42
C. Rancangan Percobaan
Pada tahap ini dilakukan uji t karena hanya membandingkan 2 perlakuan. Perlakuan yang diberikan meliputi :
BIS = Bungkil inti sawit BISF = Bungkil inti sawit fermentasi
Model matematis yang digunakan :
t hit = Y – μ
√ s
2
n
Keterangan : Y
= nilai rata-rata populasi μ
= nilai tengah √ s
2
n = simpangan baku
D. Peubah yang diukur
1. Kandungan Mannan pada BIS dan BISF Disini dilakukan pemisahan beberapa komponen polisakarida yang
terdapat pada BIS. Komponen yang terbanyak, mannan dipisahkan dan diambil. Mannan yang diambil diupayakan komponen murni tanpa ikatan lignin.
Pada petunjuk isolasi polisakarida dinding sel, umumnya terdiri atas tahapan penyiapan sampel, ekstraksi dari gula-gula netral, lipida dan pigmen,
ekstraksi polisakarida yang larut dalam air, penghilangan lignin, ekstraksi dan fraksinasi dari polisakarida yang larut dalam alkali serta ekstraksi dari
selulosanya Southgate 1976. Adapun tahapan isolasinya adalah sebagai berikut Metoda Southgate :
a. BIS dipersiapkan dalam keadaan kering udara b.
100 gram BIS di grinder dengan menggunakan mortar dengan
penambahan 50 gram pecahan kaca selama 15 menit, kemudian ditambahkan aquades sedikit demi sedikit sebanyak 500 ml dan
penggilingan dilanjutkan selama 15 menit. c.
Hot water extracted pada suhu 121
o
C selama 15 menit menggunakan autoklaf. Setelah ekstraksi dingin secara perlahan dilakukan penyaringan
dengan kain. d. Supernatan yang diperoleh dilakukan pemusingan dengan alat sentrifuse
pada kecepatan 4 000 rpm. Supernatan hasil pemusingan dibekukan selama 24 jam untuk persiapan
freeze dry. e.
Freeze dry dilakukan selama 24 jam atau sampai benar-benar kering.
43
Pengujian kandungan mannan : Sebelum dilakukan pengujian dengan
LC-MS sampel dipersiapkan mengikuti prosedur sebagai berikut :
a. Supernatan yang sudah kering diambil sekitar 5 g dan dilarutkan dengan aquades dengan perbandingan 1 : 1.
b. Larutan supernatan diambil 0.5 cc dan masukan dalam botol ampul. Tambahkan 0.5 cc
Trifluoro acetic acid TFA 4 M. Ujung ampul dipanaskan dan diupayakan dalam keadaan hampa udara.. Simpan ampul dalam oven
105
o
C selama 3 jam. c. Ujung ampul dipatahkan dan tambahkan 2-3 tetes larutan e
thyl acetate 1 N untuk dinetralkan.
d. Pindahkan dalam tabung sampel kemudian lakukan freeze dry kembali.
e. Sampel sebanyak 1 ml diambil dan diencerkan dengan acetonitril dan siap
diinjeksikan pada LC-MS
2. Kecernaan Mannan Pada pengukuran kecernaan mannan, sampel yang dianalisa berupa
feses dari ayam yang diberi bahan pakan BIS dan BIS fermentasi melalui pencekokan seperti halnya persiapan pada pengujian energi metabolisme.
Sampel yang berupa feses diukur mannan nya mengikuti prosesedur yang sama seperti pada pengukuran mannan pada bahan pakan. Kecernaan mannan
dihitung berdasarkan selisih antara kandungan mannan dalam bahan pakan dengan mannan pada feses.
