Dinamika Politik Dalam Negeri

1.2. Dinamika Politik Dalam Negeri

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, politik dalam negeri RRC tidak pernah berhenti dari pergolakan. Perebutan kekuasaan dan pengaruh, perbedaan dalam garis pemikiran dan perjuangan mempengaruhi perilaku politik luar negeri RRC. Peta kekuatan politik luar negeri RRC dapat digambarkan sebagai berikut. 4 Selain kedua kekuatan politik di atas, terdapat kekuatan-keuatan politik lain, yaitu kelompok revoluisoner-radikal yang antara lain terdiri dari Jiang Qing, Zang Chngqiao, Wang hungwen dan Yao Wenyuan. Kelompok ini terdiri dari indvidu-individu yang berusaha keras mempertahankan pelaksanaan gagasan- gagasan pikiran Mao. Kelompok ini menuntut RRC untuk berdikari di semua bidang. Kemudian adalah kelompok pragmatis-realis yang adalah aliansi antara kekuatan Liu shaoqi dan Deng xiaopeng. Mereka dalah orang-orang yang tidak berpikiran dogmatis atau terlalu mendasarkan diri kepada doktrin-doktrin ideologi politik, tidak radikal, dan penuh dengan pertimbangan yang realistis dan terakhir Partai Komunis Cina PKC menempati posisi supremasi, dengan Mao Tse Tung sebagai tokoh simbolisnya. PKC merupakan organ yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam struktur kekuatan di RRC. Berdiri di belakang organisasi tersebut adalah pihak militer, atau unsur kekuatan Tentara Pembebasan Rakyat TPR, dimana orang-orang seperti Zhu De, Peng Duhai, dan Lin Piao pernah muncul sebagai tokoh-tokoh utama. untuk dapat menguasai kedudukan strategis di PKC setidak-tidaknya setiap subjek harus memiliki dukungan dari unsur kekuatan TPR, karena biar bagaimanapun militer adalah kekuatan pemaksa terakhir untuk memanifetasikan kehendak. 4 Poltak Partogi, Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, hal. 31 Universitas Sumatera Utara adalah kelompok moderat yang diwakili oleh kekuatan Zhou Enlai dan hua Guofeng. Kelompok ini diidentifikasikan dengan orang-orang yang tidak bersikap ekstrem, low profile, berusaha mencegah segala tindkan yang berbau radikalisme, serta memperhatikan kepentigan dalam ruang lingkup yang lebih luas, daripada kelompok. 5 Pada Juni 1956, diawali dengan dicetuskannya Kampanye Seratus Bunga Berkembang yang sebenarnya adalah respon Mao terhadap tuntutan rakyat untuk diberi kebebasan berpendapat. Kaum Cendikiawan menyampaikan protesnya dengan menggelar demonstrasi dan mencela kepemimpinan Partai Komunis. Berbagai golongan masyarakat ikut melancarkan protes. Protes yang semakin meluas tersebut dinilai Mao menjadi sulit dikendalikan. Oleh karena itu pada akhir April 1957, mulai diadakan pembersihan terhadap apa yang disebut anasir kanan. Hubungan antara kekuatan politik di RRC itu sangat rumit dan kompleks sifatnya, dimana sebuah kekuatan politik dapat digolongkan dalam kekuatan politik lain, atau dengan kata lain sebuah kekuatan politik dapat memainkan peran ganda. Sehingga dalam analisis ini yang terpenting adalah untuk membedakan garis pemikiran setiap kekuatan politik dan meletakkannya pada tempat yang tepat. Sejak berdirinya RRC pada tahun 1949 kedudukan Mao sebagai ketua partai dan merangkap sebagai kepala negara tidak tergoyahkan hingga akhir dasawarsa 1950-an. Pada masa itu tokoh-tokoh yang dibesarkan dalam revolusi sosialis, seperti Liu Shaoqi, Deng Xiaopeng, Zhu De, Peng Duhai dan lain-lain, belum melakukan serangan keras terhadap pribadi Mao, karena mereka menganggap Mao masih mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang irasional. 