47
= 49.000 kJ Jadi tiap rupiahnya mendapat kalor sebanyak : 49.0002600
= 18,85 kJrupiah Kesimpulannya: dipandang dari sudut energi yang diperoleh tiap rupiahnya lebih
murah menggunakan LPG sebagai bahan bakar. Dalam pemilihan jenis bahan bakar juga harus mempertimbangkan segi-segi lain, misalnya kepraktisan, ketersediaanya dan
faktor-faktor lain misalnya kepraktisan, kebersihannya dan tingkat pencemarannya. Dari kedua faktor tersebut penggunaan LPG sebenarnya lebih menguntungkan daripada
arang. Salah satu faktor yang perlu diperhitungkan dalam penggunaan bahan bakar
adalah tingkat kesempurnaan pembakarannya. Pembakaran tidak sempurna dipandang dari sudut energi yang dihasilkan, akan merugikan sebab akan dihasilkan energi yang
lebih sedikit. Contoh:
1. C
3
H
8
g + 5O
2
g 3CO
2
g + 4H
2
Og H = - 2218 kJ
2. C
3
H
8
g + O
2
g 2CO
2
g + COg + 4H
2
Og H = - 1934kJ
Dari kedua contoh terlihat bahwa pada pembakaran sempurna reaksi 1 dihasilkan kalor yang lebih banyak daripada pembakaran tidak sempurna reaksi 2. Selain energi
yang lebih sedikit pada pembakaran tidak sempurna dihasilkan pula senyawa CO yang dapat menimbulkan pencemaran.
B. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang menjadi dasar acuan untuk pengembangan modul termokimia SMA berbasis problem solving. Pertama adalah hasil penelitian Alias
2012, dari penelitian ini diperoleh gambaran bahwa pengembangan modul yang didasarkan pada teknologi dan gaya belajar siswa akan menarik minat siswa dalam
belajar Fisika dan akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Efektivitas modul Fisika berdasarkan gaya belajar dan teknologi tepat guna yang dikembangkan dengan
menggunakan model Isman dianalisis dengan modul visual, verbal, aktif dan reflektif. Hasil penelitian yang diperoleh modul visual dan aktif, efektif untuk pelajar baik laki-
laki dan siswa perempuan. Namun, modul verbal dan reflektif hanya efektif untuk pelajar perempuan dan bukan untuk siswa laki-laki.
commit to user
48
Dari tujuan penelitian Surif 2014 untuk mengetahui tingkat prestasi siswa dalam memecahkan masalah kimia dalam bentuk algoritma dan masalah konseptual dan
terbuka. Tujuan melibatkan mengidentifikasi dan membandingkan tingkat prestasi siswa pada ketiga jenis masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
96 bisa memecahkan masalah algoritma tersebut berhasil. Di sisi lain, hanya 54 dan 15 siswa mampu menjawab konseptual dan pertanyaan terbuka-berakhir masing-
masing. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa gagal untuk menjawab konseptual dan terbuka masalah karena ketidakmampuan mereka untuk memahami
konsep-konsep yang mendasari masalah ini. Dihasilkan kesimpulan bahwa usaha lebih masih diperlukan untuk meningkatkan pemahaman konseptual kimia siswa. Kedua guru
dan siswa memainkan peran penting dalam mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dalam kimia. Oleh karena itu, diharapkan dari beberapa hasil penelitian di atas
dapat menjadi titik acuan bagi penulis untuk mengadakan penelitian ini. Dari hasil penelitian Cankoy dan Darbaz 2010 mengungkapkan bahwa siswa
harus dilatih dan didorong untuk menjadi pemecah masalah yang terampil dengan kemampuan untuk melakukan analisis kualitatif masalah sebelum mereka melakukan
solusi kuantitatif. Materi pendidikan
yang dikembangkan harus fokus pada
meningkatkan keterampilan penalaran kualitatif. Brabham 2008, menunjukkan salah salah satu model untuk problem solving
yaitu crowdsourcing. Crowdsourcing memberikan distribusi dalam pemecahan masalah. Model pemecahan masalah yang mampu menggabungkan bakat, memanfaatkan potensi
sekaligus dapat mengurangi biaya dan waktu yang sebelumnya diperlukan untuk pemecahan masalah.
Casakin 2007 menjelaskan metafora dipandang sebagai kognitif yang membantu dalam desain pemikiran. Penelitiannya menyelidiki studi metafora dalam
desain pemecahan masalah, dengan implikasi untuk desain kreatifitas. Perbedaan yang signifikan dalam variasi yang ditemukan antara masing-masing faktor. Inovasi sebagai
lawan dari kefasihan adalah faktor yang paling dominan desain kreatifitas dan berhubungan kuat dengan faktor-faktor lain. Temuan dari penelitiannya menunjukkan
bahwa inovasi mewakili esensi dari kreativitas. Aldous 2007, membahas persimpangan antara kreativitas, pemecahan masalah,
psikologi kognitif dan ilmu pengetahuan yang inovatif. Ada tiga kegiatan kreatif yang perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
49
dilihat yaitu interaksi antara penalaran visual-spasial dan analitis atau lisan, menghadiri perasaan dalam mendengarkan diri dan interaksi antara sadar dan bawah sadar
penalaran. Sebuah kerangka konseptual yang menghubungkan masing-masing kegiatan tersebut dapat dapat dipertimbangkan untuk disajikan dan diimplikasikan dalam
kegiatan belajar mengajar. Sumbangan pemikiran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah dapat digambarkan bahwa kreativitas, kemampuan memecahkan masalah dan
psikologi kognitif dapat dijadikan kerangka konseptual dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Pengembangan model modul IPA berbasis problem solving method berdasarkan karakteristik siswa dalam pembelajaran di SMP yang ditulis oleh Wenno 2010. Atas
dasar kelemahan strategi mengajar, dan media laboratorium yang diterapkan guru sains, perlu mencoba menerapkan model modul LKS eksperimen dan LKS non eksperimen
berbasis problem solving method, dan sistem evaluasi proses yang mengandalkan asesmen autentik sebagai alternatif untuk meminilisasi kelemahan yang ada pada guru
sains SMPMTs di Propinsi Maluku. Guru sains lebih banyak mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan memberi tugas secara kelompok dalam eksperimen yang membuat
siswa aktif mengerjakannya, dan dapat menerapkan penilaian-penilaian alternatif dalam menilai proses belajar siswa, baik dikelas maupun dalam kegiatan-kegiatan eksperimen
di laboratorium. Model modul pembelajaran sains berbasis problem solving method, dan sistem evaluasi berdasarkan karakteristik siswa dalam pembelajaran sains dapat
dikembangkan lebih lanjut sebagai alternatif pemecahan masalah proses pembelajaran sains SMPMTs di Propinsi Maluku.
Penelitian dari Pusporini 2012 disimpulkan bahwa pembelajaran problem solving dengan lab riil sesuai untuk siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis
rendah. Pusporini 2012 juga menyarankan bahwa kemampuan berpikir kritis berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa sehingga perlu ditingkatkan, yaitu dengan
pembelajaran problem solving, inquiry, proyek, dan strategi-strategi lain yang mengacu pada pendekatan proses. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
penelitan pada pada konsep kimia yang bersifat empiris seperti kesetimbangan kimia, termokimia dengan meninjaunya dari variabel lain seperti kemampuan awal, logika
berpikir induktif, motivasi agar tujuan pembelajaran tercapai dan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik`
commit to user
50
C. Kerangka Berpikir