Transisi Demografi TINJAUAN PUSTAKA

Dimana hal inilah yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel lainnya seperti usia kawin pertama, indeks tingkat pendidikan dan indeks tingkat pendapatan dapat mempengaruhi tingkat fertilitas di Pematangsiantar.

2.2 Transisi Demografi

Pada abad ke -20, nampaknya fertilitas telah turun di banyak Negara baik di Negara maju ataupun di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Kemudian penurunan pada fertilitas juga dibarengi dengan penurunan pada mortalitas, hal ini mengakibatkan adanya transisi demografi, sehingga disebut dengan teori “transisi demografi”. Tabel 2.1 Teori Transisi Demografi No Tahap Tingkat Kelahiran Tingkat Kematian Pertambahan Alami 1. 2. 3. 4. 5. Stationer tinggi Awal perkembangan Akhir perkembangan Stationer rendah Menurun Tinggi Tinggi Menurun Rendah Rendah Tinggi Lambat menurun Menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran Rendah Lebih tinggi dari tingkat kelahiran Nolsangat rendah Lambat Cepat Nolsangat rendah Negatif Sumber : Ritonga, Abdurahman : 19 Pada dasarnya teori ini menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol ataupun sangat rendah sekali Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara karena, baik tingkat fertilitas maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke keadaan dimana tingkat fertilitas dan mortalitas sama-sama tinggi, sehingga pertumbuhan penduduk kembali nol atau sangat rendah. Tahap Transisi Demografi Bogue 1969 membuat pentahapan transisi vital menjadi tiga tahap: Gambar 2.1 Sumber Gambar : Mantra, Ida Bagoes :42 Dari stationer pertama fertilitas dan mortalitas tinggi menuju stationer kedua fertilitas dan mortalitas rendah mengalami dua tahap proses, yakni tahap kedua dan ketiga. Dan tahap inilah yang disebut dengan transisi demografi. 1. Pra-transisi pre-transitional, dari A hingga B, dengan ciri-ciri tingkat kelahiran dan tingkat kematian sama-sama tinggi. Angka pertumbuhan penduduk alami sangat rendah hamper mendekati nol. 2. Transisi Transitional, dari B ke E, dicirikan dengan penurunan tingkat kelahiran dan kematian, tingkat kematian lebih rendah daripada tingkat kelahiran, mengakibatkan tingkat pertumbuhan penduduk alami sedang atau tinggi. Fase ini dibagi lagi menjadi tiga: Tingkat Kelahiran Tingkat Kematian A B C D E F Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara a. Permulaan Transisi early transitional, dari B ke C, dicirikan dengan tingkat kematian menurun, tetapi tingkat kelahiran tetap tinggi, bahkan ada kemungkinan meningkat karena ada perbaikan kesehatan. b. Pertengahan Transisi mid-transitional, dari C ke D, tingkat kematian dan tingkat kelahiran kedua-duanya menurun, tetapi tingkat kematian menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran. c. Akhir Transisi late transitional, dari D ke E, tingkat kematian rendah dan tidak berubah atau menurun hanya sedikit, dan angka kelahiran antara sedang dan rendah, dan berfluktuasi atau menurun. Pengetahuan tentang kontrasepsi meluas. 3. Pasca-transisi Post-transitional, dari E ke F, dicirikan oleh tingkat kematian dan tingkat kelahiran kedua-duanya rendah; hamper semuanya mengetahui cara-cara kontrasepsi dan dipraktekkan. Tingkat kelahiran dan tingkat kematian vital rates mendekati keseimbangan penduduk, yang kemudian akan kembali lagi ke transisi yang pertama. Pertumbuhan penduduk alami amat rendah dalam jangka waktu yang panjang.

2.3 Teori-teori Kependudukan