1966 – 1970 Revolusi Kebudayaan POLITIK LUAR NEGERI CINA 1949 – 1976

Politik luar negeri RRC pada periode ini yang terlihat lebih militan cenderung untuk ditolak oleh negara-negara Asia dan Afrika yang baru merdeka dengan alasan masing-masing, dan penolakan itu semakin ditegaskan karena keretakan hubungan RRC dengan Uni Soviet juga akan menyebabkan mereka tidak mendapat bantuan asing dan akan ditolak dari keanggotaan PBB apabila mereka memihak kepada RRC. Ditambah dengan dukungan RRC kepada kelompok- kelompok yang menghendaki penggulingan pemerintahan yang sah, yang bahkan pemerintahan tersebut mempunyai hubungan diplomatik dengan RRC, terbukti menjadi sangat dibenci di Afrika. Selain itu, di dalam negeri, perselisihan di tingkat elit pimpinan sebagai akibat dari kegagalan Gerakan Loncatan Jauh Kedepan 1957, dan Kampanye Seratus Bunga Berkembang 1958 serta perbedaan-perbedaan politik yang disebabkan Rencana Ekonomi Lima Tahun pertama 1953-1957 menuntun kepada Revolusi Kebudayaan. 23

4. 1966 – 1970 Revolusi Kebudayaan

Revolusi Kebudayaan berawal dari kritikan terhadap suatu seni drama yang disebut menyindir kebijakan Mao tse tung yang memecat Peng Du Hai dan mengandung unsur-unsur anti partai, bersifat kapitalis, dan feodal. Kemudian berkembang menjadi gerakan penertiban besar-besaran terhadap orang-orang yang dituduh revisionis dan oportunis kanan. Juni 1966 Partai Komunis Cina menyerukan kepada mahasiswa untuk memobilisasi rakyat massa guna digerakkan memberantas seni budaya yang ingin merubah diktator proletariat menjadi 23 Ibid Universitas Sumatera Utara kepemimpinan borjuis. 24 Atas seruan itulah maka mahasiswa turun ke jalan dan membentuk Pengawal Merah. Gerakan Pengawal Merah tersebut dari hari ke hari semakin menjadi-jadi. Terjadi kerusuhan massa di seantero RRC. Selain dari lawan-lawan politik Mao Tse Tung yang dijadikan sasaran kritik dan penangkapan, berbagai kantor pemerintah, tempat-tempat peribadahan, dan peninggalan purbakala pun menjadi sasaran pengrusakan. 25 Bahkan Gerakan Pengawal Merah berulang kali menyerang anggota perwakilan diplomatik, termasuk para diplomat negara Eropa Timur yang dikecam sebagai revisionis. Dunia dipertunjukan kericuhan politik dalam negeri RRC yang sebelumnya berlangsung tertutup, kali ini secara terbuka. 26 Pada masa ini upaya RRC untuk tetap mendorong dan mengkampanyekan perjuangan revolusi kepada dunia internasional meningkat, terutama kepada negara-negara dunia ketiga, sebagai akibat dari tekanan yang diberikan pada kemurnian ideologi. Tetapi karena terbentur masalah kemampuan keuangan, upayanya tersebut lebih banyak bersifat lisan, melalui dukungan-dukungan diplomatik. Pada periode ini RRC juga menjadi lebih selektif dalam mendukung negara-negara maupun gerakan-gerakan revolusioner, mengingat kesalahan- kesalahan yang dilakukan RRC sebelumnya. Pada akhir 1965 tercatat RRC telah Kebijakan Luar negeri RRC pada periode ini, merefleksikan apa yang terjadi di dalam negeri RRC sendiri. Doktrin Perang Rakyat yang diperkenalkan Lin Piao pada tahun 1965 mencerminkan kesibukan RRC dengan ideologi pada periode ini, dimana melihat Uni Soviet yang disebut revisionis lebih berbahaya daripada Imprealis Amerika Serikat. 