membutuhkan sumbang saran, pendapat bahkan kritik yang bersifat membangun dari ruang lingkup pekerjaaannya demi kemajuan di lembaga
pendidikan tersebut, namun budaya kerja akan berakibat buruk jika pegawai dalam suatu organisasi mengeluarkan pendapat yang berbeda hal
itu dikarenakan adanya perbedaan setiap individu dalam mengeluarkan pendapat, tenaga dan pikirannya, karena setiap individu mempunyai
kemampuan dan keahliannya sesuai bidangnya masing-masing. Untuk memperbaiki budaya kerja yang baik membutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk merubahnya, maka itu perlu adanya pembenahan- pembenahan yang dimulai dari sikap dan tingkah laku pemimpinnya
kemudian diikuti para bawahannya. Terbentuknya budaya kerja diawali tingkat kesadaran pemimpin atau pejabat yang ditunjuk, dimana besarnya
hubungan antara pemimpin dengan bawahannya akan menentukan cara tersendiri apa yang dijalankan dalam perangkat satuan kerja atau
organisasi. Maka dalam hal ini budaya kerja terbentuk dalam satuan kerja atau
organisasi itu berdiri, artinya pembentukan budaya kerja terjadi ketika lingkungan kerja atau organisasi belajar dalam menghadapi permasalahan
yang menyangkut masalah organisasi
.
Cakupan makna setiap nilai budaya kerja tersebut, antara lain:
a. Disiplin; Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma
yang berlaku di dalam maupun di luar perusahaan. Disiplin meliputi
Universitas Sumatera Utara
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, prosedur, berlalu lintas, waktu kerja, berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya.
b. Keterbukaan; Kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang
benar dari dan kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan perusahaan.
c. Saling menghargai; Perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap
individu, tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.
d. Kerjasama; Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari
dan atau kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan Sumber: Admin, http:arozieleroy.wordpress.com20100713budaya-
kerja. Kesuksesan organisasi bermula dari adanya disiplin menerapkan
nilai-nilai inti perusahaan. Konsistensi dalam menerapkan kedisiplinan dalam setiap tindakan, penegakan aturan dan kebijakan akan mendorong
munculnya kondisi keterbukaan, yaitu keadaan yang jadi prasangka negatif karena segala sesuatu disampaikan melalui fakta dan data yang akurat
informasi yang benar. Selanjutnya, situasi yang penuh dengan keterbukaan akan meningkatkan komunikasi horizontal dan vertikal,
membina hubungan personal baik formal maupun informal diantara jajaran manajemen, sehingga tumbuh sikap saling menghargai.
Pada gilirannya setelah interaksi lintas sektoral dan antar karyawan semakin baik akan menyuburkan semangat kerjasama dalam wujud saling
koordinasi manajemen atau karyawan lintas sektoral, menjaga kekompakkan manajemen, mendukung dan mengamankan setiap
Universitas Sumatera Utara
keputusan manajemen, serta saling mengisi dan melengkapi. Hal inilah yang menjadi tujuan bersama dalam rangka membentuk budaya kerja.
Fungsi budaya kerja bertujuan untuk membangun keyakinan sumberdaya manusia atau menanamkan nilai-nilai tertentu yang melandasi
atau mempengaruhi sikap dan perilaku yang konsisten serta komitmen membiasakan suatu cara kerja di lingkungan masing-masing. Dengan
adanya suatu keyakinan dan komitmen kuat merefleksikan nilai-nilai tertentu, misalnya membiasakan kerja berkualitas, sesuai standar, atau
sesuai ekpektasi pelanggan organisasi, efektif atau produktif dan efisien. Tujuan fundamental budaya kerja adalah untuk membangun
sumber daya manusia seutuhnya agar setiap orang sadar bahwa mereka berada dalam suatu hubungan sifat peran pelanggan, pemasok dalam
komunikasi dengan orang lain secara efektif dan efisien serta menggembirakan. Budaya kerja berupaya mengubah komunikasi
tradisional menjadi perilaku manajemen modern, sehingga tertanam kepercayaan dan semangat kerjasama yang tinggi serta disiplin.
Dengan membiasakan kerja berkualitas, seperti berupaya melakukan cara kerja tertentu, sehingga hasilnya sesuai dengan standar
atau kualifikasi yang ditentukan organiasi. Jika hal ini dapat terlaksana dengan baik atau membudaya dalam diri pegawai, sehingga pegawai
tersebut menjadi tenaga yang bernilai ekonomis, atau memberikan nilai tambah bagi orang lain dan organisasi. Selain itu, jika pekerjaan yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pegawai dapat dilakukan dengan benar sesuai prosedur atau ketentuan yang berlaku, berarti pegawai dapat bekerja efektif dan efisien.
