1960 – 1965 Anti-revisionisme dan Anti-imprealisme POLITIK LUAR NEGERI CINA 1949 – 1976

meningkatkan posisi dari elemen-elemen yang lebih militan di dalam hirearkis politik RRC. Berbagai peristiwa diatas berangsur-angsur mulai memberi tekanan kembali kepada aspek perjuangan bersenjata pada politik luar negeri RRC. Seperti yang digambarkan dalam pidato oleh pemimpin RRC mengenai krisis Timur Tengah yang memperlihatkan sikap anti terhadap PBB. Jadi, akhir tahun 1950-an menandakan suatu titik balik dalam politik luar negeri RRC, dimana RRC dengan cepat menjauhkan diri dari semangat Bandung dan menjadi jauh lebih militan, dan menyimpulkan bahwa hidup berdampingan secara damai yang sebenarnya tidaklah mungkin sehingga dukungan aktif RRC kepada perjuangan revolusioner itu penting. 11

3. 1960 – 1965 Anti-revisionisme dan Anti-imprealisme

Memasuki tahun 1960 RRC merasa dirinya benar-benar terisoler dari semua negara non-komunis, termasuk negara-negara yang sebelumnya mendukung RRC di Bandung pada tahun 1955 dengan pernyataan mereka terhadap komitmen RRC mengenai hidup berdampingan secara damai. Perpecahan antara RRC dan Uni Soviet berlanjut pada periode ini. Juli 1960 Uni Soviet menghentikan bantuan ekonominya kepada RRC, dan menarik pulang semua ahlinya dari RRC, akibatnya pembangunan ekonomi maupun proyek-proyek penting di bidang penelitian ilmiahnya RRC benar-benar terpukul . 12 November 1960 Uni Soviet memprakarsai suatu Rapat Segenap Partai Komunis di dunia. Dimana Uni Soviet menganjurkan agar kubu sosialis 11 Harris, op.cit, hal. 114 12 Sukisman, op. cit, hal. 83 Universitas Sumatera Utara menghindarkan perang terbuka dengan kubu Imprealis, melainkan menunjukkan keunggulan kubu sosialis dengan menunjukkan produksi ekonomi yang melebihi kubu imprealis. Sebaliknya Mao Tse Tung menganjurkan agar segenap Partai komunis mendukung “perang pembebasan nasional” di seluruh dunia, dan disebutkan pula perjuangan komunisme melalui jalan damai adalah impian kosong. Dalam perdebatan tersebut ternyata partai Komunis Uni Soviet mendapat dukungan dari Partai-Partai Komunis lainnya, sehingga komunike yang dikeluarkan oleh Konferensi adalah sesuai dengan aliran politik Uni Soviet. 13 Dengan sikap Khruschev yang baru ini, RRC menganggap perjuangan masyarakat komunisnya dikhianati, lalu terjadilah perubahan orientasi politik luar negeri RRC, dari teori Dua Blok Two Camp ke teori Tiga Dunia Three World. 14 Atas dasar itulah, maka pada 28 Maret 1961 Menteri Luar Negeri RRC, Chen Yi, mengadakan kunjungan ke negara-negara pemerakarsa Konferensi Asia Afrika I, yaitu: Burma, Srilangka, Indonesia, India, Pakistan. Di Burma Chen Yi Dimana RRC menempatkan dirinya sebagai bagian dari Dunia Ketiga, yaitu kelompok negara-negara yang terjajah yang telah merdeka atau disebut juga negara-negara yang sedang berkembang. Sedangkan Dunia Kedua didefinisikan sebagai kelompok negara-negara yang bangkit maju setelah Perang Dunia II atau disebut juga negara-negara yang sudah berkembang, yang terdiri dari negara- negara Eropa Barat, Kanada, Jepang dan lain sebagainya. Dunia pertama yang terdiri dari negara adikuasa Amerika dan Uni Soviet yang merupakan kekuatan hegemoni dunia yang harus ditentang oleh aliansi dari kekuatan Dunia Ketiga dan Dunia Kedua. Mulailah persaingan dengan Uni Soviet untuk menguasai gerakan- gerakan komunis dan organisasi-organisasi Internasional di seluruh dunia. 