Saham Analisis Hukum Prinsip-Prinsip Syariah Dalam Pasar Modal Syariah Di Indonesia

95 tidak menurut Syariah, perlu diketahui kegiatan-kegiatan investasi di pasar modal terkait transaksi jual beli Efek. 120

1. Saham

Saham merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh suatu perusahaan sebagai suatu alat untuk meningkatkan modal jangka panjang. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar dapat menghimpun dana yang diperlukan bagi pembelanjaan perusahaan, memberikan peluang partisipasi yang lebih luas dalam pengawasan serta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta mengelola dan mengembangkan perusahaan, 121 dimana para pembeli saham membayarkan uang mereka pada perusahaan dan mereka menerima sebuah sertifikat saham sebagai tanda bukti kepemilikan atas saham-saham serta kepemilikan mereka dicatat dalam daftar saham perusahaan. Para pemegang saham dari sebuah perusahaan merupakan pemilik-pemilik yang disahkan secara hukum dan berhak untuk mendapat bagian dari laba yang diperoleh oleh perusahaan dalam bentuk dividen. Pengertian saham dalam bahasa belanda disebut “aandeel”, Inggris menyebutnya dengan “share”, dalam bahasa Jerman disebut dengan “aktie”, sedangkan dalam bahasa Perancis disebut “action”. Semua istilah ini merupakan arti surat berharga yang mencantumkan saham di dalamnya sebagai tanda bukti kepemilikan sebagian dari modal perseroan. Sedangkan di Indonesia diatur dalam 120 Bapepam-LK, Kajian Pasar Sekunder Efek Syariah Di Pasar Modal Indonesia, Op.cit. 121 Sumantoro, Pengantar Tentang Pasar Modal di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990, hlm. 11. Universitas Sumatera Utara 96 pasal 40, 41, 42, 43 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD, dimana pemegang saham mempunyai hak untuk menuntut dividen dan hak-hak lain yang diberikan oleh anggaran dasar perseroan. Salah satu produk yang dijual di pasar modal atan bursa efek adalah saham. Saham tidak mempunya waktu jatuh tempo seperti obligasi, sehingga sekuritas saham sangat berisiko. 122 Wujud saham merupakan selembar kertas yang menerangkan siapa pemiliknya. Akan tetapi, dalam perdagangan transaksi pasar modal saat ini sistem tanpa warkat sudah dilakukan di bursa efek, dimana bentuk kepemilikan sudah tidak lagi berupa lemabaran saham yang diberi nama pemiliknya akan tetapi berupa account atas nama pemilik atau saham tanpa warkat. Cara tersebut membuat penyelesaian transaksi semakin cepat tanpa melalui prosedur yang rumit dan menyulitkan. 123 Saham dikenal memiliki karakteristik high risk high return. Hal ini dikarenakan walaupun investor mengeluarkan dana nya untuk membeli saham namun peluang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi itu terbuka lebar, akan tetapi para investor juga harus siap menangung resiko yang sebanding dikarenakan fluktuasi harga saham. Keuntungan yang diperoleh oleh investor dari kepemilikan saham mereka secara umum dapat terbagi dua, yaitu 124 : a. Dividen, yaitu pembagian keuntungan berdasarkan jumlah kepemilikan saham terhadap perusahaan emiten yang telah berhasil menjalankan usahanya. 122 Jonni Manurung dan Adler Haymans Manurung, Ekonomi Keuangan Kebijakan Moneter, Jakarta: Salemba Empat, 2009, hlm. 81. 123 Abdul manan, Op.cit., hlm 94. 124 Burhanuddin S, Op.cit., hlm. 49-50. Universitas Sumatera Utara 97 Biasanya dividen dibagikan setelah adanya persetujuan pemegang saham dan dilakukan setahun sekali. namun agar investor berhak medapatkan dividen, maka dalam kepimilikan saham harus berlangsung hingga kurun waktu tertentu selama proses pendanaan dibutuhkan. Dividen yang diberikan perusahaan dapat berupa dividen tunai berupa uang atau dividen saham dimana para pemegangnya mendapatkan saham tambahan sesuai jumlah kepemilikan sebelumnya. b. Capital gain, yaitu hasil selisih antara harga beli dan harga jual saham pada saat transaksi. Capital gain terbentuk karena aktifitas perdagangan di pasar sekunder yang keberadaannya sangat diperngaruhi oleh tingkat permintaan dan penawaran supplay and demand. dengan demikian, nilai saham yang di hitung berdasarkan asset perusahaan belum tentu berpengaruh terhadap harga saham di pasar modal. Sedangkan tingkat permintaan dan penawaran itu sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti spekulasi, sentiment pasar, potensi perusahaan di masa depan, peraturan regulasi pemerintah dan pemegang kendali perusahaan. Namun selain keuntungan yang diperoleh melalui dividen dan capital gain, para pemegang saham juga harus menyiapkan diri untuk menghadapi resiko capital loss yang merupakan kebalikan dari capital gain serta resiko likuiditas. yaitu jika perusahaan yang sahamnya dimiliki tersebut dinyatakan bangkrut oleh pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan, maka hak klaim dari para pemegang saham menjadi prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi yaitu dari hasil penjualan kekayaan perusahaan 125 . Dalam praktik pada pasar modal pada umumnya saham yang diterbitkan oleh perusahaan emiten yang melakukan penawaran umum Initial Public OfferingIPO terdiri dari dua macam. Pertama saham biasa ordinary shares dan kedua saham istimewa preferences shares. perbedaan ini terlihat pada hak-hak yang melekat pada saham tersebut. 