Budaya kerja mempunyai arti yang sangat mendalam, karena akan merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk mencapai
produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa depan. Disamping itu masih banyak lagi manfaat yang muncul seperti
kepuasan kerja meningkat, pergaulan yang lebih akrab, disiplin meningkat, pengawasan fungsional berkurang, pemborosan berkurang, tingkat absensi
menurun, terus ingin belajar, ingin memberikan terbaik bagi organisasi, dan lain-lain.
Berdasarkan pandangan mengenai manfaat budaya kerja, dapat ditarik suatu deskripsi sebenarnya bahwa manfaat budaya kerja adalah
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kualitas hasil kerja, kuantitas hasil kerja sehingga sesuai yang diharapkan.
4. Unsur– Unsur Budaya Kerja
Budaya kerja adalah berpijak dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa atau masyarakat Indonesia yang diolah sedemikian rupa menjadi
nilai-nilai baru yang akan menjadi sikap dan perilaku manajemen yang diharapkan dalam upaya menghadapi tantangan baru. Budaya kerja tidak
akan muncul begitu saja, akan tetapi harus diupayakan dengan sungguh- sungguh melalui proses yang terkendali dengan melibatkan semua sumber
daya manusia dalam seperangkat sistem, alat-alat dan teknik-teknik pendukung.
Universitas Sumatera Utara
Budaya kerja akan menjadi kenyataan melalui proses panjang, karena perubahan nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru akan memakan
waktu untuk menjadi kebiasaan dan tak henti-hentinya terus melakukan penyempurnaan dan perbaikan
Menurut Taliziduhu Ndraha, budaya kerja dapat dibagi menjadi dua unsur, yaitu: 1. Sikap terhadap pekerjaan, yakni kesukaan akan kerja
dibandingkan dengan kegiatan lain, seperti bersantai, atau semata-mata memperoleh kepuasan dari kesibukan pekerjaannya sendiri, atau merasa
terpaksa melakukan sesuatu hanya untuk kelangsungan hidupnya. 2 Perilaku pada waktu bekerja, seperti rajin, berdedikasi, bertanggung
jawab, berhati-hati, teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk mempelajari tugas dan kewajibannya, suka membantu sesma pegawai, atau sebaliknya.
Budaya kerja merupakan suatu organisasi komitmen yang luas dalam upaya untuk membangun sumber daya mnusia, proses kerja dan
hasil kerja yang lebih baik. Untuk mencapai tingkat kualitas yang makin baik tersebut diharapkan bersumber dari perilaku setiap individu yang
terkait dalam organisasi kerja itu sendiri. Setiap fungsi atau proses kerja mempunyayi perbedaan cara kerja, yang mengakibatkan berbeda nilai-
nilai yang cocok untuk diambil dalam kerangka kerja organisasi. Setiap nilai-nilai apa yang sepatutnya dimiliki oleh pemimpin puncak dan
pemimpin lainnya, bagaimana perilaku setiap orang akan mempengaruhi kerja mereka.
Universitas Sumatera Utara
B. Fasilitas 1. Pengertian dan Arti Pentingnya Fasilitas
Fasilitas adalah sarana untuk melancarkan dan memudahkan pelaksanaan fungsi. Fasilitas merupakan komponen individual dari penawaran
yang mudah ditumbuhkan atau dikurangi tanpa mengubah kualitas dan model jasa. Fasilitas juga merupakan alat untuk membedakan program lembaga
pendidikan yang satu dari pesaing yang lainnya Lupiyaodi, 2006 : 150 . Fasilitas kerja adalah sarana pendukung dalam aktivitas perusahaan
berbentuk fisik, dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, memiliki jangka waktu kegunaan yang relatif permanen dan memberikan manfaat untuk
masa yang akan dating. Fasilitas kerja sangatlah penting bagi perusahaan, karena dapat menunjang kinerja karyawan, seperti dalam penyelesaian
pekerjaan. Pada suatu perusahaan untuk mencapai suatu tujuan diperlukan alat
pendukung yang digunakan dalam proses atau aktifitas di perusahaan tersebut. Fasilitas yang digunkan oleh setiap perusahaan bermacam-macam bentuk,
jenis dan manfaatnya. Semakin besar aktifitas suatu perusahaan maka semakin lengkap pula fasilitas dan sarana pendukung dalam proses kegiatan untuk
mencapai tujuan tersebut. Menurut Hartanto 2005: 501 karakteristik dari sarana pendukung
dalam proses aktivitas perusahaan adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Mempunyai bentuk fisik
Dipakai atau digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan. Mempunyai jangka waktu kegunaan atau umur relatif permanent dari satu
periode akuntansi atu lebih dari satu tahun.
b. Memberikan manfaat dimasa yang akan datang.
Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa sarana pendukung dalam aktivitas perusahaan berbentuk fisik dan digunakan dalam kegiatan normal
perusahaan, memiliki jangka waktu kegunaan yantg relatif permanen dan memberikan manfaat untuk masa yang akan datang.