5 Ibid, hal. 36 Universitas Sumatera Utara Terjadi penangkapan terhadap orang-orang yang dinilai menentang kebijaksanaan pemerintah dan Partai komunis. Di lembaga-lembaga pemerintah pun terjadi pemecatan. Bahkan pada akhir tahun 1957 dilancarkan Kampanye Penertiban Cara Kerja. Pada gerakan penertiban tersebut para kader partai melancarkan kritik terhadap para pejabat maupun lembaga-lembaga pemerintah yang dinilai kurang sesuai dengan semangat perjuangan PKC. Massa rakyat dan organisasi-organisasi dibagi-bagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diharuskan mengadakan kritik terhadap segala kekurangan orang-perorangan maupun lembaga-lembaga pemerintah, terutama yang berkaitan dengan birokratisme, sektarianisme, subjektivisme, serta beraliran kanan, provinsialisme, dan anti-partai. Kritik-kritik terebut mengakibatkan terjadinya penangkapan besar-besaran, sebagian besar dari kaum cendikiawan yang dalam Kampanye Seratus Bunga Berkembang telah terlanjur mengecam PKC. 6 Berbagai program dari Gerakan Lompatan Jauh Ke Depan secara kongkrit memperlihatkan hasil yang bertolak belakang dari apa yang diharapkan Mao. Lama kelamaan terjadi kegelisahan yang dimulai oleh rakyat lapisan bawah, yang kemudian meningkat sampai ke kalangan pimpinan pemerintah dan Partai Kemudian dicetuskannya Gerakan Lompatan Jauh Ke Depan oleh Mao Tse Tung pada tahun 1958. Yaitu adalah suatu program pembangunan yang radikal dengan target menyamai produksi inggris dalam waktu 10 tahun. Berbagai program dijalankan, diantaranya, pengerahan tenaga kerja dalam skala yang sangat besar untuk mengerjakan proyek-proyek dengan pengawasan yang ketat dari partai, mengurangi insentif material sampai seminimal mungkin, penutupan usaha- usaha swasta. 6 WD Sukisman, Sejarah Cina Kontemporer dari Revolusi Nasional Melalui Revolusi Kebudayaan Sampai Modernisasi Sosialis, PT. Pradnya Paramitha, Jakarta, 1992, hal. 68 Universitas Sumatera Utara Komunis Cina. Untuk mengatasi masalah tersebut Mao Tse Tung mengadakan Sidang Pleno Komite Sentral Partai Komunis Cina pada awal juli 1959. Pada kesempatan itu Menteri Pertahanan Peng Duhai menyampaikan tanggapannya terhadap perkembangan Gerakan Loncatan Jauh Ke Depan, yang dinilainya sangat tergesa-gesa dan tidak direncanakan dengan matang. Tanggapan dari Peng Duhai ini dinilai Mao Tse Tung sebagai tindakan menentang Partai. Ketegangan tersebut berlanjut pada Sidang Kongres Rakyat Nasional 26 Agustus 1959. Melalui perdebatan sengit kongres kemudian memutuskan untuk memecat Menteri Pertahanan Peng Duhai dan menggantikannya dengan Lin Piao. Kejadian-kejadian tersebut mempengaruhi politik luar negri RRC. Kampaye-kampanye anti-kanan dan pergesekan pada elit pemerintahan meningkatkan posisi dari elemen-elemen yang lebih militan dalam hirearki politik RRC. 7 Dimana, walaupun pada masa ini RRC menjalankan prinsip hidup berdampingan secara damai tetapi perlahan-lahan mulai terlihat adanya militansi dalam politik luar negri RRC. Ini terlihat dari perselisihan yang sangat serius dengan tetangganya India -mengenai garis perbatasan kedua negara pada tahun 1959 yang kemudian pada tahun 1962 berkembang sampai mengakibatkan bentrokan bersenjata di daerah perbatasan - dan juga dengan Indonesia mengenai kewarganegaraan warga keturunan Cina di Indonesia pada tahun 1959. Jadi akhir tahun 1950-an menandakan suatu titik balik dalam politik luar negri RRC, oleh karena itu RRC dengan cepat menjauhkan diri dari semangat Bandung dan menjadi jauh lebih militan. 