51
harga saham dari emiten yang sudah dikategorikan sesuai Syariah, sedangkan pasar modal Syariah merupakan institusi pasar modal yang harus diterapkan berdasarkan
“prinsip-prinsip Syariah”.
66
Oleh sebab itu, perbedaan instrument serta indeks dan mekanisme antara pasar modal Syariah dan konvensional dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Instrumen
Pada pasar modal konvensional instrument yang diperdagangkan meliputi saham stock, obligasi bond, berbagai instrument derivatif seperti opsi option,
waran warran, right, dan reksadana mutual fund. Dalam pasar modal Syariah, instrumen yang diperdagangkan adalah saham Syariah, obligasi Syariah dan
reksadana Syariah, sedangkan opsi, waran dan right tidak termasuk instrumen yang dibolehkan.
Opsi option merupakan produk turunan derivatif dari efek saham dan obligasi. Robert Angg 1997 sebagaimana dikutip Anoraga dan Pakarti
mendefinisikan opsi sebagai produk efek yang akan memberikan hak kepada pemegangnya pembeli untuk membeli atau menjual sejumlah tertentu dari aset
finansial tertentu, pada harga tertentu, dan dalam jangka waktu tertentu.
67
Right adalah penerbitan surat hak kepada pemegang saham lama perusahaan publik untuk
membeli saham baru yang hendak diterbitkan, dengan right pemegang saham lama berhak didahulukan untuk membeli saham baru yang akan dikeluarkan emiten pada
66
Perbedaan Pasar
Modal Syariah
Dengan Konvensional,
http:sebelasduabelas.blogdetik.com, diakses tanggal 31 Juli 2011, pukul 02.08 WIB.
67
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
52
proporsi dan harga tertentu. Warran merupakan suatu opsi untuk membeli turunan dari saham biasa dengan waktu tertentu dan harga tertentu.
68
Opsi, right dan warran yang merupakan produk turunan dari saham dan obligasi tidak boleh diperdagangkan dalam instrument pasar modal Syariah
dikarenakan perdagangan ketiga nya tidak menjadikan sekuritas sebagai objek perdagangan. Oleh sebab itu berdasarkan karakteristik yang melekat kepada
ketiganya, maka dalam Islam hukum nya haram untuk diperdagangkan. Sebab, syarat dan rukun jual beli tidak terpenuhi sehingga dapat menjurus pada perdagangan yang
taghrir, gharar dan maysir perjudian.
69
2. Indeks Saham
Indeks harga saham merupakan indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham yang berfungsi menggambarkan pasar pada suatu kondisi tertentu,
apakah pasar sedang aktif ataupun lesu. Dengan indeks maka dapat diketahui pergerakan harga saham apakah sedang mengalami kenaikan, stabil atau penurunan.
Dikarenakan harga saham selalu bergerak bahkan dalam hitungan detik, maka nilai indeks pun akan terus naik turun seiring dengan perubahan waktu. Hal ini yang
menyebabkan sehingga pergerakan indeks menjadi faktor penting bagi investor dalam
68
M Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004, hlm. 203-204.
69
Muhamad Nafik HR, Bursa Efek dan Investasi Syariah, Jakarta: PT.Serambi Ilmu Semesta, 2009, hlm. 225.
Universitas Sumatera Utara
53
menentukan apakah akan menjual, menahan, atau membeli saham dalam jumlah tertentu.
70
Indeks saham Syariah di Indonesia pertama sekali diluncurkan oleh PT Bursa Efek Jakarta BEJ bekerjasama dengan PT Danareksa Invesment Management
DIM dengan nama Jakarta Islamic Index JII. Adapun tujuan diadakannya indeks Syariah sebagaimana dalam Jakarta Islamic Index yang melibatkan 30 saham terpilih,
yaitu sebagai tolak ukur benchmark untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham yang berbasis Syariah dan diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan para
investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuitas secara Syariah.
71
Indeks syariah selanjutnya yang baru saja diluncurkan Mei 2011 adalah Indeks Saham
Syariah Indonesia Indonesia Sharia Stock Index ISSI Indeks Saham Syariah Indonesia ISSI sebagaimana disampaikan oleh Kanny
Hidayah merupakan indeks yang mirip dengan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG, akan tetapi saham yang bergabung dalam daftar perhitungan Indeks Saham
Syariah Indonesia adalah saham-saham yang berbasis Syariah yang telah sesuai dengan kaidah-kaidah saham Syariah, tercatat 214 saham yang diperdagangkan pada
Indeks Saham Syariah ISSI saat ini.
