68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Hasil Pengembangan Modul Berbasis Problem Solving Hasil utama dalam penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan adalah
Modul Termokimia berbasis problem solving pada mata pelajaran kimia untuk siswa kelas XI semester 1. Pelaksanaan penelitian sesuai dengan rencana pengembangan
modul yaitu dengan menggunakan tahapan penelitian dari Borg and Gall yang telah dimodifikasi sampai tahapan ke sembilan. Adapun hasil dari setiap tahapan akan
diuraikan sebagai berikut. a. Studi Pendahuluan dan Pengumpulan Informasi
Tahap studi pendahuluan dilakukan dengan menerapkan pendekatan deskriptif kualitatif. Studi kualitatif diawali dengan studi literatur, kemudian studi lapangan
tentang produk yang akan dikembangkan dan diakhiri dengan deskripsi dan analisis kebutuhan.
Hasil tahapan pendahuluan ini dijabarkan menjadi 2 kegiatan sebagai berikut: 1 Studi Literatur
Studi literatur dimaksudkan untuk mengkaji pengetahuan yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam mengembangkan sebuah produk. Rasionalisasi
produk yang akan dikembangkan perlu diselaraskan dengan Kurikulum yang berlaku dikembangkan produk ini. Pada penelitian ini yaitu memasuki tahun pelajaran
20142015, kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum 2013 yang serempak digunakan untuk semua jenjang sekolah. Berdasarkan hasil analisis rasionalisasi
Kurikulum 2013: a Sesuai Standar Kompetensi Lulusan
Sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.
b Sesuai Standar Isi Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan
pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.
68
commit to user
69
c Sesuai Standar Proses Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan RPP dan penyiapan media
dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran dan skenario pembelajaran. Penyusunan silabus dan RPP disesuaikan pendekatan
pembelajaran yang digunakan. d Pelaksanaan Proses Pembelajaran
i Alokasi waktu jam tatap muka pembelajaran untuk SMA 45 menit,
dalam struktur kurikulum mapel kimia kelas XI ada 4 jam pelajaran dalam 1 minggu dan dilaksanakan dalam 1 pertemuan tatap muka.
ii Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
iii Pelaksanaan pembelajaran harus menggunakan pendekatan ilmiah scientific approach.
iv Guru harus menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik.
v Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik yang menilai kesiapan siswa, proses dan hasil belajar utuh.
vi Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan program perbaikan, pengayaan atau layanan konseling. Dan juga digunakan untuk
memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan SNP Standar Nasional Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses
pembelajaran dengan menggunakan alat: angket, observasi, catatan dan refleksi.
Selain di atas menggali informasi tentang penelitian pengembangan dan jurnal- jurnal penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Pemilihan materi berdasarkan pada ketercapaian ketuntasan yang rendah pada materi tertentu dan berdasar analisis nilai UN 20122013. Selain itu, juga dilakukan analisis
terhadap buku-buku teks atau modul penunjang materi pembelajaran yang telah ada, serta hasil penelitian tentang bahan ajar.
commit to user
70
2 Studi Lapangan Dari hasil observasi dan diskusi dengan guru kimia SMAN 1 Girimarto pada
bulan Juli 2014, dampak dari perubahan kurikulum KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013 untuk mapel kimia di SMAN 1 Girimarto adalah terkendala
pada perangkat pembelajaran yang belum siap yang mana dari perangkat tersebut yang ada baru silabus karena sudah dari pemerintah pusat. Hal-hal
yang menjadi kendala antara lain: a RPP
Meski RPP dapat dikembangkan sendiri di sekolah, akan tetapi dalam pengembangannya juga mengalami kendala karena yang semula dari
kurikulum KTSP 2006 setiap pertemuan hanya 2 jp, pada kurikulum 2013 harus dilaksanakan dalam 4 jp setiap pertemuannya. Hal ini
membuat guru harus berfikir ulang untuk merencanakan pembelajaran agar menarik dan mudah diterima oleh siswa. Sedangkan pembelajaran
sudah harus berjalan, waktu yang dibutuhkan untuk merancang pembelajaran dengan perangkat yang baik tidak sebentar.
