53
memiliki kerapatan tumpukan 0.582 gml dan kerapatan pemadatan tumpukan 0.693 gml, nilai ini merupakan yang paling rendah dibanding perlakuan
lainnnya. Sifat fisik lain yang ada hubungannya dengan kerapatan pemadatan
tumpukan adalah modulus of fineness MF atau diameter partikel bahan.
Semakin kecil nilai MF atau partikel bahan maka kerapatan pemadatan tumpukannya akan semakin tinggi. Sampel BIS A memiliki diameter bahan dan
nilai MF yang paling tinggi yaitu masing-masing 0.285 cm dan 4.77 sehingga berpengaruh terhadap kerapatan pemadatan tumpukannya.
4. Daya Ambang
Daya ambang ketiga sampel menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan p0.05. Sampel BIS B berbeda nyata dengan sampel BIS A dan C.
Hal ini berarti apabila terjadi proses penurunan bahan dari ketinggian tertentu, maka waktu bahan tersebut mencapai dasar untuk sampel BIS B adalah yang
paling cepat. Daya ambang yang terlalu lama akan menyulitkan dalam proses penuangan bahan, karena dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk
menuangkan bahan. Partikel bahan yang kecil akan memiliki daya ambang yang tinggi sehingga bahan lebih mudah tertiup angin berdebu, hal ini akan
menyebabkan terhamburnya bahan dan akan mengurangi jumlah bahan yang terbuang.
5. Sudut Tumpukan
Sudut tumpukan merupakan kriteria kebebasan bergerak partikel dalam suatu tumpukan. Semakin kecil sudut tumpukan, semakin bebas partikel
bergerak dan semakin besar daya alir flow ability partikel tersebut. Pada Tabel
12 terlihat bahwa sudut tumpukan sampel BIS A 29.71
o
lebih besar dari sampel BIS B 23.61
o
dan C 23.61
o
. Menurut Ruttloff 1981, diacu dalam Khalil 1999 bahan yang memiliki sudut tumpukan
≤ 29
o
sangat baik dan mudah diangkut secara mekanik. Hal ini berarti bahwa sampel BIS B dan C memiliki kemudahan
dalam hal pengangkutan secara mekanik, karena ruangan yang diperlukan dalam penyimpanan BIS lebih kecil.
6. Tingkat Kehalusan dan Diameter Bahan
Tingkat kehalusan modulus of fineness dari ketiga sampel menunjukkan
perbedaan yang nyata p0.05. Nilai MF tertinggi diperoleh BIS A dan terendah
54
BIS B. Tingkat kehalusan ini sangat penting untuk menentukan apakah perlu ada perlakuan lanjut sebelum BIS difermentasi. Meskipun terjadi perbedaan
yang nyata nilai MF nya, namun ketiganya masuk katagori kasar MF 4.1–7.0. Modulus of fineness erat hubungannya dengan diameter bahan. Semakin
tinggi nilai MF maka diameter partikel bahan akan semakin tinggi. Diameter partikel bahan yang tinggi akan menyulitkan dalam pencampuran ransum yang
homogen. Secara penampakan visual ketiga sampel BIS terlihat bahwa masih banyak terdapat campuran tempurung dalam BIS, karenanya perlu dilakukan
pengayakan dengan menggunakan saringan ukuran diameter lubang 2 mm saringan alumunium yang paling halus.
7. Koefisien Keragaman BIS
Semua sampel BIS yang digunakan dalam pengukuran sifat fisik dihitung koefisien keragamannya , dan hasilnya disajikan pada Tabel 13. Disini
terlihat bahwa urutan sifat fisik dari yang koefisien variasinya terendah hingga tertinggi adalah : tingkat kehalusan MF, kerapatan tumpukan, daya ambang,
kerapatan pemadatan tumpukan, rataan diameter bahan, berat jenis dan sudut tumpukan. Selain sudut tumpukan semua sifat fisik yang diukur memiliki
koefisien variasi dibawah 10. Ini berarti bahwa sifat fisik sudut tumpukan dari beberapa sampel BIS adalah yang paling beragam.
Tabel 13 Koefisien keragaman beberapa sifat fisik BIS No
Sifat Fisik Koefisien Variasi
1. Berat jenis gml
6.32 2.
Kerapatan tumpukan gml 2.37
3. Kerapatan pemadatan Tumpukan gml
4.28 4.
Sudut tumpukan
o
12.79 5. Daya
ambang mdt
3.68 6.
Tingkat kehalusan MF 2.08
7. Rataan diameter bahan cm
6.25 Sifat fisik BIS yang memiliki koefisien keragaman 5–10 meliputi berat
jenis dan rataan diameter bahan. Sifat fisik yang memiliki koefisien keragaman di bawah 5 adalah tingkat kehalusan, kerapatan tumpukan, daya ambang,
kerapatan pemadatan tumpukan. Sifat fisik sudut tumpukan merupakan sifat fisik BIS yang sangat beragam, karena memiliki nilai keragaman di atas 10 yakni
55
12.79. Sifat fisik yang memiliki nilai koefisien keragamannya tinggi menyebabkan peningkatan kewaspadaan dalam pengontrolan, karena apabila
tidak diawasi akan menyebabkan kualitas hasil pencampuran dengan bahan lain akan beragam pula.
B. Kandungan Nutrisi BIS