Jenis dan sumber data Teknik pengumpulan data Dasar Hukum

31 dijadikan dasar atau pedoman dalam membentuk peraturan atau norma hukum Islam yang akan dipergunakan untuk melakukan perdagangan surat berharga di pasar modal. Atau dengan kata lain, penelitian ini prinsip dasar yang fundamental sebagai asas-asas hukum Islam yang akan dipergunakan untuk melakukan regulasi dalam kegiatan di Pasar Modal Syariah. Sehingga intrumen hukum yang berlaku dalam kegiatan di Pasar Modal Syariah sesuai dengan semangat dan jiwa hukum Islam yang tidak mengandung riba dan spekulasi.

2. Jenis dan sumber data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Bahan hukum primer yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari ketentuan hukum yang bersifat norma dasar atau peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan, yakni : 1. Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal; 3. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas berikut Peraturan Pemerintah pelaksana Undang-undang Perseroan Terbatas; 4. Peraturan yang diterbitkan oleh BAPEPAM; 5. Peraturan yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia khususnya yang berkaitan dengan hukum Islam; dan Universitas Sumatera Utara 32 6. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI mengenai ketentuan–ketentuan dalam pasar modal Syariah. Bahan hukum sekunder meliputi: 1. Buku-buku atau literatur yang dari para ahli hukum Islam dan hukum konvensional yang relevan dengan penelitian ini; 2. Tafsir Al Qur’an yang diterbitkan oleh Kementerian Agama RI; 3. Jurnal hukum tentang pasar modal, pasar investasi baik bidang hukum konvensional maupun hukum Islam; 4. Rancangan Undang-undang ataupun rancaangan peraturan yang berkaitan dengan pasar investasi finansial; Bahan hukum tertier terdiri dari kamus hukum Islam maupun kamus hukum umum dan kamus bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan library research, yaitu dengan meneliti sumber bacaan yang berhubungan dengan topik dalam penelitian ini seperti: peraturan perundang-undangan, buku-buku hukum, majalah, artikel, jurnal, tulisan-tulisan para pakar hukum, bahan kuliah, wawancarainterview dengan narasumber atau informan dan bahan-bahan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Universitas Sumatera Utara 33

4. Analisis data

Dalam melakukan analisis data dipergunakan analisis kualitatif. Artinya analisis atau penguraian data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk kalimat atau narasi yang mengungkapkan makna dari suatu prinsip - prinsip hukum Islam yang dijadikan dasar penelitian ini. Analisis kualitatif dilakukan setelah data sekunder di kumpul, kemudian disistimatisasi dan diklasifikasi sesuai dengan permasalahan yang telah ditetapkan. Kemudian data tersebut dianalisis dengan melakukan contens analysis. Artinya dari data yang telah disistimatisasi dan diklasifikasi tersebut dicari dan ditemukan makna yang terkandung didalamnya. Pencarian makna dari data yang ada dilakukan dengan menggunakan metode penafsiran. Metode penafsiran yang dipergunakan dalam menafsirkan data dalam penelitian ini adalah penafsiran autentik, gramatikal dan filosofis historis. Metode berfikir dalam penelitian ini dilakukan dengan cara berfikir deduktif ke induktif. Artinya berfikir dari hal-hal yang umum, yaitu berkaitan dengan nilai- nilai dasar dalam hukum Islam untuk diterapkan atau digunakan membentuk peraturan hukum yang lebih konkrit dan khusus mengatur suatu perbuatan tertentu dalam aktivitas kegiatan di Pasar Modal. Universitas Sumatera Utara 34

