73
perubahan bentuk polisakarida mannan dengan menggunakan Transmission
Electron Microscopy TEM Philips CM 200 CRYO. Pada mannan yang belum terdegradasi individu kristal memiliki rata-rata diagonal terpanjang 0.8 µm dan
bagian yang terpendek 0.4 μm. Kristal memiliki bentuk morphologi platelet pada
permukaan sedangkan setelah terdegradasi kontur permukaan tidak jelas namun masih memperlihatkan bentuk yang memanjang.
Pada Gambar 16 terlihat bahwa kapang Trichoderma reesei yang
berbentuk bulat dengan ukuran sekitar 2-3 μm menyelimuti sebagian besar
komponen serat BIS. Di bagian lain kumpulan kapang berkumpul dan berbentuk seperti anggur.
Gambar 16 Penampilan mikroskopis bungkil inti sawit fermentasi yang berasal dari sumber produksi di Lampung menggunakan
Scanning Electron Microscopy SEM dengan pembesaran 1000 kali
Keterangan : menunjukkan koloni kapang Trichoderma reesei
menunjukkan serat BIS yang terhidrolisis
Penelitian Tahap III : Degradasi Polisakarida Mannan BIS oleh kapang Trichoderma reesei
1. Total Gula Terlarut
Pengukuran total gula terlarut dilakukan dengan menghitung total gula terlarut sebelum dan setelah fermentasi. Pengukuran ini memang tidak tertuju
74
pada gula tertentu, namun karena pada BIS tinggi akan mannan, maka diduga gula-gula monosakarida yang terukur menjadi indikasi terjadinya perombakan
polisakarida. Nilai yang terukur pada
spectrophotometer dengan 490 nm, diperoleh persamaan kurva standar Y = 0.0128x + 0.0077 dengan nilai r
= 0,9857. Dengan persamaan ini diperoleh konsentrasi bahan dan selanjutnya dihitung kandungan
total gula. Kandungan total gula pada BIS maupun BISF disajikan pada Tabel 26. Pada BISF kandungan total gula terlarut mencapai 2.38. Menurut Knudsen
1996 fraksi NSP dari PKC mengandung 16 g manosakg dan 3 g galaktosakg. Imbangan galaktosa dengan mannose dapat mempengaruhi terhadap kelarutan
bahan bakan, karena mannan murni umumnya sukar larut sedangkan galaktosa mudah larut.
Tabel 26 Kandungan total gula terlarut BIS dan BISF Kandungan total gula terlarut
BIS BISF …………………………….. ………………….
1.29 2.38 Bila dibandingkan dengan nilai total gula pada BIS yang mencapai
1.29, terjadi peningkatan nilai total gula 84.5. Hal ini diduga bahwa terjadi proses degradasi polisakarida mannan. Hal ini sesuai pendapat Sabini
et al. 2000 yang menyatakan bahwa kapang
Trichoderma reesei mampu mendegradasi polisakarida mannan menjadi mannotriosa, mannobiosa dan
mannosa. Nilai total gula terlarut ini masih lebih rendah dari hasil penelitian Daud dan Jarvis 1993 dimana produksi gula terlarut dari BIS yang didegradasi
dengan enzim driselase menghasilkan 5.30 gula terlarut pada waktu inkubasi 4
jam, dan 6.20 dengan waktu inkubasi 12 jam.
2. Kandungan Mannan pada BIS dan BISF
Kandungan mannan pada BIS maupun BISF diukur untuk menentukan perlakuan tingkatan konsentrasi mannan dalam ransum perlakuan. Pengukuran
kandungan mannan menggunakan LC-MS. Alat ini cukup sensitif karena mampu mendeteksi komponen lain yang terdapat dalam sampel dengan berpatokan
75
pada berat molekulnya. Kandungan mannan pada BIS dan BISF baik pada bahan pakan maupun feses disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27 Kandungan mannan pada sampel bahan BIS dan BISF serta pada feses
Jenis Sampel Waktu retensi
Persen intensitas Kandungan
mannan ppm BIS
3.78-3.82 24
1 532.16 BISF
3.84-3.88 13
829.92 Feses BIS
3.75-4.19 22
1 404.48 Feses BISF
4.07-4.11 9
574.56 Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh kandungan mannan pada BIS
sebesar 1 532.16 ppm. Hal ini berarti kandungan mannan yang diperoleh terekstrak lebih sedikit dari yang diperoleh oleh Jackson 2002 bahwa
kandungan mannan pada BIS diperkirakan 30-35. Polisakarida mannan sebetulnya terbagi atas mannan murni, galaktomannan, glukomannan dan
galaktoglukomannan. Mannan murni merupakan polimer dari mannosa dimana mengandung lebih dari 95 mannosa. Terdapat 2 tipe mannan yaitu mannan
tipe A yang memiliki bentuk high crystalline dan berat molekul yang rendah
sedangkan tipe B memiliki bentuk low crystalline dan berat molekul yang tinggi
Warren 1996. Kandungan mannan pada BIS tidak dibedakan tipenya. Adapun kandungan mannan pada BISF 829.92 ppm. Terjadi penurunan
kandungan mannan yang cukup besar. Pada tahap inipun dilakukan pengukuran kandungan mannan pada feses ayam pedaging yang diberi BIS maupun BISF.
Kandungan mannan pada feses ayam yang diberi BIS diperoleh 1 404.48 ppm sedangkan pada feses ayam yang diberi BISF diperoleh mannan 574.56 ppm.
Penurunan kandungan mannan erat kaitannya dengan tingkat degradasi mannan sewaktu terjadinya proses fermentasi. Antheunisse 1979 menyatakan
bahwa degradasi serat oleh kapang dimulai dari penetrasi hifa kedalam sel luminae dan diteruskan dengan merombak lapisan-lapisan dari dinding sel.
Perubahan kandungan mannan pada sampel bahan BIS dan BISF dengan kandungan mannan pada feses erat kaitannya dengan kecernaan mannan pada
tubuh ayam pedaging.
3. Kecernaan Mannan