10
meskipun  bukan  menjadi  yang  terpenting.  Dalam  hal  ini  faktor  manusia mempunyai tempat yang lebih tinggi di atas modal sebagai faktor utama yang
menjadi  penyebab  adanya  kegiatan  produksi  ataupun  aktivitas  ekonomi lainnya. Oleh karenanya, fungsi modal yang utama adalah sebagai penunjang
jalannya proses produksi untuk mengahasilkan barang-barang produksi dalam rangka memenuhi kebutuahan
masyarakat konsumen.
2.3 Konsep Perempuan
Pada  perkembangannya,  pada  tahun  2000  telah  diterbitkan
Instruksi Presiden  Republik  Indonesia  No.  9  Tahun  2000
tentang  Pengarusutamaan Jender  dalam  Pembangunan  Nasional.  Inpres  ini  berisi  instruksi  kepada
menteri, bupatiwalikota, kepala lembaga pemerintah non departemen untuk: 1.
Melaksanakan pengarusutamaan
gender guna
terselenggaranya perencanaan,  penyusunan,  pelaksanaan,  pemantauaan,  dan  evaluasi  atas
kebijakan  dan  program  pembangunan  nasional  yang  berperspektif  jender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.
2.  Memperhatikan  secara  sungguh  -  sungguh  Pedoman  Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional.
3.  Menteri Negara Pemberdayaan Perempuaan: -  Memberikan bantuan teknis  kepada instansi  dan lembaga pemerintah di
tingkat Pusat dan daerah dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender. -    Melaporkan  hasil  pelaksanaan  pengarusutamaan  gender  kepada
Presiden.
11
4.  Secara  bersama  -  sama  atau  sendiri  -  sendiri  sesuai  dengan  bidang  tugas dan  fungsi,  serta  kewenangan  masing  -  masing,  menetapkan  ketentuan
lebih  lanjut  yang  diperlukan  bagi  pelaksanaan  Instruksi  Presiden  ini. Kegiatan  Pengarusutamaan  Jender  dalam  Pembangunan  Nasional,
dilaksanakan melalui dua langkah utama, yaitu: -
Analisis  Jender,  untuk  mengidentifikasi  dan  memahami  ada  tidaknya dan  sebab  -  sebab  terjadinya  ketidaksetaraan  jender,  termasuk
pemecahan masalahnya. -
Komunikasi,  Informasi,  dan  Edukasi  KIE  untuk  menumbuhkan  dan meningkatkan kemampuan instansi dan lembaga pemerintah di tingkat
pusat dan daerah tentang jender. Dalam  skala  global,  dikenal  tiga  pergeseran  interpretasi  peningkatan
peran  wanita  P2W  sebagai  berikut  Tjokrowinoto,  1996:h.  84-86  dalam Mudrajad Kuncoro, 1997 :
1. P2W sebagai wanita dalam pembangunan Perspektif P2W dalam konteks
Women in Development
memfokuskan pada    bagaimana  mengintegrasikan  wanita  dalam  berbagai  bidang
kehidupan,  tanpa  banyak  mempersoalkan  sumber-sumber  yang menyebabkan  mengapa  posisi  wanita  dalam  masyarakat  bersifat
interior,  sekunder,  dan  dalam  hubungan  subordinasi  terhadap  pria. Asumsinya, struktur sosial yang ada dipandang sudah
given.
Indikator integrasi  wanita  dalam  pembangunan  diukur  dengan  indikator  seperti
partisipasi  angkatan  kerja,  akses  terhadap  pendidikan,  hak-hak  politik dan kewarganegaraan, dan sebagainya.
12
2. P2W sebagai wanita dan pembanguan Menurut  perspektif
Women  and  Development
yang  dipelopori  oleh kaum  feminisme  Marxist  ini,  wanita  selalu  menjadi  pelaku  penting
dalam  masyarakat  sehingga  posisi    wanita,  dalam  arti  status, kedudukan,  dan  peranannya,  akan  menjadi  salah  satu    ukuran
keberhasilan pembangunan. 3. P2W sebagai gender dan pembangunan
Menurut  kacamata
gender  and  development,
konstruksi  sosial  yang membentuk persepsi dan harapan serta mengatur hubungan antara pria
dan  wanita  sering  merupakan  penyebab  rendahnya  kedudukan  dan status  wanita,  posisi  inferior  dan  sekunder  relatif  terhadap  pria.
Pembangunan berdimensi gender ditujukan untuk mengubah hubungan gender  yang  eksploratif  atau  merugikan  menjadi  hubungan  yang
seimbang, selaras, dan serasi.
2.4 Konsep Pemberdayaan