Kandungan mannan bahan – kandungan mannan feses Kecernaan mannan = __________________________________________ x 100
Kandungan mannan
bahan
3. Kandungan Total Gula Terlarut Prinsip penetapan kadar total gula terlarut berdasarkan Metoda Phenol
Dubois et al. 1956. Gula sederhana, oligosakarida, polisakarida dan turunannya
dapat bereaksi dengan phenol dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna oranye kekuningan yang stabil. Untuk mengukur kandungan total gula terlebih
dahulu dilakukan pemisahan protein dari karbohidratnya berdasarkan berat molekulnya menggunakan filtrasi gel
sephadex-50. Total gula diukur dengan
44
menggunakan metode Phenol pada panjang gelombang 490 ηm dengan D-
glukosa sebagai standar. Persiapan dalam Pengukuran Total Gula terlarut Metoda Phenol :
Larutan standar glukosa Pipet 2 ml larutan glukosa standar yang mengandung 0, 10, 20, 30, 40
dan 50 ppm glukosa, masing-masing kedalam tabung reaksi. Tambahkan 1 ml larutan phenol 5 dan dikocok dengan
vortex. Tambahkan dengan cepat 5 ml larutan asam sulfat pekat dengan cara dituangkan secara tegak lurus permukaan
larutan. Biarkan selama 10 menit, homogenkan dengan vortex kemudian
ditempatkan dalam penangas air selama 15 menit. Absorbansnya diukur pada 490
ηm. Persamaan reaksi dari larutan standar glukosa dibuat berdasarkan nilai absorbansinya terhadap konsentrasi glukosa. Kadar glukosa sampel didapat
dengan cara memasukan nilai absorbansinya ke persamaan regresi yang didapatkan. Untuk penetapan total gula, sampel harus berupa cairan yang
jernih, saring jika ada endapan dengan kertas saring Whatman no. 2. Prosedur
selanjutnya sama seperti persiapan pembuatan standar glukosa. Total gula mgg = C x S x FpM
Keterangan : C = Konsentrasi bahan ppm S = Volume supernatan ml
Fp = Faktor pengenceran M = Berat sampel g 4. Pengujian Energi Metabolisme Sejati
True Metabolizable EnergyTME Pada tahap ini diuji BIS yang terfermentasi BISF dengan kapang
pendegradasi mannan pada ternak unggas. Metode yang digunakan yaitu Metode Sibbald 1983. Hasil yang diperoleh adalah seberapa jauh peningkatan
TME akibat perlakuan kapang pendegradasi mannan. {a x EBp – b-EBf} - ret N x K
TME kalg = _______________________________________ a
Keterangan : TME = Energi metabolis sejati EBp = Energi bruto bahan pakan
EBf = Energi bruto feses ayam yang diberi pakan
45
Ret N = Retensi nitrogen a
= Jumlah konsumsi bahan pakan gram b
= Jumlah ekskreta ayam yang diberi bahan pakan gram K = Energi
equivalent per gram asam urat kalori atau sama dengan 8,22 kkalgram asam urat
Persiapan pengujian energi metabolisme sejati Prosedur Kerja :
Ayam dipuasakan selama 36 jam, kemudian ransum perlakuan yang sudah dibuat pellet dimasukan dengan paksa menggunakan
tunnel dan plunner pada 30 ekor ayam masing-masing sebanyak 35 gram. Setelah 36 jam
pemberian pakan, ekskreta dikumpulkan, dibersihkan dari bulu-bulu kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 70
o
C selama 49 jam. Setelah kering dilakukan penimbangan, lalu digiling dan dianalisa energi bruto EB ekskreta
dan jumlah ekskreta. 5. Retensi Nitrogen Semu
Retensi nitrogen semu merupakan selisih antara jumlah nitrogen yang dikonsumsi dengan nitrogen
endogenous yang terdapat pada urine dan ekskreta. Pengukuran kandungan nitrogen dalam ekskreta dilakukan koleksi
feses selama 1 kali 24 jam. Ekskreta ditampung, dibersihkan dari bulu-bulu, kemudian disemprotkan asam sulfat 0.3 N untuk mencegah penguapan nitrogen.
Selanjutnya dikeringkan di dalam oven bersuhu 60
o
C selama 24 jam. Setelah itu digiling halus dan dianalisa kandungan nitrogennya.
Retensi N semu ghari = Konsumsi N ghari – Ekskresi N ghari E. Analisis Statistik
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t Steel Torrie 1995 dengan menggunakan program MINITAB®
Release 14 Statistical Software MINITAB Inc. 2004.
Penelitian Tahap IV : Pengaruh Tingkat BIS dan BISF dalam Ransum terhadap Penampilan Ayam Pedaging
Tujuan penelitian pada Tahap IV ini adalah untuk mengetahui penampilan ayam pedaging yang diberi perlakuan ransum berbagai tingkat BIS maupun
46
BISF. Penelitian ini dilakukan secara invitro untuk memperkuat hasil analisis
pada penelitian Tahap III.
A. Ternak