HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Tahap I : Uji Keragaman Sifat Fisik dan Kandungan Nutrisi BIS
BIS diambil dari 3 lokasi yang berbeda. Sampel BIS dari langkat B diperoleh dari proses
expeller extraction dua tahap. Sampel BIS dari Lampung dan Banten diperoleh dari proses
expeller extraction satu tahap.
A. Keragaman Sifat Fisik BIS
Hasil uji sifat fisik BIS yang meliputi berat jenis, kerapatan tumpukan,
kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan, tingkat kehalusan, diameter bahan dan daya ambang diperlihatkan pada Tabel 12.
Tabel 12 Hasil uji kualitas sifat fisik BIS dari beberapa sumber produksi Sampel BIS
No. Sifat Fisik
A B C 1
Berat jenis gml 1.359 ± 0.07 b
1.457 ± 0.07 a 1.521 ± 0.06 a
2 Kerapatan tumpukan
gml 0.582 ± 0.03 b
0.583 ± 0.02 b 0.624 ± 0.02 a
3 Kerapatan Pemadatan
Tumpukan gml 0.693 ± 0.01 b
0.727 ± 0.02 a 0.725 ± 0.02 a
4 Sudut tumpukan
o
29.71 ± 2.98 a 23.61 ± 1.17 b
23.61 ± 1.20 b 5
Daya ambang mdt 0.594 ± 0.01 a
0.560 ± 0.06 b 0.606 ± 0.02 a
6 Tingkat kehalusan
MF 4.773 ± 0.03 a
4.571 ± 0.04 c 4.654 ± 0.01 b
7 Katagori ukuran
partikel bahan Kasar Kasar Kasar
8 Rataan diameter
bahan cm 0.285 ± 0.006 a
0.248 ± 0.006 c 0.262 ± 0.001 b
Keterangan : A = BIS dari sumber produksi di Lampung B = BIS dari sumber produksi di Langkat Sumut
C = BIS dari sumber produksi di Banten Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda dalam baris yang sama
menunjukkan hasil yang berbeda nyata p0.05
1. Berat Jenis BJ
Hasil perhitungan analisis varian menunjukkan perbedaan yang nyata p0.05 diantara ketiga sampel BIS terhadap nilai BJ. Nilai BJ ketiga sampel
menunjukkan nilai diatas 1 yang berarti lebih berat dari BJ air. Sampel B dan C tidak menunjukkan adanya perbedaan, namun keduanya berbeda dengan
sampel A yang memiliki nilai BJ paling rendah yakni 1.359 gml. Perbedaan ini
52
diduga dipengaruhi oleh karakteristik permukaan partikel BIS. Sampel BIS C memiliki nilai BJ paling tinggi, hal ini disebabkan sampel C strukturnya padat dan
masih banyak terdapat serpihan tempurung yang tercampur dalam BIS sehingga nilai BJ nya paling tinggi. Adapun sampel A strukturnya tidak padat dan banyak
rongga antar partikel, sehingga nilai BJ nya lebih rendah. Perbedaan nilai BJ selain dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik
permukan partikel, juga dipengaruhi oleh kandungan nutrisi bahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Khalil 1999 yang menyatakan bahwa adanya variasi dalam
nilai BJ dipengaruhi oleh kandungan nutrisi bahan, distribusi ukuran partikel dan karakteristik permukaan partikel. BJ berpengaruh terhadap homogenitas
penyebaran partikel dan stabilitas suatu campuran pakan. Ransum yang tersusun dari bahan pakan yang memiliki perbedaan BJ cukup besar, akan
menghasilkan campuran tidak stabil dan mudah terpisah kembali Khalil 1999.
2. Kerapatan Tumpukan
Berat jenis erat hubungannya dengan kerapatan tumpukan, semakin tinggi nilai berat jenis maka kerapatan tumpukannya semakin besar. Sampel BIS
C menunjukkan perbedaan yang nyata p0.05 dengan sampel BIS A dan B. Pada sampel C kerapatan tumpukannya paling tinggi, demikian pula halnya
dengan nilai BJ nya. Menurut Chung dan Lee 1985, kerapatan tumpukan lebih penting dari berat jenis bahan, dalam hal pengeringan dan penyimpanan bahan
secara praktis. Kerapatan tumpukan mempunyai peranan penting dalam memperhitungkan volume ruang pada suatu bahan dengan berat tertentu seperti
dalam pengisian alat pencampur, elevator dan juga silo. Kerapatan tumpukan juga berpengaruh terhadap daya campur dan stabilitas pencampuran pakan.
Kerapatan tumpukan ketiga sampel BIS di atas 0.5 gml. Pencampuran bahan pakan dengan ukuran partikel yang sama tetapi memiliki kerapatan tumpukan
tinggi kt 0.5 gml akan sulit dicampur. Bahan yang memiliki kerapatan tumpukan rendah kt 0.5 gml membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
dipindahkan Chung Lee 1985.
3. Kerapatan Pemadatan Tumpukan