BAB II PERTIMBANGAN PEMBENTUKAN PASAR MODAL SYARIAH

DI INDONESIA

A. Perkembangan Pasar Modal Syariah

Pasar modal saat ini merupakan suatu realitas dan menjadi fenomena terkini yang hadir ditengah-tengah umat Islam, hampir seluruh negara-negara diseluruh penjuru dunia kini telah menggunakan pasar modal sebagai instrument penting ekonomi. Pasar modal telah menarik perhatian berbagai kalangan, baik itu investor maupun pengusaha yang terlibat di dalamnya, akan tetapi tentunya dengan segala konsekwensi material maupun spiritual yang tanpa disadari. 41 Dengan hadirnya ajaran agama Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW sekitar 15 lima belas abad yang lalu telah meletakkan dasar penerapan prinsip Syariah ke dalam industri keuangan, sebab dalam Islam dikenal kaidah muamalah, dimana merupakan aturan hukum atas hubungan antara manusia dan di dalamnya termasuk hubungan perdagangan dalam arti luas. Namun demikian, perkembangan penerapan prinsip Syariah mengalami masa surut selama kurun waktu yang relatif lama pada masa imperium negara-negara Eropa. Pada masa tersebut negara-negara di Timur Tengah serta negara-negara Islam lain hampir semuanya menjadi wilayah jajahan negara-negara Eropa. Dalam perkembangan selanjutnya, dengan banyaknya negara Islam yang terbebas dari 41 Burhanuddin S, Pasar Modal Syariah Tinjauan Hukum, Yogyakarta: UII Press, 2009, hlm. 1. 34 Universitas Sumatera Utara 35 penjajahan dan semakin terdidiknya generasi muda Islam, maka ajaran Islam mulai meraih masa kebangkitan kembali. Sekitar tahun 1960-an banyak cendekiawan muslim dari negara-negara Islam sudah mulai melakukan pengkajian ulang atas penerapan sistem hukum Eropa ke dalam industri keuangan dan sekaligus memperkenalkan penerapan prinsip Syariah Islam dalam industri keuangannya, termasuk pasar modal. 42 Pertama sekali lembaga keuangan yang concern dalam mengoperasionalkan portofolio Syariah di pasar modal adalah Amanah Income Fund yang berdiri pada Juni 1986 oleh para anggota The North American Islamic Trust yang berpusat di Indiana, Amerika Serikat, hingga kemudian wacana membangun pasar modal Syariah disambut dengan antusias oleh para pakar ekonomi muslim di kawasan Timur Tengah, Eropa dan Asia. Pasar modal Syariah tidak hanya berkembang di negara- negara yang mayoritas muslim, bahkan bursa efek dunia yaitu New York Stock Exchange meluncurkan produk yang bernama Dow Jones Islamic Market Index DJMI pada Februari 1999. Bahkan guna menjaga agar investasi aman dari hal-hal yang bertentangan dengan prinsip Syariah, maka dibentuklah Dewan Pengawas Syariah yang disebut Syariah Supervisory Board. 43 Guna merespons segala hal yang berhubungan dengan investasi Syariah sebagai akibat pesatnya perkembangan ekonomi Syariah di seluruh dunia, terlebih sebagai sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, maka Indonesia 42 Adrian Sutedi, Segi-segi Hukum Pasar Modal, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009, hlm. 57. 43 Abdul Manan, Op.cit., hlm. 78. Universitas Sumatera Utara 36 ikut serta membentuk Pasar Modal Syariah yang dimulai dengan diterbitkannya Reksadana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada tanggal 3 Juli 2000. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia dh Bursa Efek Jakarta berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index JII pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan dana nya secara Syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal di Bursa Efek Indonesia telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip Syariah. 44 Dilihat dari kenyataannya, walaupun sebagian besar penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam namun perkembangan pasar modal yang berbasis Syariah dapat dikatakan sangat tertinggal jauh terutama jika dibandingkan dengan Malaysia yang sudah bisa dikatakan telah menjadi pusat investasi berbasis Syariah di dunia, karena telah menerapkan beberapa instrumen keuangan Syariah untuk industri pasar modal nya. Kenyataan lain yang dihadapi oleh pasar modal Syariah Indonesia hingga saat ini adalah minimnya jumlah pemodal yang melakukan investasi, terutama jika dibandingkan dengan jumlah pemodal yang ada pada sektor perbankan. Padahal jika dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia misalnya, Indonesia terlihat begitu tertinggal jauh dalam mengembangkan kegiatan investasi Syariah di pasar modal. 