8 7 Lilian Craig Harris, China’s Foreign Policy Toward The Third World, Praegers Publishers, New York, 1985, hal 27 8 Ibid, hal. 30 Universitas Sumatera Utara Pergesekan antara elit politik terus berlanjut, berawal dari sebuah karya sastra karangan salah seorang pemimpin PKC wilayah Beijing yang dianggap mengandung unsur-unsur anti partai, bersifat kapitalis, dan feodal. Masalah ini sebulan kemudian diajukan pada Sidang Komite Sentral Partai Komunis 21 Desember 1965. Disebutkan bahwa karya sastra tersebut dinilai destruktif karena dapat mempengaruhi masyarakat untuk menyimpulkan bahwa kebijaksanaan Mao untuk memecat Peng Duhai adalah suatu kesalahan. 9 Juni 1966 PKC menyerukan kepada para mahasiswa untuk memobilisasi massa guna digerakkan memberantas seni budaya yang yang anti sosialis. Atas seruan PKC itu, maka para mahasiswa turun ke jalanan dan menamakan diri mereka Pengawal Merah. Para mahasiswa dan pelajar digerakkan untuk melancarkan politik terhadap orang-orang yang dinilai anti-partai. Mao menamakan gerakan ini Revolusi Kebudayaan. Sepak terjang kelompok Pengawal Merah tesebut dari hari ke hari semakin menjadi-jadi. Berbagai kantor pemerintahan, tempat ibadah, dan barang-barang peninggalan purbakala dijadikan sasaran pengrusakan. Gerakan ini secara cepat menjalar ke daerah-daerah pedalaman, bahkan Gerakan Pengawal Merah ini sampai membuat TPR kewalahan untuk mengawalnya. Lawan-lawan politik Mao Tse Tung dijadikan sasaran kritik Sejak saat itu semua orang yang membela Wu Han dikenakan kritik sebagai revisionis dan oportunis kanan. Segenap anggota komunis cabang Beijing dituduh terlibat dalam makar untuk menggulingkan pimpinan Partai Komunis. Kemudian, Dekan Fakultas Sastra Universitas Beijing beserta Sekretaris Partai Komunis setempat dikenakan tuduhan anti sosialisme dan meindungi gerakan-gerakan mahasiswa golongan kanan. 9 Sukisman, op. cit, Hal. 91 Universitas Sumatera Utara dan penangkapan, yang terpenting diantaranya adalah Presiden RRC Liu Shao Qi, Sekjen PKC Deng Xiaopeng dan kepala staf TPR Lo Rui Qing. Kekacauan Revolusi Kebudayaan ini juga merupakan akumulasi dari perelisihan elit politik RRC yag disebabkan kegagalan berbagai gerakan-gerakan seperti, Rencana pembangunan Lima Tahun 1953 – 1957, Lompatan Jauh Ke Depan 1957, dan Kampanye Seratus Bunga Berkembang 1958. Kerusuhan Revolusi kebudayaan ini telah menyebabkan berbagai perwakilan diplomatik negara asing di RRC diserang, bahkan para diplomat negara Eropa Timur dicaci sebagai revisionis dan juga penarikan kembali semua duta besar RRC di seluruh dunia, kecuali Huang Hun di Kairo, Mesir. Kekacauan dan meningkatnya semangat anti-kanan di dalam negeri ikut mempengaruhi kebijakan luar negeri RRC. Doktrin Perang Rakyat yang diperkenalkan Lin Piao mencerminkan meningkatnya semangat anti-kanan di dalam negeri tersebut pada masa Revolusi Kebudayaan ini. Upaya RRC untuk tetap mendorong dan mengkampanyekan perjuangan revolusi kepada dunia internasional terutama kepada negara-negara dunia ketiga meningkat. Tetapi karena terbentur masalah kemampuan keuangan yang disebabkan kekacauan ekonomi di dalam negeri, upayanya tersebut lebih banyak bersifat lisan, melalui dukungan-dukungan