C. Hambatan dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar di SMAMA
Negeri berdasarkan KTSP
Adanya pergantian kurikulum dari KBK menjadi KTSP sedikit banyak mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang
dilakukan oleh guru. Guru sejarah MAN 2 Surakarta menyatakan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penilaian berdasarkan KTSP meliputi
kurangnya penguasaan sebagian guru terhadap penilaian dalam pembelajaran sejarah yang dilaksanakan dalam kerangka penilaian
berbasis kelas PBK wawancara bapak Sumari, 8 Agustus 2011. Penilaian harus memperhatikan ciri-ciri khusus atau karakter khas
pembelajaran sejarah. Tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran sejarah yakni kognitif, afektif dan psikomotorik sering
melahirkan perdebatan, apakah ketiga aspek tersebut dapat secara serempak dicapai dalam pembelajaran sejarah. Misalnya tentang aspek
psikomotorik, bagaimana pembelajaran sejarah dapat menghasilkan sebuah ketrampilan bagi siswa.
Penilaian aspek psikomotor itu untuk mata pelajaran tertentu saja misalnya Olahraga, Biologi, Kimia, Fisika, Bahasa Indonesia yang
memang menuntut adanya praktek sedangkan untuk mata pelajaran sejarah belum bisa tercapai. Untuk format penilaian kognitif, afektif dan
psikomotor dari pihak sekolah sudah menyediakan dan hanya diberikan
pada guru-guru mata pelajaran tertentu yang melaksanakan penilaian ketiga aspek tersebut wawancara bapak Sumari, 8 Agustus 2011.
Selama ini dalam pencapaian komponen sebagai tujuan pembelajaran, untuk aspek psikomotorik memandang life skiil kecakapan
hidup baik dalam bentuknya sebagai general life skiil dan specific life skiil dapat dicapai oleh semua mata pelajaran. Hal ini terasa sekali dalam
langkah-langkah pengembangan silabus yang harus disusun oleh semua guru. Dalam kaitan dengan pembelajaran sejarah, yang menjadi persoalan
adalah specific life skill khususnya menyangkut vocational life skill kecakapan kejuruan. Kecakapan kejuruan adalah ketrampilan yang
cenderung mengutamakan ketrampilam motorik, sehingga pembelajaran sejarah mengalami kesulitan untuk merumuskannya Suyono, 2004.
Pemahaman di Madrasah Aliyah dan para guru terhadap standar penilaian seperti penetapan kriteria ketuntasan minimal KKM pada
masing-masing mata pelajaran masih terjadi perbedaan penafsiran pada panduan KKM. Belum lagi pemahaman guru terhadap alat evaluasi
seperti kisi-kisi, kartu soal dan bentuk soal, yang kebanyakan masih berpola pada kurikulum lama. Hal ini disebabkan pula karena kurangnya
sosialisasi peran MGMP dan KKG yang belum maksimal. Dalam pelaksanaan penilaian hambatan yang saya alami masalah
alat evaluasi seperti penyusunan kisi-kisi soal ulangan, kartu soal dan bentuk soal. Selain itu karena keterbatasan waktu antara pelaksanaan
ulangan, membuat soal ulangan, mengoreksinya sehingga untuk kisi-kisi ulangan dan analisisnya jarang dibuat wawancara bapak Sumari, 8
Agustus 2011. Sementara menurut Ibu Chusnul Arifah guru SMA N 2 Surakarta,
menyatakan hambatan dalam pelaksanaan penilaian salah satu adalah bentuk atau teknik penilaian yang terlalu banyak dan mempunyai format
sendiri-sendiri dan aspek-aspek yang dinilai juga berbeda sehingga setiap siswa tidak bisa dinilai secara maksimal. Selain itu salah satu hambatan
yang dihadapi antara lain materi yang cukup banyak yang berakibat pada kekurangmampuan siswa dalam menguasai materi sehingga nilai yang
diperoleh tidak optimal. Guru sejarah MAN 1 Surakarta menyatakan setiap MGMP selalu
mengikuti tetapi jarang dibahas mengenai pelaksanaan penilaian yang berdasarkan KTSP itu yang seperti apa, seringnya mengenai modul
pembelajaran. Seminar juga pernah mengikuti tapi problemnya untuk penerapanya itu yang sulit wawancara bapak Rusdi Mustapa, 4 Agustus
2011. Hambatan pelaksanaan analisis hasil belajar peserta didik
mengenai pelaksanaan remidi adalah pelaksanaan pada jam efektif akan mengganggu kegiatan belajar mengajar. Siswa yang pada saat ulangan
tidak masuk tidak mengikuti remidi dengan alasan tidak tahu, sedangkan guru dituntut setelah ulangan sudah harus membuat analisisnya.
B. Pembahasan