56
al. 1980 12.9 untuk proses produksi BIS dengan ekstraksi mekanik dan 15.4 untuk proses produksi BIS dengan ekstraksi kimia.
Kandungan serat kasar ketiga sampel berkisar 24.22–30.50, jauh lebih tinggi dari hasil analisis Hew dan Jalaludin 1996 yakni 15.7 dan Hartadi
et al. 1980 16.9 untuk proses produksi BIS dengan ekstraksi mekanik dan 9.6
untuk proses produksi BIS dengan ekstraksi kimia. Diduga hal ini pada waktu proses produksi BIS banyak tercampur tempurung sehingga menyebabkan
kandungan serat kasarnya tinggi. Kandungan nutrisi BIS cukup beragam, hal ini tergantung pada proses
produksi BIS. Pada proses produksi BIS dengan ekstraksi mekanis, masih tinggi kandungan lemak kasarnya dibanding dengan ekstraksi kimia, namun
kandungan serat kasarnyapun tinggi. Selain proses produksi, faktor lain yang berpengaruh terhadap kandungan nutrisi BIS adalah umur kelapa sawit. Pada
kelapa sawit yang umur tua biasanya dihasilkan rendemen minyak yang tinggi dan serat kasar yang tinggi.
Tempat produksi BIS biasanya tidak jauh dari lokasi perkebunan. Lokasi ini erat hubungan dengan hara tanah. Pada perkebunan kelapa sawit yang kaya
hara tanah biasanya dihasilkan BIS dengan nutrisi lebih baik. Berdasarkan pertimbangan sifat fisik terutama yang lebih ditekankan
pada nilai BJ, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan daya ambang serta kandungan nutrisi yang terutama meliputi protein kasar dan serat
kasar, sampel BIS yang akan digunakan pada tahap-tahap berikutnya adalah BIS yang diperoleh dari sumber produksi di Lampung sampel A.
Pembagian koefisien keragaman sifat fisik BIS ini belum bisa dijadikan acuan yang tetap, karena belum mewakili sebagian besar produksi BIS seluruh
Indonesia dan perlu diuji pada sumber produksi BIS yang diperoleh dari proses chemical extraction.
Penelitian Tahap II : Optimalisasi Proses Fermentasi BIS oleh Kapang Trichoderma reesei
A. Karakteristik Pertumbuhan Kapang Trichoderma reesei
Kultur murni kapang Trichoderma reesei FNCC 6041 diperoleh dari Pusat
Antar Universitas PAU Bioteknologi Universitas Gajah Mada Yogjakarta berupa kultur kering dalam tabung vial kecil. Kurtur murni ini dibiakkan dalam media PDA
pada beberapa cawan petri, untuk selanjutnya diperbanyak pada media agar
57
miring. Biakan inokulum kapang Trichoderma reesei pada media PDA
diperlihatkan pada Gambar 10.
Gambar 10 Biakan kapang Trichoderma reesei FNCC 6041
1. Jumlah Koloni Kapang
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Pada organisme
uniseluler bersel tunggal pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel, yang berarti juga
pertambahan jumlah organisme, misalnya pertumbuhan yang terjadi pada suatu kultur mikroba Fardiaz 1998.
Adapun rata-rata jumlah koloni kapang Trichoderma reesei diperlihatkan
pada Tabel 15, sedangkan gambar kurvanya disajikan pada Gambar 11. Tabel 15 Jumlah dan diameter koloni kapang
Trichoderma reesei selama pertumbuhan
Umur pertumbuhan jam
Jumlah koloni CFUcc
Diameter koloni mm
Perubahan diameter koloni
24 Belum terlihat
13.58 -
30 2.06 x 10
5
27.41 102.89
36 2.62 x 10
5
38.10 39.00
42 3.33 x 10
5
48.93 28.42
48 1.75 x 10
6
54.94 12.28
54 2.04 x 10
6
66.19 20.48
60 2.13 x 10
6
73.78 11.47 66
2.13 x 10
6
76.73 4.00
72 2.13 x 10
6
80.05 4.32
Jumlah koloni kapang dilakukan pengukuran setiap 6 jam dan dimulai pada 24 jam pertama, karena sampai 24 jam pertama belum terlihat
58
pertumbuhan koloni kapang yang berarti, karena masih dalam fase adaptasi dan pertumbuhan awal. Menurut Fardiaz 1998 jumlah awal sel yang tinggi akan
mempercepat fase adaptasi. Mulai umur pertumbuhan 30 jam, jumlah koloni kapang semakin banyak hingga pada umur 60 jam masa pertumbuhan, tercapai
jumlah koloni yang maksimal. Setelah 60 jam jumlah koloni tidak bertambah lagi. Hal ini disebabkan kapang sudah memasuki fase statis. Pada fase
stationary ini ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlah
sel yang mati. Ukuran sel pada fase stationary ini menjadi lebih kecil-kecil karena
sel tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis Fardiaz 1998. Pengamatan data koloni kapang yang setiap 6 jam diamati, akan lebih
jelas dilihat pada gambar kurva pertumbuhan kapang. Selain diketahui pola pertumbuhannya, juga akan diketahui titik optimum berdasarkan persamaan
yang paling tepat.