44 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 117. Universitas Sumatera Utara 37 Malaysia yang pertama sekali mengembangkan kegiatan pasar modal Syariah sejak awal tahun 1990 dan saat ini terus mengalami kemajuan yang cukup pesat. 45 Tonggak awal pasar modal Syariah di Malayasia dimulai tahun 1960-an ketika saat itu pembiayaan ekuitas pertama dilakukan oleh tabungan Haji di Malaysia yang kemudian diikuti dengan pengenalan obligasi Syariah pertama oleh Shell-MDS pada tahun 1990. Selanjutnya Malaysia memperkuat pasar modal Syariah nya dengan mendirikan Komisi Sekuritas pada tahun 1993. 46 Pasar Modal Syariah di Malaysia terbentuk karena keberhasilan penerapan perbankan Syariah yang memicu investor untuk dapat berinvestasi sesuai dengan kaidah-kaidah investasi secara Islami. Hingga akhirnya pada tahun 1994 sebagai jawaban atas permintaan pasar tersebut, pemerintah Malaysia melalui Securities Commission Malaysia membentuk Islamic Capital Market Unit ICMU dan Islamic Instrument Study Group IISG. ICMU bertugas melakukan riset dan pengembangan produk pasar modal Syariah dan melakukan analisa terhadap semua efek yang tercatat di bursa-bursa Malaysia, disamping itu ICMU juga berfungsi sebagai tenaga riset dan sekretariat bagi SAC. 47 Dalam perkembangannya IISG kemudian berubah nama menjadi Syariah Advisory Council selanjutnya disebut SAC pada tahun 1996, yang bertugas 45 Ngapon, Semarak Pasar Modal Syariah, http:www.jurnalilmu.compdfartikel-tentang- dewan-pengawas-syariah.html, diakses tanggal 18 Juli 2011, pukul 19.20 WIB. 46 Nik Ruslin Nik Jaafar, Pembangunan Pasaran Saham Modal Islam di Malaysia: Peranan Suruhanjaya Securiti, Kuala Lumpur,1999, dalam Mohd Ma’sum Billah, Penerapan Pasar Modal Islam, terjemahan, Jakarta: Universitas Al Azhar Indonesia, 2009, hlm. 34. 47 Bapepam-LK, Studi Tentang Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Op.cit. Universitas Sumatera Utara 38 memberikan masukan kepada Securities Commission atas semua hal yang berhubungan dengan pengembangan pasar modal Syariah dan sebagai pusat referensi, disamping itu SAC juga melakukan pengkajian efek-efek konvensional yang sudah ada dari perspektif Syariah serta melakukan pengkajian dan pengembangan atas efek dan instrument pasar modal lainnya. Sebagai hasil dari pengkajian tersebut, SAC mengeluarkan daftar efek-efek yang telah sesuai dengan prinsip Syariah. 48 Adapun Index Syariah diluncurkan pertama kali oleh Kuala Lumpur Stock Exchange pada tahun 1999. Index Syariah dimaksud berfungsi untuk melihat kinerja saham-saham Syariah yang tercatat pada papan utama. Sedangkan Obligasi Syariah di Malaysia dibentuk dan direstrukturisasi berdasarkan kontrak-kontrak yang bernuansa islami. 49 Salah satu kejayaan Malaysia yang membuat Indonesia tidak berarti dalam pergulatan pasar modal dunia adalah penerbitan obligasi berbasis Syariah atau yang lebih akrab dikenal dengan sukuk. Berdasarkan informasi yang dimuat dalam IOSCO Report of The Islamic Capital Market Task Force of The International Organization of Securities Commissions, bond sukuk Syariah yang pertama kali diterbitkan dan cukup sukses adalah obligasi Syariah yang diterbitkan oleh Pemerintah Malaysia pada tahun 1993, yaitu the Government Investment Issue GII. 50 Penerbitan sukuk dalam mata uang ringgit di pasar domestik Malaysia telah mendominasi seluruh penerbitan sukuk di dunia selama kurun waktu 2002 sampai 2005. Pada tahun 2007, sebanyak 76 persen dari obligasi yang diterbitkan Pemerintah 48 Ibid. 49 Ibid. 50 Ibid. Universitas Sumatera Utara 39 Malaysia adalah berbentuk sukuk. Adapun Pemerintah Indonesia baru menerbitkan sukuk dua kali, yakni pada Agustus 2008 dan Februari 2009. Dua seri sukuk pemerintah yang terbit pada Agustus 2008 diserap pasar senilai Rp 4,699 triliun dan masuk ke APBN 2008. Adapun pada penerbitan sukuk ritel Februari 2009 senilai Rp 5,556 triliun, dan kemudian digunakan untuk membiayai defisit APBN 2009. Bandingkan dengan Malaysia yang sukses menerbitkan sukuk pada denominasi ringgit senilai 39,548 miliar dollar AS antara tahun 2002 dan Oktober 2008. Ini belum