13 Ibid 14 Partogi, op.cit, hal. 120 Universitas Sumatera Utara mengemukakan gagasan RRC untuk menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika II, usul Chen Yi tersebut pada dasarnya mendapat sambutan baik dari Ketua Dewan Revolusi Burma, Jenderal Newin. Dalam konferensi persnya Chen Yi menyatakan, bahwa “Konferensi Asia Afrika II akan berperan positif dalam perjuangan melawan imprealisme. 15 Kunjungan berikutnya adalah Indonesia. Pertama-tama Chen Yi menyelesaikan perselisihan Indonesia – RRC mengenai warga negara keturunan Cina di Indonesia, setelah itu Chen Yi bertemu dengan Presiden Soekarno dan berhasil memperoleh persetujuan beliau mengenai gagasan penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika II, Komunike bersama Indonesia – RRC pada April 1961 menyebutkan bahwa kedua negara bersangkutan menganggap perlu agar konferensi Asia-Afrika II diselenggarakan dalam waktu sesingkat-singkatnya. 16 15 Sukisman, op. cit, hal. 79 16 Ibid Pada bulan Juni 1961 diadakan sidang Solidaritas Rakyat-Rakyat Asia Afrika Afro-Asian People’s Solidarity Organization atau yang juga disingkat AAPSO di Canakry, Guinea di Afrika Barat. Dimana sidang ini menjadi tempat pesaingan antar RRC – Uni Soviet dalam merebut pengaruh, yang mengakibatkan terjadinya pertengkaran-pertengkaran yang sengit antara delegasi-delegasi RRC dan Uni Soviet dan negara-negara yang mendukung mereka. RRC mengkritik strategi luar negeri Uni Soviet untuk hidup berdampingan secara damai dan menuduh Uni Soviet sebagai rasis dan non-Asia sehingga tidak berhak untuk menjadi anggota AAPSO, sekaligus juga RRC terus mempromosikan perjuangan bersenjata dan pembebasan nasional. Universitas Sumatera Utara Tujuh bulan kemudian delegasi RRC dalam Konferensi Sastrawan Asia- Afrika di Cairo Februari 1962 sekali lagi mengecam Uni Soviet sebagai orang Eropa jahat yang harus dilawan dengan persatuan dari bangsa-bangsa berwarna. Di bulan November 1962 terjadilah krisis misil Kuba, dimana letak Kuba yang sangat dekat dengan Amerika Serikat dimanfaatkan Uni Soviet dengan memasang peluncur-peluncur peluru kendalinya. Amerika menganggap ini sebagai ancaman yang serius kepadanya. Maka ketika diketahui bahwa kapal-kapal Uni Soviet yang membawa peluru kendali tersebut mendekati Kuba, datanglah kapal Amerika Serikat yang memaksa kapal-kapal tersebut untuk kembali ke Uni Soviet. Bahkan Amerika Serikat mendesak Uni Soviet untuk membongkar peluru-peluru kendali yang sudah terpasang di Kuba. Dalam keadaan yang genting ini, akhirnya Uni Soviet menerima permintaan Amerika Serikat. Kondisi ini dikecam oleh Mao Tse Tung sebagai tindakan pengecut oleh Uni Soviet, apalagi peristiwa ini didahului dengan penandatanganan Perjanjian Pembatasan Percobaan Nuklir oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet. 17 Februari 1963 RRC berperan banyak dalam Konferensi Solidaritas Asia- Afrika di kota Moshi, Tanzania. Pada kesempatan itu delegasi RRC mengutuk Uni Soviet sebagai Imprealisme sosialis, dan mendesak agar negara-negara berkembang memencilkannya, disamping itu delegasi RRC juga mengemukakan penilainnya, bahwa bangsa-bangsa Afrika sudah matang untuk mengobarkan revolusi terhadap imprealis dunia, yang ditanggapi oleh Presiden Julius Nyerere dengan menyatakan, bahwa Afrika tidak mau lagi dijadikan rebutan oleh negara- negara adidaya. 