Hubungan RRC Dengan Negara Dunia Ketiga

2.2. Hubungan RRC Dengan Negara Dunia Ketiga

Hubungan-hubungan RRC dengan negara-negara dunia ketiga sangat terkait dan memepengaruhi politik luar negeri RRC pada masa kepemimpinan Mao Tse Tung. Beberapa pernyataan diplomatik pejabat pemerintahan RRC meunjukkan usaha-usaha RRC untuk menidentifikasikan diri sebagai negara Dunia Ketiga dan berusaha untuk menjadi pemimpin dan jurubicara dari kelompok negara Dunia Ketiga. Hubungan RRC dengan negara-negara dunia ketiga berkaitan dengan pokok-pokok persoalan mengenai keamanan dan pengakuan, yang kemudian mendorong politik luar negeri RRC untuk mengadakan ikatan-ikatan dengan negara-negara Dunia Ketiga. Keinginan RRC untuk menggabungkan diri dengan blok komunis dan untuk mendorong perkembangan komunis di dunia pada masa-masa awal berdirinya, mendorong RRC untuk memanfaatkan negara-negara dunia ketiga - walaupun masih terbatas pada negara-negara komunis - yang tengah disibukkan dengan isu-isu mengenai dekolonisasi. Dengan jargon-jargon anti-kolonialisme dan anti-imperialisme RRC menganjurkan perjuangan revolusi bersenjata di negara-negara Dunia Ketiga. Tetapi karena keterbatasannya yang disebabkan masalah-masalah internal RRC, maka usaha RRC untuk menganjurkan perjuangan revolusi bersenjata pada periode ini hanya terbatas pada negara-negara Asia saja. Pada akhir 1940 dan permulaan 1950, pengaruh RRC merupakan sumbangan terhadap pemberontakan-pemberontakan di berbagai negara Asia termasuk Myanmar, India, Malaysia dan Filiphina. 24 24 Harris, op.cit, hal. 37 Bantuan materi kepada gerakan- gerakan revolusioner di luar negeri adalah sangat terbatas selama periode ini. Universitas Sumatera Utara Walaupun pimpinan RRC masih sangat curiga terhadap negara-negara non komunis, tetapi pada awal 1950-an perubahan mulai terjadi. RRC terlihat mencoba mengambil keuntungan untuk mendapatkan dukungan yang lebih besar dari keadaan-keadaan anti-imprealis dan anti-kolonialis yang dianut negara-negara netral atau non-komunis dari negara-negara dunia ketiga. Tujuan RRC adalah untuk meningkatkan pengaruh internasionalnya dan membuat suatu area netral antara RRC dan blok barat. Pada tahun 1953 dalam Konferensi Komite Konsultasi Politik Rakyat Comitte of the People’s Political Consultative Conference Zhou En Lai di dalam laporan politiknya untuk pertama kali mengajukan kebijakan Hidup Berdampingan Seacara Damai. Gerakan menuju kepada politik luar negeri hidup berdampingan secara damai dan bahkan kemungkinan untuk bekerjasama dengan negara-negara non-komunis menandakan suatu evolusi didalam politik luar negeri RRC dan membawa kepada kebijakan-kebijakan yang mengurangi pemusatan kepada perjuangan bersenjata. Kemudian Kebijakan Politik Luar Negeri Hidup Berdampingan Secara Damai ini mendapat kesempatan untuk diaplikasikan pada bulan April 1955 dalam Konferensi negara-negara Asia di New Delhi yang kemudian diikuti dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung, Indonesia pada bulan yang sama. Pada Konferensi Asia Afrika inilah perinsip hidup berdampingan secara damai yang dibawa oleh RRC di kembangkan menjadi Dhasa Sila Bandung. Pada periode ini RRC terus memperluas pengaruhnya di negara-negara Dunia Ketiga dengan membangun hubungan-hubungan diplomatik dengan negara- negara Timur Tengah dan Afrika, yang terlihat dari kunjungan-kunjungan diplomatik Zhou En Lai kebeberapa negara sambil memuji-memuji prinsip-prinsip Universitas Sumatera Utara hidup berdampingan secara