72
Adapun kaidah-kaidah saham yang masuk Daftar Efek Syariah meliputi core bisnis emiten yang harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Misalnya, Astra
70
Burhanuddin S, Op.cit., hlm. 49-50.
71
M Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op.cit., hlm. 17.
72
Wawancara dengan Bapak Kanny Hidaya Y, SE, MA, Wakil Sekretaris Badan Pelaksana HarianBPH DSN-MUI, tanggal 11 Juni 2011.
Universitas Sumatera Utara
54
International, Tbk yang bergerak di bidang otomotif. Perdagangan yang dilakukan Astra Tbk tidak bertentangan dengan prinsip Syariah sehingga dapat diperdagangkan
di Jakarta Islamic Index dan Indonesia Sharia Stock Index. Atau misalnya saham PT. Multi Bintang, Tbk yang bergerak dalam memproduksi minuman beralkohol,
dikarenakan bertentangan dengan prinsip syariah yang melanggar kaidah-kaidah saham dalam Daftar Efek Syariah
maka tidak dapat diperdagangkan di Jakarta Islamic Index serta Indonesia Sharia Stock Index. Core bisnis yang kedua adalah
salinan terhadap rasio keuangan dengan menggunakan rasio hutang terhadap modal. Karena jika perusahaan lebih banyak memiliki hutang ketimbang modal dan
hutangnya kebanyakan mengandung ribawi serta perusahaan-perusahaan yang pendapatan non halalnya lebih dari 10 persen maka investor dalam pasar modal
syariah tidak boleh menginvestasikan modalnya kepada perusahaan-perusahaan tersebut.
73
Dalam syariah konsepnya adalah Al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad. ketentuan mengenai 10 persen adalah merupakan ijtihad yang diambil para ulama dengan
berdasarkan pendapat Imam Syafi’i yang menyatakan bahwa yang haram itu tidak boleh mayoritas. Hal ini yang kemudian dijadikan dasar oleh DSN-MUI dalam
menetapkan ketentuan mengenai emiten yang dapat dimasukkan dalam Daftar Efek Syariah.
74
73
Ibid.
74
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
55
Melalui indeks Syariah diharapkan investor lebih mendapatkan transparansi terhadap laporan keuangan yang disumbangkan oleh para praktisi serta pemenuhan
ketentuan Syariah sebagai hasil dari wujud serta peran Dewan Syariah Nasional serta accountability dari bursa efek Indonesia yang melakukan monitoring.
75
Perbedaan mendasar antara indeks konvensional dengan indeks Syariah adalah indeks konvensional memasukkan seluruh saham yang tercatat di bursa
dengan mengabaikan aspek halal haram, yang penting saham emiten yang terdaftar listing sudah sesuai aturan yang berlaku legal. Akibatnya bukanlah suatu
persoalan jika ada emiten yang menjual sahamnya di bursa dengan usaha yang bergerak di sektor yang bertentangan dengan prinsip Syariah atau yang memiliki sifat
merusak kehidupan masyarakat. Misalnya pada awal tahun 2003, di Australia ada usaha rumah bordir pelacuran yang masuk ke dalam bursa efek di Australia.
76
DSN-MUI sebagai pihak yang mengeluarkan ketentuan hukum dalam membuat kriteria saham Syariah di Indonesia, menyatakan bahwa emiten ataupun
perusahan pubik yang menerbitkan efek Syariah adalah perusahaan yang tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah. Adapun emiten yang tidak boleh
dimasukkan ke dalam perhitungan Indeks pasar modal Syariah yaitu perusahaan yang kegiatan usahanya meliputi:
77
75
Andri Soemitra, Op.cit., hlm. 130.
76
Perbedaan Pasar Modal Syariah Dengan Konvensional, Op.cit.
77
Pasal 3 ayat 2 Fatwa DSN-MUI Nomor 40DSN-MUIX2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.
Universitas Sumatera Utara
56
1. perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang;
2. lembaga keuangan konvensional ribawi, termasuk perbankan dan asuransi konvensional;
3. produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang haram; 4. produsen, distributor, danatau penyedia barang-barang ataupun jasa yang
merusak moral dan bersifat mudarat; 5. melakukan investasi pada Emiten perusahaan yang pada saat transaksi
tingkat nisbah hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya;
Dari kriteria emiten yang dikeluarkan oleh fatwa DSN-MUI tersebut diatas, maka dapat disimpulkan perbedaan antara indeks Syariah dan indeks konvensional.
Yaitu, indeks Syariah berdasarkan kepada saham-saham yang digolongkan memenuhi kriteria-kriteria Syariah sedangkan indeks konvensional memasukkan semua saham
yang terdaftar dalam bursa efek tersebut.
3. Mekanisme Transaksi