18 17 Ibid, hal. 77 18 Ibid, hal. 81 Universitas Sumatera Utara Pada bulan Maret 1963 RRC dan Pakistan berhasil menandatangani perjanjian perbatasan. Ini menjadi penting untuk kedua negara dalam rangka mengimbangi koalisi India dan Uni soviet. Pakistan juga mendukung usul tentang penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika II. Antara tahun 1964 – 1965, Perdana Menteri Zhou En Lai melakukan perjalanan yang luas di Afrika, selama perjalanan tersebut Zhou mempromosikan cita-cita RRC yang dinyatakan sebagai anti-revisionisme dan anti-imprealisme dan persatuan Asia dan Afrika. Beberapa negara yang dikunjungi antara lain Aljazair, Tunisia, Mali, Eithiopia, Ghana, Sudan, Somalia, Guinea. Diantara sepuluh negara yang dikunjungi hanya enam negara saja yang sepenuhnya mendukung gagasan penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika II. Pada saat yang sama RRC memelihara dan berusaha untuk memperluas hubungan-hubungan dengan berbagai organisasi revolusioner afrika yang sedang berusaha untuk menggulingkan pemerintahan yang berkuasa, suatu kebijakan yang sangat oportunis, yang membawa RRC untuk memberi dukungan kepada kelompok-kelompok yang kemungkinan untuk dapat berhasil dalam perjuangannya sangat kecil. Politik oportunis dan revolusioner ini mengakibatkan banyaknya ketegangan dalam hubungan diplomatik RRC di Afrika. Usaha RRC ini hanya berhasil di Algeria, dimana RRC telah memberikan bantuannya sejak akhir 1950. Pada pertengahan 1960an para diplomat RRC dipaksa untuk keluar dari Burundi atas tuduhan memakai negara itu sebagai basis untuk mensponsori pemberontakan di Kongo, serta juga dipaksa keluar dari Niger, Benin, Republik Sntral Afrika, dan dari Ghana atas tuduhan mengajak untuk aktivitas subversi. 19 19 Harris, op.cit, hal. 33 Universitas Sumatera Utara Selain Afrika, Beijing juga berusaha untuk memperluas pengaruhnya di Amerika Latin, seperti juga ditempat lain, tujuan utama RRC adalah untuk melawan pengaruh Uni Soviet, akan tetapi kecuali dengan Kuba – itu pun terlihat adanya benih-benih keretakan – ikatan diplomatik RRC dengan satu pun negara Amerika Latin tidak terlaksana di dalam permulaan tahun 1960. Walaupun RRC melihat keberhasilan Fidel Castro di Kuba sebagai tempat berpijak bagi Komunisme di belahan bumi barat, tetapi RRC tidak suka melihat ketergantungan Kuba kepada Uni Soviet yang semakin meningkat, dan usaha Kuba untuk lebih mempromosikan model revolusi Kuba ketimbang model revolusi RRC di Amerika Latin. 20 Dalam perayaan hari ulang tahun ke-20 Kemenangan Perang Rakyat Melawan Jepang pada setember 1965, RRC mempublikasikan makalah Menteri Pertahanan Lin Piao yang berjudul Long Live The Victory of People’s War yang Dalam usahanya untuk meningkatkan pengaruh di Afrika dan Amerika Latin, maka pada permulaan tahun 1960-an RRC membentuk asosiasi-asosiasi seperti Asosiasi Persahabatan Cina-Afrika Chinese-African Friendship Association, dan Asosiasi Persahabatan Cina-Amerika Latin Sino-Latin America Friendship