termasuk sukuk yang diterbitkan dalam denominasi dollar AS. 51 Sigit Pramono dan A Aziz Setiawan, peneliti dari Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI, dalam sebuah artikelnya menyebutkan: 52 potensi besar penerbitan obligasi Syariah internasional, baik oleh perusahaan maupun pemerintah, belum dimanfaatkan secara maksimal oleh Indonesia, termasuk badan usaha milik negara BUMN. Padahal, instrumen ini sudah lama dimanfaatkan oleh banyak negara. Catatan Departemen Keuangan yang menunjukkan, penerbitan sukuk internasional terus meningkat. Pada tahun 2002, penerbitan sukuk masih 4,9 miliar dollar AS. Jumlah itu meningkat berlipat kali pada tahun 2007 menjadi lebih dari 30,8 miliar dollar AS. Jumlah ini makin meningkat pada 2008 yang mencapai 84,1 miliar dollar AS. Sementara, Indonesia belum sekalipun memasuki pasar sukuk internasional. Kesuksesan Malaysia dalam menerbitkan instrumen obligasi yang menerapkan prinsip Syariah tersebut mendorong beberapa negara Islam lain untuk menerbitkan instrumen serupa, seperti the Central Bank of Kuwait yang menerbitkan obligasi Syariah untuk mendanai pembelian aset-aset yang dikelola oleh negara selain 51 Komunitas UG, http:pasarmodal.blog.gunadarma.ac.id20100416mengejar- ketertinggalan-malaysia, diakses tanggal 28 Juli 2011, pukul 16.00 WIB. 52 Ibid. Universitas Sumatera Utara 40 Gulf Co-operation Council states serta Iran yang menerbitkan instrumen obligasi yang berbasiskan mudharabah. 53 Indonesia pun melihat peluang tersebut, sebagaimana Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN- MUI mengeluarkan fatwa yang berkaitan langsung dengan pasar modal, yaitu Fatwa Nomor 20DSN-MUIIV2001 tentang Pedoman Pelaksanan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. Selanjutnya, instrumen investasi Syariah di pasar modal Indonesia terus bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002. Instrumen ini merupakan Obligasi Syariah pertama dan akad yang digunakan adalah akad mudharabah. 54 Merujuk kepada Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 32DSN-MUIIX2002, Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip Syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil margin fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Sebagai tindak lanjut atas fatwa di atas, pada Oktober 2002 PT. Indosat Tbk telah mengeluarkan obligasi Syariah yang pertama kali di pasar modal Indonesia 53 Bapepam-LK, Studi Tentang Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Op.cit. 54 Bapepam-LK, Kajian Pasar Sekunder Efek Syariah Di Pasar Modal Indonesia, http:bapepam.go.idsyariahpublikasirisetindex.html, diakses tanggal 21 Maret 2011, pukul 14.52 WIB. Universitas Sumatera Utara 41 dengan tingkat imbal hasil 16,75 , suatu tingkat imbal hasil return yang cukup tinggi dibanding rata-rata return obligasi dengan prinsip ribakonvensional. 55 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Karim Business Consulting tahun 2003, mayoritas saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta BEJ terdiri dari 333 saham emiten yang tercatat, diantaranya 236 saham sesuai dengan prinsip Syariah dan layak untuk ditransaksikan dalam pasar modal Syariah. Kesesuaian dalam prinsip tersebut didasarkan kepada produk yang dihasilkan emiten dan transaksi sahamnya di BEJ. Sedangkan sisanya 59 saham tergolong haram atau tidak sesuai dengan prinsip Syariah, seperti saham perbankan, consumer product minuman keras dan rokok. Sisanya 34 saham tergolong subhat seperti saham industri perhotelan dan 4 saham mudharat. 56 Hal lain yang kurang menggembirakan terlihat jelas bahwa, jika dibandingkan dengan negara Malaysia, maka Indonesia sangat terlihat tertinggal jauh dalam mengembangkan kegiatan investasi Syariah di pasar modal. Sebagaimana terlihat dalam pembentukannya, yakni Malaysia mengembangkan kegiatan pasar modal Syariahnya sejak awal tahun 1990 dan sejak saat itu terus mengalami kemajuan yang cukup pesat, sedangkan indonesia yang juga merupakan negara dengan jumlah penduduk mayoritas Islam terbesar di dunia baru mengembangkan kegiatan investasi Syariah di pasar modalnya pada awal tahun 2000. 55 Bapepam-LK, Studi Tentang Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Op.cit. 56 Ibid. Universitas Sumatera Utara 42