diplomatik. Kampanye peruangan revolusi dari RRC ini menimbulkan ketakutan-ketakunan dari negara-negara dunia ke tiga, khususnya Asia. Karena dalam menjalankan usahanya tersebut RRC terlihat sering mendukung kelompok-kelompok yang menghendaki penggulingan pemerintahan yang sah, dan komunitas-komunitas Cina di luar negeri. Walaupun sebenarnya RRC mempunyai hubungan diplomatik dengan pemerintah tersebut. Universitas Sumatera Utara Namun, motivasi besar daripada Mao Tse Tung di dalam Revolusi Kebudayaan adalah kontrol internal dan bukan revolusi eksternal. Keberhasilan dalam revolusi eksternal dalam anggapan Mao adalah sebagai penegasan tentang haknya atas otoritas dalam negeri. 10 Meningkatnya agresifitas Uni Soviet yang diperlihatkan dengan aktifitas militer Uni Soviet di perbatasan RRC, kemudian mengurangi ancaman dari imprealisme Amerika sampai menjadi nomor dua dibawah ancaman Uni Soviet Berakhirnya Revolusi Kebudayaan sebagaimana yang diisyaratkan Kongres Partai ke IX pada bulan April 1969 merupakan permulaan daripada era baru dalam politik luar negeri dan dalam negeri RRC. Pokok-pokok persoalan di dalam negeri adalah penggantian kepemimpinan Mao, persoalan-persoalan modernisasi dan upaya-upaya untuk memulihkan kembali kondisi dalam negeri dari porak-poranda akibat Revolusi Kebudayaan, dan juga mengenai interpretasi sejarah terhadap peran Mao Tse Tung di dalam Revolusi Kebudayaan. Yang sangat berkaitan dengan pokok-pokok persoalan ini adalah mengenai posisi internasional RRC dan yang harus dilakukan untuk menciptakan suatu lingkungan internasional yang aman, dimana tujuan-tujuan dalam negeri dapat dicapai dan dimana kebebasan politik luar negeri dapat diperoleh. Dimana keseimbangan kekuatan dunia sedang berubah dengan meningkatnya agresifitas Uni Soviet. Walaupun golongan- golongan di dalam elit politik RRC sangat berbeda pendapat dalam hal bagaimana tujuan-tujuan seperti itu harus dicapai, namun ada suatu konsensus bahwa RRC memerlukan suatu cara penyelesaian yang cepat mengenai perebutan kekuasaan dalam negeri yang sangat genting itu dan suatu lingkungan internasional yang aman. 10 Harris, op.cit, hal. 39 Universitas Sumatera Utara terhadap RRC. Kondisi ini menyebabkan perdebatan besar diantara pemimpin- pemimpin RRC mengenai strategi terbaik untuk merespon ancaman dari Uni Soviet ini. Menteri Pertahan Lin Piao adalah yang pertama membuat gerakan yang jelas. Walaupun secara resmi dia sudah dicalonkan sebagai pengganti Mao, tetapi Lin takut pengaruh Zhou Enlai terhadap Mao dan menentang sikap-sikap untuk menjalin hubungan dengan Amerika untuk membalas ancaman Uni Soviet. Lin memilih untuk meneruskan oposisi terhadap dua negara superpower itu dan berharap untuk mempertahankan suasana keterdesakan ini – sebagai dampak dari tekanan Uni Soviet terhadap RRC - untuk menaikkan posisi kepemimpinannya. Hubungan dengan Amerika beresiko untuk mengurangi kondisi keterdesakan ini, terutama jika Amerika mulai dilihat oleh elemen-elemen pemimpin yang lain sebagai pelindung untuk RRC. 11 Sedangkan Zhou berusaha untuk mengambil langkah-langkah untuk mengembalikan RRC kepada suatu posisi yang lebih netral seperti kondisi pada masa 1950-an yang lalu dimana ia sebagai pemerakarsanya. Oleh karena pertarungan dua kubu ini menjadi bertambah keras, maka Mao mengumumkan pada bulan April 1971 untuk membangun hubungan dengan Amerika dengan cara mengundang