damai. Negara-negara Dunia Ketiga terutama negara- negara Asia, menyambut dengan rasa lega, dimana RRC mengumumkan keinginannya untuk mencari penyelesaian terhadap masalah-masalah yang dihadapi bersama dengan jalan damai, daripada dengan cara-cara revolusi bersenjata yang selama ini di elu-elukannya. Tetapi kondisi ini tidak berlangsung lama, pada akhir-akhir tahun 1950-an aspek perjuangan bersenjata berangsur-angsur mulai memberi tekanan kembali pada politik luar negerinya. Tekanan-tekanan dari dalam negeri, ketegangan dengan Uni Soviet dan berbagai masalah yang melibatkan RRC dengan negara- negara dunia ketiga, seperti: 25 a Perselisihan dengan Indonesia mengenai penduduk-penduduk Cina di Indonesia pada tahun 1959 b Memburuknya hubungan RRC-India karena masalah Tibet dan masalah perbatasan yang meningkat menjadi nemtrokan bersenjata pada tahun 1958 dan lebih serius lagi pada tahun 1958 c Oposisi dari pemerintahan-pemerintahan negara-negara yang baru berdiri terhadap anjuran revolusi RRC. d Kontroversi dengan Mesir mengenai penindasan terhadap kelompok komunis di Mesir dan bantuan Nasser kepada aktivitas anti-komunis di Irak. Oleh karena itu RRC dengan cepat menjadi jauh lebih militan. Walaupun begitu, usaha-usaha RRC untuk mempengaruhi negara-negara Dunia Ketiga terus meningkat, setelah RRC merasa terisoler akibat keretakan terbukanya dengan Uni Soviet. RRC menggunakan negara-negara dunia ketiga untuk menentang Amerika Serikat dan Uni Soviet. Walaupun secara ekonomi tidak memberikan keuntungan 25 Ibid, hal. 38 Universitas Sumatera Utara kepada RRC, sebagaimana keuntungan yang didapatkannya dari Uni Soviet, tetapi paling tidak RRC dapat menandingi perkembangan dan pengaruh Amerika dan Uni Soviet. Untuk itu pada tahun 1964 Mao menetapkan perubahan orientasi politik luar negerinya dari teori Dua Blok Two Camp yang ditetapkan pada tahun 1946 ke teori Tiga Dunia Three World. 26 Pada masa ini RRC percaya bahwa negara-negara dunia ketiga harus berkumpul dibelakang pimpinan revolusioner RRC dalam melaksanakan perjuangannya. RRC terus berusaha mengidentifikasikan dirinya sebagai pemimpin dan juru bicara dari negara-negara Dunia Ketiga. Untuk itu RRC melipatgandakan usahahnya untuk menguatkan ikatan-ikatan dengan negara- negara Dunia Ketiga. Di tahun 1964 dan 1965, Zhou melakukan perjalanan yang luas di Afrika dan selama perjalanan tersebut dia mengelu-elukan cita-cita RRC yang dinyatakan sebagai Anti-imprealisme dan Anti-revisionisme. Pada saat yang bersamaan RRC juga memelihara hubungan-hubungan dengan berbagai organisasi revolusioner di Asia dan Afrika, suatu kebijakan yang oportunis, yang membawa Dimana RRC menempatkan dirinya sebagai bagian dari Dunia Ketiga, yaitu kelompok negara-negara yang terjajah yang telah merdeka atau disebut juga negara-negara yang sedang berkembang. Sedangkan Dunia Kedua didefinisikan sebagai kelompok negara-negara yang bangkit dan maju setelah Perang Dunia II atau disebut juga negara-negara yang sudah berkembang, yang terdiri dari negara-negara Eropa Barat, Kanada, Jepang dan lain sebagainya. Dunia pertama yang terdiri dari negara adikuasa Amerika dan Uni Soviet yang merupakan kekuatan hegemoni dunia yang harus ditentang oleh aliansi dari kekuatan Dunia Ketiga dan Dunia Kedua. 