1971 – 1976 Pasca Revolusi Kebudayaan POLITIK LUAR NEGERI CINA 1949 – 1976

5. 1971 – 1976 Pasca Revolusi Kebudayaan

Berakhirnya revolusi kebudayaan, menghasilkan peningkatan pengaruh dan otoritas Mao di dalam negeri, dimana Mao telah berhasil menyingkirkan para penentangnya yang berpuncak pada kematian Lin Piao – pada kongres Partai Komunis Cina April 1969 Lin Piao dinobatkan sebagai Wakil Ketua Partai Komunis Cina dan ahli waris Mao Tse Tung – akibat kecelakaan pesawat pada saat pelariannya setelah gagal melakukan kudeta. Kemudian kondisi ini juga menghasilkan perdebatan di dalam negeri tentang siapa yang akan menggantikan posisi Mao nantinya, serta tentang usaha-usaha RRC untuk memodernisasi dan pembangunan kembali setelah kerusakan yang disebabkan Revolusi Kebudayaan. Kondisi-kondisi dalam negeri ini kemudian menentukan pandangan politik luar negeri RRC menyangkut apa yang harus dilakukan untuk menciptakan suatu keamanan lingkungan internasional dalam rangka mencapai tujuan-tujuan dalam negeri dan politik luar negeri yang independen. 32 Setelah didahului pembicaraan pada bulan Oktober 1969 hubungan baik RRC – Amerika Serikat berlanjut. Pada awal 1970 Presiden Nixon menyatakan kehendaknya untuk menarik tentara Amerika di Vietnam disusul dengan pernyataan bahwa “ masalah-masalah besar Asia tidak akan dapat diselesaikan Pada periode ini perhatian utama RRC adalah untuk mengakhiri keterpencilannya sebagai akibat dari kebijakan luar negerinya pada masa Revolusi Kebudayaan dan sebagai respon terhadap perubahan keseimbangan kekuatan dimana terjadi peningkatan ancaman dari Uni Soviet sementara pengaruh Amerika Serikat semakin berkurang. 32 Ibid, hal. 43 Universitas Sumatera Utara tanpa mengikutsertakan RRC”. 33 Empat bulan kemudian pada 1 Februari 1972, sebagaimana yang telah direncanakan, Presiden Richard Nixon berkunjung ke RRC. Kunjungan pemimpin tertinggi pemerintah Amerika Serikat yang pertama kali ini, menghasilkan persetujuan bersama antara kedua negara yang tertuang dalam Komunike Shanghai 1972. Yang isi pokoknya adalah pengakuan Amerika Serikat atas RRC sebagai sebuah negara besar di dunia dan pengakuan tentang perlunya eksistensi RRC dalam percaturan politik global. Setahun kemudian, setelah didahului oleh diplomasi kebudayaan, olahraga dan berbagai pendekatan, Menteri Luar Negeri Henry Kisinger berkunjung ke Beijing Juli 1871. Kunjungan tersebut menghasilkan rencana kunjungan Presiden Nixon ke RRC. Perkembangan pendekatan RRC – Amerika Serikat yang demikian cepat tersebut membawa pengaruh kepada Sidang Umum PBB pada bulan Oktober 1971, dimana dalam sidang tersebut RRC diakui oleh PBB sebagai negara yang sah berkuasa di Cina sehingga diberi hak untuk menjadi anggotanya. Sebaliknya maka Pemerintah Nasionalis Cina di Taiwan menjadi batal keanggotaanya. Bahkan RRC yang sebelumnya telah dicap oleh PBB sebagai aggressor, secara mendadak menjadi negara pemegang Hak Veto di PBB. 34 33 Sukisman, op. cit, hal. 109 34 Michael B. Yahuda, China Role in World affairs, New York, St. Martin Press, 1978, hal. 212 Dan juga kedua negara mengeluarkan pernyataan sikap, bahwa kedua belah pihak sepakat untuk tidak mencari suatu hegemoni di wilayah pasifik dan akan menentang setiap negara atau kelompok manapun yang berusaha menanamkan hegemoni. Siaran televise Amerika Serikat yang meliput peristiwa tersebut menunjukkan cara berbicara Mao Tse Tung yang Universitas Sumatera Utara terputus-putus, dan gerak tangannya yang tersendat-sendat, menjadi pertanda bahwa Pemimpin RRC itu telah lapuk dimakan usia. 35 Sebagai tindak lanjut dari kunjungan Richard Nixon tersebut, RRC memulihkan hubungan dagangnya dengan negara-negara Eropa Barat dan Jepang. Pada tanggal 25 September 1972 Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka berkunjung ke Beijing, dimana pada kesempatan ini, Tanaka menyampaikan permintaan maaf pemerintah Jepang kepada rakyat RRC atas kekejaman tentara Jepang semasa Perang Cina-Jepang, yang disambut oleh Perdana Menteri Zhou En Lai dengan membatalkan tuntutan RRC atas perampasan perang terhadap Jepang. 