2. Jenis Fasilitas Kerja
Fasilitas kerja merupakan salah satu alat yang digunakan oleh karyawan untuk memudahkan dalam penyelesaian kerjaan sehari-hari. Fasilitas kerja
pada setiap perusahaan akan berbeda dalam bentuk dan jenisnya, tergantung pada jenis usaha dan besar kecilnya perusahaan tersebut.
Menurut Sofyan 2004: 22 fasilitas kerja dalam persahaan terdiri dari: 1. Mesin dan peralatan
2. Prasarana 3. Perlengkapan kantor
4. Peralatan inventaris 5. Tanah dan bangunan
6. Alat transportasi
Universitas Sumatera Utara
C. Komitmen
1. Pengertian Komitmen
Komitmen adalah sikap kesediaan diri untuk memegang teguh visi, misi serta kemauan untuk mengerahkan seluruh usaha dalam melaksanakan tugas.
Komitmen karyawan tidak akan tumbuh dengan sendirinya, ada hubungan signifikan antara budaya kerja dengan komitmen karyawan Robbins
2002:284 Robbins dan Judge 2007 mendefinisikan komitmen sebagai suatu
keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keangotaannya dalam organisasi.
Sedangkan Mathis dan Jackson dalam Sopiah, 155 mendefinisikan komitmen organisasional sebagai derajad dimana karyawan percaya dan mau menerima
tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasinya.
Menurut Meyer Allen dalam Munandar 2004:75, komitmen organisasi merupakan salah satu bentuk dari komitmen yang lain dan memiliki
fokus yang berbeda. Mowdy, Porter Steer dalam Munandar 2004:75, komitmen organisasi adalah sifat hubungan seorang individu dengan
organisasi dengan memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: a. Menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi
b. Mempunyai keinginan berbuat untuk organisasinya
Universitas Sumatera Utara
c. Mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap bersama dengan organisasinya Menurut Griffin Bateman dalam Munandar 2004:75, menyebutkan
bahwa komitmen organisasi adalah : a. Dambaan pribadi untuk mempertahankan keanggotannya dalam organisasi
b. Keyakinan dan penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi c. Kemauan secara sadar untuk mencurahkan usaha demi kepentingan
organisasi.
2. Bentuk - bentuk Komitmen Karyawan
Menurut Meyer Allen dalam Munandar 2004:75 menjelaskan 3 bentuk dari komitmen organisasi, yang keseluruhannya mempunyai implikasi
terhadap kelanjutan partisipasi individu dalam organisasi. Ketiga bentuk tersebut adalah:
a. Komponen afektif Affective Commitment
Menunjukkan suatu kelekatan psikologis terhadap organisasi. Individu bertahan di organisasi ini karena memang menginginkannya. Komitmen ini
berkaitan dengan pengalaman kerja.
b. Komponen normatif Normative Commitment
Komitmen ini ditunjukkan dengan perasaan “wajib” untuk tetap bertahan dalam organisasi. Karyawan yang memiliki normative commitment yang
tinggi akan bertahan dalam organisasi karena mereka merasa harus melakukan hal tersebut.
c. Komponen continuance Continuance Commitment
Universitas Sumatera Utara
Merupakan komitmen organisasi yang rasional. Komitmen ini berkaitan dengan biaya jika ia keluar dari organisasi. Karyawan yang memiliki
continuance commitment tinggi akan bertahan dalam organisasi, karena membutuhkannya. Menurut Stebbin dalam Munandar 2004:75
menyebutkan bahwa continuance commitment adalah kesadaran akan ketidakmungkinan memilih identitas sosial lain ataupun alternative tingkah
laku lain karena adanya ancaman akan kerugian. Menurut Becker dalam Munandar 2004:75 menyebutkan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi continuance commitment yaitu self investment, general training, dukungan sosial dan kesempatan.
3. Karakteristik Komitmen Karyawan
Karakteristik komitmen karyawan bisa diwujudkan antara lain dalam beberapa hal sebagai berikut:
a. Komitmen dalam mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi. b. Komitmen dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja
standar organisasi. c. Komitmen dalam mengembangkan mutu sumber daya manusia
bersangkutan dalam mutu produk. d. Komitmen dalam mengembangkan kebersamaan tim kerja secara efektif
dan efisien. e. Komitmen untuk berdedikasi pada organisasi secara kritis dan rasional.
Komitmen = Confidence + Motivation
Universitas Sumatera Utara
Confidence berarti ukuran keyakinan diri seseorang atau rasa mampu melakukan sesuatu tugas dengan baik tanpa diawasi. Motivation berarti minat
dan antusias seseorang untuk melakukan sesuatu tugas dengan baik.
2.2. Penelitian Terdahulu