1. Dasar Hukum

Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal selanjutnya disebut UUPM pada pasal 1 butir 13 menyatakan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sedangkan pengertian efek dalam UUPM terdapat pada pasal 1 butir 5 yang menyebutkan efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyetoran kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek. UUPM tidak menyebutkan mengenai definisi dan perbedaan dari pasar modal Syariah disebabkan pasar modal Syariah hadir di Indonesia setelah 16 tahun diterbitkannya UUPM yang mengatur mengenai segala hal yang berkaitan dengan pasar modal konvensional di Indonesia. Dasar hukum yang menjadi acuan dalam pelaksanaan pasar modal Syariah di indonesia adalah fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia selanjutnya disebut DSN- MUI serta regulasi yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK, hal ini dilakukan guna menghindari terjadinya kerancuan dalam pelaksanaan pasar modal Syariah di Indonesia. Pembentukan pasar modal Syariah dapat ditelusuri dari perkembangan pengaturan pasar modal Syariah tersebut. Perkembangan tersebut dimulai dari MoU Universitas Sumatera Utara 43 Memorandum of Understanding antara Bapepam dan DSN-MUI pada tanggal 14 Maret 2003. MoU menunjukkan adanya kesepahaman antara Bapepam dan DSN- MUI untuk mengembangkan pasar modal berbasis Syariah di Indonesia. 57 Selanjutnya hal ini dapat dilihat dari fatwa-fatwa DSN-MUI yang menjadi acuan pada pasar modal Syariah mulai dari tahun 2000 sampai dengan 2011, yaitu sebagai berikut: 1. No.05DSN-MUIIV2000 tentang Jual Beli Salam; 2. No.20DSN-MUIIX2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah; 3. No.32DSN-MUIIX2002 tentang Obligasi Syariah; 4. No.33DSN-MUIIX2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah; 5. No.40DSN-MUIIX2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal; 6. No.41DSN-MUIIII2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah; 7. No.80DSN-MUIIII2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah Dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas Di Pasar Reguler Bursa Efek. Fatwa Nomor.80DSN-MUIIII2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah Dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas Di Pasar Reguler Bursa Efek disahkan DSN-MUI pada tanggal 8 Maret 2011 silam tetapi baru disampaikan ke publik bersamaan dengan peluncurannya Indeks Saham Syariah Indonesia ISSI. Indonesia kini memiliki dua pilihan indeks Syariah yaitu Jakarta Islamic Indeks dan 57 Bapepam-LK, Kajian Pasar Sekunder Efek Syariah Di Pasar Modal Indonesia, Op.cit. Universitas Sumatera Utara 44 Indeks Saham Syariah Indonesia ISSI yang akan semakin menggairahkan pasar modal Syariah di Indonesia, sebab akan lebih banyak pilihan investasi terhadap investor yang ingin menanamkan modalnya pada transaksi di pasar modal Syariah. Seiring dengan dikeluarkannya fatwa-fatwa DSN-MUI yang mengatur mengenai pasar modal Syariah, maka Bapepam sebgai pihak regulator dalam pasar modal di Indonesia juga mengeluarkan beberapa peraturan-peraturan yang menjadikan fatwa DSN-MUI sebagai landasan untuk menetapkan regulasi terkait pasar modal di Indonesia. Penerbitan peraturan-peraturan tersebut dimulai Pada tanggal 23 November 2006, Bapepam-LK menerbitkan paket Peraturan Bapepam-LK terkait Pasar Modal Syariah. Paket peraturan tersebut yaitu Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal. Selanjutnya, pada tanggal 31 Agustus 2007 Bapepam-LK menerbitkan Peraturan Bapepam-LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah dan diikuti dengan peluncuran Daftar Efek Syariah pertama kali oleh Bapepam-LK pada tanggal 12 September 2007. Pada tanggal 30 Juni 2009. Kemudian Bapepam-LK telah melakukan penyempurnaan terhadap Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, sehingga peraturan Bapepam-LK Nomor: IX.A13 tanggal 23 Nopember 2006 tentang Penerbitan Efek Syariah dan Universitas Sumatera Utara 45 peraturan Bapepam-LK tanggal 31 Agustus 2007 Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Selanjutnya diikuti dengan Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-523BL2010 tanggal 29 November 2010 tentang Daftar Efek Syariah berserta penambahannya dalam Keputusan Bapepam-LK Nomor: Kep-557BL2010 tanggal 30 Desember 2010 tentang Daftar Efek Syariah. Terakhir Bapepam-LK pada tanggal 31 Mei 2011 menerbitkan peraturan Bapepam-LK Nomor:Kep-261Bl2011 Tentang Daftar Efek Syariah menggantikan peraturan Bapepam-LK Nomor:Kep-523BL2010 tanggal 29 November 2010 tentang Daftar Efek Syariah serta penambahannya dalam Bapepam- LK Nomor:Kep-557BL2010 tanggal 30 Desember 2010. 58 Perkembangan pasar modal Syariah mencapai tonggak sejarah baru dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara SBSN pada tanggal 7 Mei 2008. Undang-undang ini diperlukan sebagai landasan hukum untuk penerbitan Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara, dimana tanggal 26 Agustus 2008 untuk pertama kalinya Pemerintah Indonesia menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara SBSN.

2. Struktur Pasar Modal Syariah