berdasarkan analisis uji
polynomial orthogonal diperoleh hasil bahwa peningkatan penggunaan BIS pada ransum memberikan respon penurunan bobot badan akhir secara linier dengan
persamaan Y = -29.378x + 1 825.5.
y = -29,378x + 1825,5 y = -8,6566x
2
+ 242,42x - 47,413
400 800
1200 1600
2000
10 15
20
Tingkat Penggunaan B
ob ot
B a
da n A
k hi
r g
Kurva Linier BIS Kurva Kuadratik BISF
Gambar 17 Kurva perbandingan perlakuan berbagai tingkat BIS dan BISF terhadap bobot akhir ayam pedaging
81
Respon penggunaan BISF terhadap bobot badan akhir berbentuk kurva kuadratik, mengikuti persamaan Y = -8.6566x
2
+ 242.42x – 47.413. Pemberian BISF yang optimum adalah pada tingkat penggunaan 14.01 dan dapat
memberikan bobot badan akhir 1 649 gram. Secara lengkap gambaran kurva pertambahan bobot badan ayam
pedaging dengan tingkat penggunaan BIS maupun BISF dalam ransum diperlihatkan pada Gambar 18.
y = -7,7151x
2
+ 218,98x - 36,421
y = -28,484x + 1685,5
800 900
1000 1100
1200 1300
1400 1500
1600
10 15
20
Tingkat Penggunaan dalam Ransum Pe
rt a
m b
a ha
n B
o b
o t B
a da
n g
Kurva Kuadratik BISF Kurva Linier BIS
Gambar 18 Kurva perbandingan perlakuan berbagai tingkat BIS dan BISF terhadap pertambahan bobot badan ayam pedaging
Rataan pertambahan bobot badan ayam yang diberi ransum yang mengandung BIS maupun BISF adalah 1 321
gram yang nyata p0.05 lebih rendah dari ransum kontrol R0 yaitu 1 588
gram. Uji banding rataan pertambahan bobot badan ayam yang diberi ransum
BIS rataan R1, R2 dan R3 = 1 258 gram, nyata lebih rendah dibandingkan ayam yang diberi ransum, yang mengandung BISF rataan R4, R5 dan R6 =
1 383 gram. Hal ini memberikan petunjuk bahwa penggunaan BISF memberikan manfaat peningkatan pertambahan bobot badan.
Berdasarkan analisis uji polynomial orthogonal diperoleh hasil bahwa
peningkatan penggunaan BIS pada ransum akan dapat memberikan respon penurunan pertambahan bobot badan secara linier dengan persamaan
Y = -28.484x + 1 685.5. Respon penggunaan BISF terhadap pertambahan bobot badan berbentuk kurva kuadratik, mengikuti persamaan Y = -7.7151x
2
+ 218.98x
82
-36.421. Pemberian BISF yang optimum adalah pada tingkat penggunaan 14.19 dan dapat memberikan bobot badan akhir 1 517 gram.
Dilihat dari komposisi ransum, kandungan polisakarida mannan pada perlakuan R3 adalah yang paling tinggi yakni 3 064.32 ppm. Semakin tinggi
penggunaan BIS tanpa pengolahan, semakin tinggi kandungan polisakarida mannannya. Diduga hal ini akan berpengaruh terhadap pertambahan bobot
badan. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Tangendjaja dan Patttyusra 1993 yang menyatakan bahwa penggunaan 10 BIS dapat menyebabkan
pertambahan bobot badan lebih rendah daripada kontrol.
2. Konsumsi dan Konversi Ransum