100
yang memenuhi prinsip-prinsip Syariah, yakni Jakarta Islamic Index JII serta Indeks Saham Syariah Indonesia ISSI. Sebagaimana perkembangannya dapat dilihat
melalui statistik perkembangan saham Syariah dari tahun 2007 sampai dengan periode pertama tahun 2011 tersebut dibawah ini:
Gambar.1 Statistik Perkembangan Saham Syariah
per Juni 2011, DES yang berlaku adalah DES periode 1 tahun 2011 yang berjumlah 228 saham. Dari 228 saham Syariah tersebut, 225 saham diperoleh dari hasil penelaahan DES periodik per tanggal
31 Mei 2011 dan 3 saham diperoleh dari hasil penelaahan DES insidentil bersamaan dengan efektifnya pernyataan pendaftaran Emiten yang melakukan penawaran umum perdana.
Sumber : Bapepam.go.id
2. Obligasi Sukuk
Obligasi berasal dari bahasa Belanda yaitu obligatie, dalam bahasa Inggris disebut bond yang merupakan surat berharga dalam bentuk kontrak diantara pemberi
pinjaman dengan penerima pinjaman. Dengan kata lain, obligasi merupakan selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada
Universitas Sumatera Utara
101
peminjam melalui sebuah kontrak, dimana pemberi pinjaman mempunyai hak untuk dibayar kembali pada waktu tertentu dan dengan jumlah tertentu pula.
Obligasi dalam bahasa Indonesia secara sederhana diartikan dengan kontrak, sebagaimana dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor:775KMK
0011982 disebutkan bahwa obligasi adalah jenis efek berupa surat pengakuan utang atas pinjaman uang dari masyarakat dalam bentuk tertentu, untuk jangka waktu
sekurang-kurangnya tiga tahun dengan menjanjikan imbalan bunga yang jumlah serta saat pembayarannya telah ditentukan oleh emiten
129
. Obligasi merupakan salah satu jenis efek tetapi berbeda dengan saham yang
kepemilikannya menandakan pemilikan sebagai sebagian dari perusahaan yang menerbitkan saham akan tetapi obligasi menunjukkan utang dari penerbitnya.
Obligasi secara umum dapat dilihat berdasarkan penerbitan, yaitu
130
: Obligasi Pemerintah Pusat, Obligasi Pemerintah Daerah, Obligasi Badan Usaha Milik Negara,
dan Obligasi Perusahaan Swasta. Selain itu, obligasi juga dapat dilihat berdasarkan jaminannya, yakni: Unsecured bonds debentures atau obligasi tanpa jaminan,
Indenture atau obligasi dengan jaminan, Mortgage bond atau obligasi yang dijamin dengan properti, collateral trust atau obligasi yang dijamin dengan sekuritas,
Equipment trust certificates atau obligasi yang dijamin aset tertentu serta
129
Abdul Manan, Op.cit., hlm. 118.
130
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
102
Collateralized mortgage atau obligasi yang dijamin dengan pool of mortgages atau portofolio mortgage-backed securities.
131
Semenjak ada pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrument-instrument yang punya komponen bunga interest-bearing instruments dikeluarkan dari daftar
investasi halal, sebagaimana unsur-unsur yang ada pada obligasi. Oleh sebab itu muncul alternatif yang dinamakan Obligasi Syariah Sukuk. penggunaan istilah
Obligasi Syariah ini juga awalnya menjadi kontradiktif dikarenakan bunga riba sudah menjadi kata yang tidak lepas dari obligasi sehingga tidak mungkin untuk
diSyariahkan. Undang-Undang Pasar Modal pada hakikatnya belum mengatur mengenai
obligasi Syariah, sehingga yang menjadi acuan dalam penerbitan obligasi Syariah adalah fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia DSN–MUI. Walaupun fatwa bukan merupakan sumber hukum yang berlaku di indonesia sebagaimana hirarki perundang-undangan, akan tetapi agar dapat
menghindari kerancuan dalam penerbitan instrument utang Syariah, sebagaimana yang tercantum pada awal Memorandum Of Understanding MOU antara bapepam
dengan DSN–MUI mengenai penyelenggaraan kegiatan di pasar modal Syariah maka Bapepam sebagai regulator di pasar modal bersama dengan DSN–MUI berusaha
mempersiapkan infrastruktur dalam rangka pengembangan pasar modal termasuk di
131
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia-FH UII, 2007, Hlm. 223-224.
Universitas Sumatera Utara
103
dalamnya penerbitan fatwa tentang obligasi Syariah. Sesuai dengan Fatwa DSN–MUI tentang Obligasi Syariah No.32DSN-MUIIX2002 menyatakan:
“Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip Syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah
yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasilmarginfee serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo.”
Dalam fatwa tersebut dijelaskan pula hal-hal lain yang berkaitan dengan obligasi Syariah, yaitu berdasarkan dengan akad mudharabah dengan memperhatikan
isi fatwa DSN-MUI Nomor 07DSN-MUIIV2000 tentang pembiayaan mudharabah, dimana emiten bertindak sebagai mudharib pengelola serta pemegang obligasi
sebagai shahibul maal pemodal. Sedangkan syarat untuk dapat menerbitkan obligasi Syariah antara lain sebagai berikut:
132
1. Aktifitas utama core business yang halal, tidak bertentangan dengan substansi fatwa No.20DSN-MUIIV2001. Fatwa tersebut menjelaskan
bahwa kegiatan usaha yang bertentangan dengan Islam adalah: a usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang; b usaha lembaga keuangan konvesnsional ribawi, termasuk perbankan dan
asuransi konvensional; c usaha yang memproduksi dan mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman haram; dan d usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan barang-
barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat. 2. Peringkat Investment grade;
a Memiliki fundamental usaha yang kuat; b Memiliki fundamental keuangan yang kuat; dan
c Memiliki citra yang baik di mata publik. 3. Keuntungan tambahan jika masuk ke dalam kelompok Jakarta Islamic Index
JII.
132
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Op.cit., hlm. 243-244.
Universitas Sumatera Utara
104
Dari sisi pasar modal, maka dapat diuraikan bahwa penerbitan obligasi Syariah sesuai dengan berkembangnya institusi keuangan Islam yang membutuhkan
alternatif pendanaan investasi. yang menarik dalam penerbitan obligasi Syariah di indonesia adalah bahwa investor tidak hanya berasal dari institusi Islam saja tetapi
juga investor konvensional sebagaimana pada awal penerbitan obligasi Syariah di Indonesia yang dilakukan oleh PT. Indosat Tbk. sebagai emiten pertama yang
menerbitkan obligasi dengan akad mudharabah, yaitu obligasi Syariah indosat tahun 2002 dengan nilai penerbitan sebesar Rp. 175 Miliar. Hal ini semakin menjelaskan
kepada masyarakat bahwa produk Syariah yang bersumber dari hukum Islam dapat dinikmati siapapun dan digunakan siapapun, sesuai dengan falsafah Islam yang sudah
seharusnya memberi manfaat kepada seluruh alam semesta.
3. Surat Berharga Syariah Negara