24 Sukisman, op. cit, hal. 92 25 Ibid 26 Harris, op.cit, hal. 37 Universitas Sumatera Utara mengalami pemutusan ataupun penangguhan hubungan diplomatik dengan enam negara yaitu Burundi, Republik Afrika Tengah, Dahomey, Ghana, Indonesia, dan Tunisia. Pada akhir 1965 terjadi peningkatan aktivitas militer Uni Soviet di perbatasannya dengan RRC, dengan alasan untuk mencegah RRC menuntut kembali wilayah yang telah dikuasainya, RRC marah sekali dan menganggap ini sebagai usaha Uni Soviet yang lain dalam mencari daerah ekspansi baru di negerinya – setelah sebelumnya pada tahun 1956 Uni Soviet mengirimkan pasukannya untuk menduduki Bulgaria. 27 Ketegangan semakin meningkat, terutama setelah Uni Soviet melancarkan invasi ke Cekoslovakia pada tahun 1968, dan mencapai klimaksnya dengan pertempuran di Sungai Ussuri tahun 1969, dimana kemudian Uni Soviet melakukan invasi terang-terangan atas daerah Hsinkiang, RRC. 28 Sementara itu, penawaran damai yang diajukan Presiden Lyndon Jhonson terhadap Vietnam, dilihat oleh RRC sebagai pelonggaran tekanan Amerika Serikat kepada RRC, pada saat hubungan RRC-Soviet memburuk secara dramatis. Bahkan kemudian ancaman dari Uni Soviet menjadi lebih serius lagi, dengan munculnya gagasan pembentukan Sistem Keamanan Kolektif Asia dari Brezhnev yang diartikan RRC sebagai maksud terkordinasi Uni Soviet untuk mengepung RRC dari segala arah, dimana Uni Soviet telah mempunyai ikatan yang kuat dengan India, mempengaruhi Laos secara luas, bersekutu dengan Republik Rakyat Mongolia sejak dulu. Kemudian ancaman dan keterpencilan ini membuat RRC mulai membuka hubungan dengan dunia barat. 29 27 Donald S. Zagoria, Soviet Policy in East Asia, New Haven: Yale University Press, 1982, hal.95 28 Partogi, op.cit, hal. 132 29 Harris, op.cit, hal. 41 Kemudian direspon oleh RRC dengan melunakkan sikapnya terhadap Amerika Universitas Sumatera Utara Serikat dimana pada November 1968 RRC mengusulkan untuk meneruskan pembicaraan dengan Amerika Serikat dengan perantara Duta Besar masing-masing di Warsawa, walaupun pembicaraan-pembicaraan itu sebenarnya baru dimulai pada Januari 1970. Pada bulan Maret 1969 RRC mengundang salah satu pimpinan Uni Soviet Alexsei Kosygin untuk mengunjungi Beijing, ini adalah upaya Zhou En Lai untuk mencegah konflik kedua negara menjadi lepas kendali. Pembicaraan kedua negara dimulai pada bulan Oktober, ini juga sebagai usaha RRC untuk menunjukkan kepada dunia bahwa RRC juga tidak tertarik untuk menjadi bagian dari Amerika Serikat. Satu bulan kemudian, Kongres Partai Komunis Cina yang kesembilan April 1969 mengisyaratkan kepada sebuah akhir dari masa-masa yang paling penuh kekerasan pada masa Revolusi Kebudayaan, dan pada bulan Mei 1969 RRC memulai membangun kembali hubungan-hubungan luar negerinya kepada seluruh dunia. 30 Tahun 1969 – 1971 merupakan suatu peralihan bagi RRC dari politik luar negeri revolusioner kepada politik luar negeri pasca revolusioner karena Revolusi Kebudayaan sendiri telah berakhir, maka sekali lagi politik luar negeri RRC berganti menjadi lebih kepada peningkatan hubungan-hubungan diplomatik dan mengurangi bantuan dan dukungan lisan kepada gerakan-gerakan dan kelompok- kelompok revolusioner. 31 30 Ibid 31 Ibid Universitas Sumatera Utara

5. 1971 – 1976 Pasca Revolusi Kebudayaan