Association, yang adalah cabang dari Chinese Peoples Association for Friendship with Foreign Countries. Pada februari 1965 Vietnam Utara mulai dijatuhi bom oleh pesawat Amerika Serikat. Ini mengawali apa yang kemudian dikenal sebagai Perang Vietnam, dimana setengah juta pasukan Amerika Serikat dikerahkan membantu Pemerintah Vietnam Selatan melawan Republik Demokrasi Vietnam Utara, dan dimana lebih dari 60 persenjataan Vietnam Utara adalah bantuan dari RRC. 20 Ibid, hal. 34 Universitas Sumatera Utara menyebutkan bahwa strategi perang rakyat, yaitu pengepungan desa-desa terhadap kota-kota yang menghasilkan kemenangan total adalah sumbangan besar RRC bagi perjuangan revolusi segenap rakyat tertindas di seluruh dunia. Menurut Lin Bao, strategi “desa mengepung kota” bila dilihat secara global dapat digambarkan bahwa, Amerika Utara dan Eropa Barat dapat disebut sebagai “kota-kota dunia” sedangkan Asia, Afrika, dan Amerika Latin adalah “daerah pedesaan dari dunia”. Pada hakikatnya revolusi dunia yang sedang berkembang juga menggambarkan pengepungan daerah pedesaan terhadap daerah perkotaan yang akhirnya nasib dari revolusi dunia tergantung dari rakyat Asia, Afrika, dan Amerika latin yang menduduki bagian terbesar dari umat manusia. 21 Persaingan dengan Uni Soviet dalam memperebutkan pengaruh membuat RRC banyak melakukan salah perhitungan yang membawa RRC mengalami kemunduran yang serius dalam hubungan-hubungannya dengan dunia. Di Asia kemunduran-kemunduran ini mencakup kecurigaan yang semakin besar terhadap RRC sebagai akibat dari konflik perbatasan pada tahun 1962 dengan India dan putusnya hubungan diplomatik dengan Indonesia, sesudah percobaan kudeta yang diilhami oleh Partai Komunis, lagipula RRC tidak mempunyai hubungan- hubungan diplomatik dan hanya memiliki sedikit hubungan dengan beberapa negara Asia yang besar termasuk Jepang, Thailand, Filipina, Malaysia, dan Korea Selatan, satu-satunya keberhasilan politik luar negeri RRC di Asia selama periode ini adalah terjalinnya hubungan persahabatan dengan Pakistan yang saling menguntungkan, dimana RRC berusaha untuk melawan koalisi India-Uni Soviet, dan Pakistan berusaha untuk memagari dirinya terhadap ancaman India. 22 21 Sukisman, op. cit, hal. 90 22 Harris, op.cit, hal. 35 Universitas Sumatera Utara Politik luar negeri RRC pada periode ini yang terlihat lebih militan cenderung untuk ditolak oleh negara-negara Asia dan Afrika yang baru merdeka dengan alasan masing-masing, dan penolakan itu semakin ditegaskan karena keretakan hubungan RRC dengan Uni Soviet juga akan menyebabkan mereka tidak mendapat bantuan asing dan akan ditolak dari keanggotaan PBB apabila mereka memihak kepada RRC. Ditambah dengan dukungan RRC kepada kelompok- kelompok yang menghendaki penggulingan pemerintahan yang sah, yang bahkan pemerintahan tersebut mempunyai hubungan diplomatik dengan RRC, terbukti menjadi sangat dibenci di Afrika. Selain itu, di dalam negeri, perselisihan di tingkat elit pimpinan sebagai akibat dari kegagalan Gerakan Loncatan Jauh Kedepan 1957, dan Kampanye Seratus Bunga Berkembang 1958 serta perbedaan-perbedaan politik yang disebabkan Rencana Ekonomi Lima Tahun pertama 1953-1957 menuntun kepada Revolusi Kebudayaan. 23

4. 1966 – 1970 Revolusi Kebudayaan