tim tenis meja Amerika untuk mengunjungi RRC. Dengan melakukan ini, mungkin Mao telah bermaksud untuk menggelincirkan Lin Piao dari perebutan kekuasaan yang terlalu dini itu. Gerakan ini bukannya memperkuat usaha Lin, tetapi malahan membawa Lin kepada yang kelihatannya sebagai suatu usaha kudeta yang gagal dan berujung kepada kematian Lin - Kejadian ini sebenarnya berawal ketika Laporan Politik Lin Piao pada Kongres Partai Komunis Cina 11 Ibid, hal. 43 Universitas Sumatera Utara kesembilan 1 April 1969 yang dianggap sebagai dokumen penting bagi ajaran Marxisme-Leninisme-Maoisme, dan merupakan tuntunan bagi Revolusi Kebudayaan. Pada penutupan kongres tersebut dukukuhkan Anggaran Dasar Baru PKC, dimana pada anggaran dasar yang baru itu tercantum dua nama tokoh Cina yaitu Mao Tse Tung dan Lin Piao di dalamnya yang pada intinya adalah menyebutkan Lin Piao sebagai ahli waris dari Mao Tse Tung. 12 Dalam kedudukannya sebagai Wakil Ketua Partai Komunis dan ahli waris dari Mao Tse Tung merangkap Menteri Pertahanan yang membawahi angkatan bersenjata, maka Lin Piao menjadi tokoh yang sangat berpengaruh. Ternyata hal ini menimbulkan kekhawatiran Mao Tse Tung. Mao mulai mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang menyindir Lin Piao. Pertentangan langsung antara Mao Tse Tung dan Lin Piao terjadi beberapa kali. Setelah peristiwa dipecatnya Chen Boda, ia merasa bahwa pada gilirannya nasib yang sama akan menimpa dirinya. Lin Piao menilai Mao sebagai seorang pemegang kekuasaan mutlak, yang berkali-kali mengorbitkan pembantu utamanya hanya untuk dijatuhkan dalam kutukan politik. Lin Biao kemudian memutuskan untuk tidak menunggu sampai ditangkap melainkan mendahului untuk merebut kekuasaan. 13 12 Sukisman, op. cit, hal. 104 13 Ibid, hal. 106 Pada akhir tahun 1970 Lin Piao bersama beberapa pemimpin TPR merencanakan untuk melakukan kudeta dengan mengandalkan dukungan dari TPR. Tetapi rencana itu bocor sebelum sempat dilaksanakan. Lin Piao berusaha melarikan diri dengan minta disediakan satu pesawat terbang. Tetapi pemerintah telah lebih dahulu mengeluarkan perintah untuk menghentikan segala penerbangan. Dalam keadaan tersebut Lin Piao masih dapat menguasai sebuah pesawat terbang yang dengan secara darurat berhail mengangkut Lin Piao bersama orang-orang terdekatnya dengan tujuan Uni Soviet. Universitas Sumatera Utara Tetapi karena kekurangan bahan bakar, maka pesawat itu mengadakan pendaratan darurat yang kemudian menyebabkan pesawat tersebut meledak dan menewaskan seluruh penumpangnya 13 September1971. 14 Selama hampir 40 tahun Zhou Enlai telah bekerja sebagai penengah antara kelompok-kelompok politik di dalam PKC. Kunjugan Richard Nixon pada Februari ke Beijing adalah puncak daripada usaha-usaha diplomatik Zhou untuk mendorong RRC keluar dari keterpencilan. Tetapi tujuan Zhou bukanlah untuk masuk kepada aliansi dengan Amerika. Untuk Zhou Enlai, posisi terbaik bagi RRC adaah posisi yang seimbang antara dua negara adikuasa itu sambil memperkuat ikatan-ikatan dengan negara-negara Dunia Ketiga, untuk mencapai suatu politik luar negeri yang bebas dan yang fleksibel. Walaupun Lin mati, tetapi elemen-elemen revolusioner-radikal di dalam kepemimpinan RRC terus berusaha untuk meneruskan oposisi terhadap Amerika dan Uni Soviet, dan meganjurkan untuk kembali kepada keadaan berperang atau kepada keadaan keterpencilan seperti pada waktu Revolusi kebudayaan. Elemen- elemen ini kemudian di kenal sebagai Kelompok Empat Gang Of Four yang terdiri dari Zhang Chungqiao, Yao Wenyuan, Jiang Qing istri dari Mao Tse Tung, serta Xie Fuqi. Kelompok ini lahir dari Revolusi Kebudayaan. Kelompok ini juga terlibat perselisihan dengan Zhou yang menolak program-program dalam negeri mereka yang radikal dan ambisius. 