Hambatan dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar mata pelajaran

dengan tugas lain misal meresum materi kompetensi dasar yang dijadikan ulangan atau mengerjakan soal ulangan kembali.

3. Hambatan dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar mata pelajaran

sejarah berdasarkan KTSP SMAMA Negeri di Surakarta Standar penilaian pendidikan mencakup: a penilaian hasil belajar oleh pendidik, b penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan c penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Semua sekolah negeri baik SMA maupun MA di Surakarta sudah melaksanakanya, karena masuk dalam system pengelolaan pendidikan, hanya saja secara kualitas masih belum sama antara Aliyah dengan Sekolah Umum. Pemahaman guru terhadap standar penilaian seperti penetapan kriteria ketuntasan minimal KKM pada masing-masing mata pelajaran masih terjadi perbedaan persepsi sebagai akibat adanya perbedaan penafsiran panduan KKM. Belum lagi pemahaman guru terhadap alat evaluasi seperti penyusunan kisi-kisi, kartu soal, dan bentuk soal, yang kebanyakan mereka masih berpola pada kurikulum lama. Hal ini disebabkan pula karena kurangnya sosialisasi dan bimbingan teknis untuk para guru, serta peran MGMP dan KKG yang belum maksimal. Hambatan yang dihadapi guru dalam pelaksanaan penilaian adalah bentukteknik penilaian yang terlalu banyak dan mempunyai format sendiri- sendiri sehingga guru jarang menggunakan format tersebut. Penilaian ketiga aspek kognitif, afektif, psikomotorik belum sepenuhnya dilaksanakan karena untuk penilaian psikomotorik guru di MAN Surakarta mengalami hambatan bagaimana pembelajaran sejarah mampu menciptakan ketrampilan bagi siswa. Hambatan lain yang dihadapi antara lain materi yang cukup luas yang berakibat pada kekurangmampuan siswa dalam menguasai materi sehingga nilai yang diperoleh kurang dari KKM. Selain itu sumber belajar yang ada kurang maksimal karena kebanyakan guru hanya mengandalkan buku paket yang disediakan sekolah. Siswa yang tidak masuk pada saat ulangan tidak mau mengikuti ulangan susulan pada saat remidi sedangkan guru sudah membuat analisisnya. Dalam pelaksanaan remidi, pelaksanaannya jika dilaksanakan pada jam efektif akan mengganggu kegiatan belajar mengajar. Sedangkan jika diluar jam efektif terhambat oleh waktu, dimana siswa sudah seharian mengikuti pelajaran sehingga nilai remidi kurang memuaskan. Maka untuk mengatasi hal seperti ini biasanya guru memberi tugas meresum materi kompetensi dasar yang dijadikan untuk ulangan kepada siswa-siswa yang remidi sebagai pengganti remidi.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pelaksanaan penilaian hasil belajar mata pelajaran sejarah berdasarkan KTSP antara SMA Negeri dengan MA Negeri di Surakarta dapat disimpulkan: 1. Penilaian dalam KTSP menganut prinsip penilaian berkelanjutan dan komprehensif guna mendukung upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri. Karena itu, penilaian dilaksanakan dalam kerangka penilaian berbasis kelas PBK. Dikatakan PBK karena kegiatan penilaian dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan pembelajaran. Pelaksanaannya tidak hanya menilai hasilnya saja tetapi prosesnya juga, sehingga semua aspek pada diri siswa dapat dinilai. 2. Sebelum menerapkan penilaian berdasarkan KTSP seorang guru melaksanakan kegiatan persiapan atau perencanaan sebelum menerapkan penilaian. Perencanaan penilaian dengan membuat perangkat penilaian, menentukan KKM, mempersiapkan alat evaluasi dan form penilaian. Dalam pelaksanaan penilaian guru menentukan jenis tagihan yang dibebankan kepada siswa dan teknik penilaian. Analisis pelaksanaan penilaian diperoleh dari hasil belajar siswa setelah dilaksanakan ulangan atau tes. Tindak lanjut 87