y = -0,0048x
2
+ 0,5514x - 8,8239 R
2
= 0,7631 1
2 3
4 5
6 7
8
6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72
Umur Pertumbuhan jam J
u ml
ah Kol
o n
i CFU cc
Pertumbuhan Koloni Poly. Pertumbuhan Koloni
Gambar 11 Kurva pertumbuhan jumlah koloni kapang Trichoderma reesei
Secara keseluruhan fase pertumbuhan kapang Trichoderma reesei
mengikuti persamaan kuadratik Y = –0.0048x
2
+ 0.5514x – 8.8239 jumlah koloni ditranformasi dalam log dengan nilai koefisien regresi r = 0.873. Berdasarkan
persamaan kuadratik di atas, fase pertumbuhan jumlah koloni kapang yang optimum dicapai pada umur pertumbuhan 57.44 jam yakni dapat dicapai 10
7
CFUcc.
59
2. Diameter dan Persentase Perubahan Diameter Koloni Kapang
Diameter koloni kapang mulai 24 jam umur pertumbuhan sudah mulai terukur dan selanjutnya terjadi pembesaran diameter koloni hingga akhir
pengamatan 72 jam. Kurva diameter koloni ini membentuk kurva garis linier, dan gambarnya diperlihatkan pada Gambar 12. Mulai umur pertumbuhan 60 jam
kelihatannya sudah terjadi pembelokan. Untuk memastikan hal ini, biasanya disinkronkan dengan kurva persentase perubahan diameter koloni.
Persentase perubahan diameter koloni kapang paling besar dicapai pada umur pertumbuhan 30 jam. Disini pertumbuhan kapang memasuki fase
logaritmik dengan kecepatan pertumbuhan paling tinggi. Jumlah koloni kapang mulai konstan
stationary phase, dicapai pada umur 60 jam yakni mencapai jumlah koloni 2.13 x 10
6
CFUcc. Demikian pula halnya dengan perubahan diameter koloni kapang, pada umur 60 jam
persentase perubahannya sangat kecil.
y = 8,3743x + 11,429 R
2
= 0,9671 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
24 30
36 42
48 54
60 66
72
Umur Pertumbuhan jam Di
am eter
Ko lo
n i Ka
pa ng
mm
Diameter Koloni mm Linear Diameter Koloni
mm
Gambar 12 Kurva pertumbuhan diameter koloni kapang Trichoderma reesei
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 15 tentang diameter koloni kapang dapat diketahui persaman regresinya adalah Y = 8.3743x + 11.429
dengan nilai r = 0.983. Persaman polinomial untuk perubahan diameter koloni
adalah Y = 0.296x
5
– 8.0053x
4
+ 81.019x
3
– 375.19x
2
+ 759.29x – 455.13 dimana x menunjukkan umur pertumbuhan. Disini kurva yang terbentuk berupa
kurva model polynomial dan diperlihatkan pada Gambar 13
60
y = 0,296x
5
- 8,0053x
4
+ 81,019x
3
- 375,19x
2
+ 759,29x - 455,13
R
2
= 0,9197
-20 20
40 60
80 100
120
24 30
36 42
48 54
60 66
72
Umur Pertumbuhan jam P
e rsen
tase pe
ru bahan
D iam
et er
K o
lon i
Perubahan diameter
Poly. Perubahan diameter
Gambar 13 Kurva persentase perubahan diameter koloni kapang Trichoderma
reesei
B. Pengaruh Konsentrasi Kapang Trichoderma reesei dan Ketebalan Media BIS terhadap Hasil Fermentasi