15 Deng Xiaopeng, yang gerakannya untuk berkuasa membawa dia kepada suatu posisi yang sangat unggul pada akhir tahun 1970, setuju dengan Zhou bahwa mereka perlu memperluas ikatan-ikatan dengan negara-negara Dunia Ketiga. Tetapi ternyata tujuan Deng yang terutama adalah menjalin hubungan yang dekat 14 Ibid, hal. 107 15 Harris, op.cit, hal. 45 Universitas Sumatera Utara dengan Amerika, dengan alasan karena dengan bersama Amerika RRC dapat melawan Uni Soviet. Awal-awal tahun 1970-an adalah suatu masa kompromi antara Zhou dan pemimpin-pemimpin yang menganjurkan militansi di dalam politik luar negeri dan pemimpin-pemimpin yang berusaha untuk cenderung memihak kepada salah satu dari dua negara adidaya. Itulah sebabnya radikalisme dan isolasi kadang-kadang muncul dari pernyataan-pernyataan dan tindakan- tindakan RRC, meskipun ada pengaruh dari zhou dan Deng. Sebenarnya, Deng sendiri yang pertama dengan jelas membicarakan Teori Dunia Ketiga ini, sebagaiman yang ia nyatakan di PBB pada tahun 1974. Tetapi pernyataan Deng tentang hubungan RRC dengan negara-negara dunia ketiga dapat dihubungkan dengan pembangunan koalisi dalam negerinya dengan pengikut- pengikut Zhou. Sebelum RRC dapat menetapkan jalan yang jelas bagi politik luar negerinya di masa depan, masalah tentang pergantian Mao harus diselesaikan lebih dahulu. Menurut seorang analis tentang Cina dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Carol Lee Hamrin, pada pertengahan tahun 1970-an terdapat dua koalisis politik yang berlawanan, yaitu Radikal Maois dan Moderat Maois 16 Pada bulan April 1976, Zhou yang kehilangan perlindungan, akibat meninggalnya Zhou Enlai, untuk kedua kalinya dipecat dari posisinya di partai dan di pemerintahan oleh kelompok radikal. Hua Guofeng diberi status yang tidak disangka-sangka sebagai Perdana Menteri dan Wakil Ketua Utama Dewan Harian Biro Politik Partai Komunis – Hua Guofeng adalah seseorang yang berasal dari . Zhou Enlai dan Deng dapat digolongkan kepada Moderat dan Hua Guofeng dan Mao sendiri berada pada golongan radikal. 16 Ibid, hal .47 Universitas Sumatera Utara propinsi yang sama dengan Mao Tse Tung, dan di propinsi itu pula Hua Guofeng sebagai Wakil Ketua Dewan Revolusi Setempat menarik perhatian Mao karena pada masa revolusi kebudayaan dia menyumbangkan suatu sistem pertanian yang berdaya guna tinggi, dan mencetak dan megedarkan berjuta-juta buku merah kecil hasil pikiran Mao Tse Tung. Walaupun ancaman dari Deng untuk sementara hilang, tetapi kelompok radikal mulai mengalami perpecahan. Pada saat-saat yang tidak menentu ini, pada bulan September 1976, Mao meninggal dunia karena sakit. Perpecahan di kubu radikal itu ditambah dengan meninggalnya Mao, mengakibatkan penangkapan terhadap Kelompok Empat pada bulan Oktober 1976 dan rehabilitasi Deng pada bulan Juli 1977. Kemudian Deng secara berangsur-angsur mendapatkan pengaruh untuk untuk berkuasa melebihi Hua pada rapat Kongres Partai Komunis Ke XI pada bulan Desember 1978. 17 2. Faktor Eksternal 2.1. Hubungan Segitiga RRC, Amerika Serikat, dan Uni Soviet