125 Andri Soemitra, Op.cit., hlm. 137. Universitas Sumatera Utara 98 Pada pemegang saham biasa, selalu menempatkan pemiliknya paling terakhir terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kepemilikan aktiva apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, pemilik saham tidak akan memperoleh pembayaran dividen selama perusahaan tersebut tidak memperoleh laba. Sedangkan hak pemegang saham istimewa memiliki hak prioritas dalam hal pembagian dividen meskipun tidak mempunyai hak suara dalam RUPS, mendapatkan hak utama atas aktiva perusahaan apabila terjadi likuidasi, berhak mendapat pengasilan tetap melalui sistem bunga riba serta saham istimewa yang diterbitkan berjangka waktu tidak terbatas meskipun dengan syarat bahwa perusahaan mempunyai kak untuk membeli saham tersebut dengan harga tertentu. Berdasarkan hak yang melekat pada saham konvensional tersebut, para ahli fiqh kontemporer menetapkan bahwa kepemilikan saham biasa hukumnya boleh. Sedangkan saham istimewa dipandang tidak sesuai dengan prinsip Syariah, dikarenakan adanya pendapatan bersifat tetap pre determined revenue yang merupakan kategori riba dan perlakuan istimewa preference sangat bertentangan dengan prinsip keadilan. 126 Dalam pasar modal Syariah pada dasarnya tidak mengenal pembedaan saham baik saham biasa maupun saham istimewa sebagaimana yang dikenal pada pasar modal konvensional, hal ini dikarenakan pembedaan tersebut tidak memiliki landasan yang kuat dalam tinjauan Syariah. Dalam prinsip Syariah, saham dapat diperjual-belikan sebagaimana layaknya barang. Sebagaimana rekomendasi para ulama kontemporer, diantaranya Abu Zahrah, 126 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Op.cit., hlm. 230-231. Universitas Sumatera Utara 99 Abdurrahman Hasan, dan Khalaf yang dituangkan Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Fiqhu Zakah halaman 527 bahwa jual beli saham dibolehkan secara Syariah dan hukum positif yang berlaku. Aturan dan norma jual beli saham tetap mengacu pedoman jual beli pada umunya, dimana terpenuhinya rukun, syarat, aspek, ‘an- taradhin, serta terhindar dari unsur maysir, gharar, riba, haram, dhulm, gisy, dan najasy. Hal ini pula yang menyebabkan praktik fordward contract, short selling, option, insider trading, dan “penggorengan saham” menjadi transaksi yang dilarang di dalam pasar modal Syariah. 127 Landasan tentang jual beli saham pun semakin diperkuat dengan adanya fatwa Dewan Syariah Nasional Saudi Arabia Jilid 13 bab jual beli JH9 halaman 320-32 Fatwa Nomor 4016 dan 5149 tentang hukum jual beli saham dan juga fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI No.40DSN-MUI2003 yang telah memutuskan diperbolehkannya jual beli saham berdasarkan prinsip Syariah serta hasil pertemuan lembaga Pengkajian Fiqih yang mengikuti Rabithah al-alam al- Islami pertemuan ketujuh pada tahun 1404 H di Mekkah al-Mukarramah yang telah menetapkan hukum masing-masing transaksi di pasar modal Syariah 128 . Di Indonesia, prinsip penyertaan modal secara Syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham Syariah maupun saham non Syariah, melainkan diwujudkan melalui pembentukan index saham yang memenuhi prinsip-prinsip Syariah, yaitu Daftar Efek Syariah. Pada Bursa Efek Indonesia saat ini terdapat dua Index Saham 127 Ibid.,hlm. 225. 128 Ibid. Universitas Sumatera Utara 100 yang memenuhi prinsip-prinsip Syariah, yakni Jakarta Islamic Index JII serta Indeks Saham Syariah Indonesia ISSI. Sebagaimana perkembangannya dapat dilihat melalui statistik perkembangan saham Syariah dari tahun 2007 sampai dengan periode pertama tahun 2011 tersebut dibawah ini: Gambar.1 Statistik Perkembangan Saham Syariah per Juni 2011, DES yang berlaku adalah DES periode 1 tahun 2011 yang berjumlah 228 saham. Dari 228 saham Syariah tersebut, 225 saham diperoleh dari hasil penelaahan DES periodik per tanggal 31 Mei 2011 dan 3 saham diperoleh dari hasil penelaahan DES insidentil bersamaan dengan efektifnya pernyataan pendaftaran Emiten yang melakukan penawaran umum perdana. Sumber : Bapepam.go.id

2. Obligasi Sukuk