26 Partogi, op.cit, hal. Universitas Sumatera Utara RRC untuk memberi dukungan kepada kelompok-kelompok dan gerakan-gerakan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan yang berkuasa, dimana RRC mempunyai hubungan diplomatik dengan pemerintahan tersebut. Dan Untuk mempermudah diterimanya ambisi daripada kepemimpinan RRC di negara-negara Dunia Ketiga, maka RRC mendirikan kelompok-kelompok seperti Sino-Latin America Friendship Association, yang adalah cabang daripada Chinese Peoples Association for Friendship with Foreign Countries. Tetapi RRC sama sekali gagal untuk mendirikan suatu otoritas di dalam kelompok negara Dunia Ketiga yang berpengaruh. Dalam perayaan hari ulang tahun ke-20 Kemenangan Perang Rakyat Melawan Jepang pada setember 1965, RRC mempublikasikan makalah Menteri Pertahanan Lin Piao yang berjudul Long Live The Victory of People’s War yang menyebutkan bahwa strategi perang rakyat, yaitu pengepungan desa-desa terhadap kota-kota yang menghasilkan kemenangan total adalah sumbangan besar RRC bagi perjuangan revolusi segenap rakyat tertindas di seluruh dunia. Menurut Lin Bao, strategi “desa mengepung kota” bila dilihat secara global dapat digambarkan bahwa, Amerika Utara dan Eropa Barat dapat disebut sebagai “kota-kota dunia” sedangkan Asia, Afrika, dan Amerika Latin adalah “daerah pedesaan dari dunia”. Pada hakikatnya revolusi dunia yang sedang berkembang juga menggambarkan pengepungan daerah pedesaan terhadap daerah perkotaan yang akhirnya nasib dari revolusi dunia tergantung dari rakyat Asia, Afrika, dan Amerika latin yang menduduki bagian terbesar dari umat manusia Pilihan untuk beroposisi terhadap kolonialisme dan imprealisme sebagai pokok-pokok persoalan yang spesifik dengan tujuan tersembunyi RRC untuk mendapatkan pengaruh dari negara-negara Dunia Ketiga yang telah diterima baik Universitas Sumatera Utara oleh negara-negara dunia ketiga pada tahun 1950-an tidak berhasil setelah tahun 1960-an. Gagasan bahwa RRC adalah contoh revolusioner, tidak disukai oleh negara-negara yang baru dan sedang berkembang dan mereka sangat tidak tertarik kepada perjuanagan-perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan internasional, mereka lebih suka untuk meneruskan perkembangan dalam negeri mereka, dan sering juga mereka memerlukan bantuan dari negara-negara yang dinamakan oleh RRC sebagai musuh dan pemeras. Apa lagi setelah politik revolusioner dan oportunis itu mengakibatkan banyak ketegangan kepada hubungan-hubungan diplomatik RRC di wilayah itu. Kondisi ini membuat RRC merasa menjadi sangat terisoler. Sifat radikal daripada poolitik luar negeri RRC dan ketidak sanggupan RRC untuk mengerti dinamika dari kombinasi budaya, nasionalisme, sejarah dan politik dari negara-negara dunia ketiga tersebut telah menyebabkan kebijakan RRC di negara Dunia Ketiga merusak diri sendiri. Negara-negara Dunia Ketiga terganggu dengan perselisihan RRC-Soviet dan dengan kuat menolak segala usaha- usaha untuk keterlibatan mereka. Secara lisan, RRC telah mendukung usaha negara-negara Dunia Ketiga untuk kebebasan politik dan ekonomi serta untuk penerimaan internasional dan pengakuan, tetapi sebenarnya RRC sedang berusaha untuk membujuk negara- negara Dunia Ketiga supaya sepenuhnya menerima pandangan dunia RRC dan tujuan-tujuan utama daripada politik RRC. Belajar dari kesalahan tersebut, memasuki tahun 1970-an, untuk mengakhiri keterpencilannya dari dunia internasional maka sekali lagi politik luar negeri RRC menjadi kembali mendirikan dan memperbaiki hubungan diplomatik Universitas Sumatera Utara dengan seluruh dunia. Setelah tahun 1971 RRC telah memperoleh dukungan untuk mendapat hak masuk menjadi anggota PBB.

3. Kepentingan RRC Dalam Politik Luar Negerinya