36 Pada tanggal 24 sampai 28 Agustus 1973 diadakan Kongres Partai Komunis Cina X, dalam kesempatan ini Zhou En Lai mengatakan bahwa, dunia international sedang mengalami kekacauan, Uni Soviet dan Amerika Serikat saling berebut hegemoni, sedangkan rakyat-rakyat dari dunia berkembang justru menjelang masa kebangkitan. Uni Soviet dinilai merosot derajatnya dalam jangka waktu dua dasawarsa terakhir, yaitu dari negara sosialis menjadi negara revisionis, bahkan menjadi negara imprealis sosial. Selanjutnya kedua belah pihak mencapai persetujuan yang pada pokoknya menjalin hubungan diplomatik antara RRC dan Jepang serta pengakuan Jepang bahwa Taiwan merupakan wilayah yang tak terpisahkan dari RRC. Perjanjian ini segera diikuti dengan pemutusan hubungan diplomatik oleh Taiwan terhadap Jepang April 1974. 37 35 Sukisman, op. cit, hal. 110 36 Partogi, op.cit, hal. 111 37 Sukisman, op. cit, hal. 113 Sikap Uni Soviet mencirikan sikap campur tangan dalam urusan negara lain, seperti penyerbuan tentara Uni Soviet ke Universitas Sumatera Utara Chekoslovakia, dan pengerahan tentaranya disepanjang perbatasan dengan RRC, bahkan telah memasuki wilayah Republik Rakyat Mongolia. Pada kongres Rakyat Nasional IV Tahun 1975, Zhou En Lai dalam laporan poltiknya menyatakan bahwa politik luar negeri yang dianut RRC pada dasarnya tidak berbeda dengan yang dilaporkan pada Kongres Partai Komunis X 1973 hanya tekanannya saja yang berbeda. 38 Dalam hal ini Zhou En Lai menekankan bahwa situasi internasional dalam keadaan yang sangat buruk, sehingga tidak mungkin diciptakan perdamaian. Selanjutnya Zhou mengutarakan bahwa Dunia Ketiga merupakan pokok kekuatan dalam melawan kolonialisme, imprealisme, dan hegemonisme. Mengenai hubungan antara RRC dan Amerika Serikat, Zhou menilai, kendati ada perbedaan yang fundamental, namun hubungan antara RRC dan Amerika Serikat dapat berkembang baik, selama Komunike Shanghai tahun 1972 dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. 39 Berbeda halnya dengan hubungan antara RRC dan Uni Soviet, dimana perundingan perundingan mengenai perbatasan negara yang sudah berlangsung selama lima tahun terakhir itu tidak menghasilkan apa-apa. Oleh karena itu disebutkan juga bahwa, hubungan RRC- Uni Soviet dilaksanakan atas dasar kelaziman hubungan antara negara semata- mata. 40 Pada masa ini Mao Tse Tung yang sudah semakin uzur dan dinyatakan oleh Komite Sentral untuk tidak lagi menerima tamu mancanegara setelah menjamu Presiden Pakistan Zulfikar Ali Bhuto. Kemudian pada tanggal 9 September 1976 Pemimpin Besar Rakyat dan Ketua Partai Komunis Cina Mao Tse Tung meninggal dunia. Kematian Mao Tse Tung ini adalah sebuah kehilangan dan perubahan besar 38 Ibid, hal. 123 39 Ibid 40 ibid Universitas Sumatera Utara bagi RRC serta sistem politik dan ketatanegaraan. Karena sebagai suatu rezim yang otoriter dimana posisi Mao Tse Tung selama 30 tahun terakhir sebagai pemimpin tertinggi RRC dan Partai Komunis Cina merupakan faktor yang sangat dominan dalam pembentukan kebijakan RRC, dimana berbagai tuliasn dan hasil pemikirannya dan bahkan namanya dijadikan konstitusi dan anggaran dasar bagi Partai Komunis Cina. Universitas Sumatera Utara

BAB III FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLITIK LUAR