b Media atau sumber belajar Untuk media dan sumber belajarnya, meski pemerintah telah
menyiapkan buku guru dan buku siswa akan tetapi untuk mapel peminatan termasuk kimia belum tersedia. Sehingga sekolah menyiapkan
buku teks untuk siswa dari penerbit umum yang mana isi buku tersebut meski bagus namun ada beberapa yang kurang sesuai dengan karakter
siswa di SMAN 1 Girimarto dan juga untuk diterapkan dalam scientific approach masih terlalu luas dan belum nampak sintaksnya. Maka dalam
pengembangan perangkat pembelajaran dikembangkan bahan ajar yang memudahkan siswa dalam mempelajarinya serta memudahkan guru
dalam menjalankan pembelajaran dengan pendekatan scientific approach sehingga dipilih modul sebagai buku siswa dan juga buku guru yang
disertai silabus, RPP, dan instrument Penilaian otentik. c Perangkat Penilaian
Meskipun mapel kimia dalam kurikulum KTSP sudah menggunakan 3 ranah penilaian akan tetapi untuk kurikulum 2013 yang menggunakan
commit to user
71
perangkat penilaian otentik juga merupakan hal baru untuk guru. Maka perlu disiapkan juga instrumen penilaian otentik dalam pengembangan
perangkat pembelajaran. 3 Karakter siswa SMAN 1 Girimarto dilihat dari latar belakang potensi
akademis, sosial dan ekonomi. a Input siswa yang masuk tanpa penyaringan seleksi, semua siswa
dengan nilai berapapun di terima mengingat termasuk sekolah pinggiran yang kalah bersaing dengan fasilitas sekolah kota dan juga promo SMK.
b Banyak siswa yang ditinggal merantau orang tuanya. c Latar belakang pendidikan keluarga yang rendah sehingga tidak ada yang
membantu mendampingi dan mengawasi belajar ketika di rumah. d Fasilitas belajar yang kurang memadai sehingga buku referensi belajar
sangat kurang. 4 Sasaran Materi Pokok Termokimia
Hasil capaian ketuntasan belajar termokimia pada siswa tahun pelajaran sebelumnya yang bersumber dari hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI
SMAN 1 Girimarto. a Karena pembelajaran masih didominasi dengan ceramah, ketika
dijelaskan siswa sebenarnya dapat memahami materinya, saat diberi latihan soal siswa juga dapat mengerjakannya baik diskusi dengan teman
maupun dengan bimbingan guru. Namun ketika UH sulit mencapai persentase ketuntasan kelas 70, padahal KKM TP 20132014 adalah
72, hal yang sama juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. b Hasil analisis dari masalah di atas dikarenakan aktivitas belajar siswa
yang kurang terutama saat di rumah, siswa umumnya tidak mau mengulang lagi mempelajari materi yang habis disampaikan guru di
sekolah, ketika diberi PR atau tugas mereka hanya menunggu teman yang lebih pandai untuk dicontek di sekolah.
c Soal-soal yang mampu mereka kerjakan sendiri hanya soal dengan tingkatan taksonomi Bloom C1-C3 yaitu menghafal, memahami, dan
menerapkan dengan kategori mudah sampai sedang, untuk soal tipe C4 ke atas rata-rata tidak mampu mengerjakan dan tidak ada usaha untuk
commit to user
72
mengerjakan. Itupun jika soal C1-C3 kategori sulit juga banyak yang tidak bisa mengerjakan.
d Hasil analisis UN 20122013 untuk butir soal menentukan kalor reaksi hanya tercapai ketuntasan tingkat sekolah 68,42; kabupaten 75,05;
propinsi 74,85; Nasional 66,78. 5 Berikut rangkuman wawancara kesulitan siswa belajar pada materi
termokimia. a Siswa paham konsep reaksi eksoterm-endoterm, tetapi ketika diterapkan
dalam praktikum atau diminta menganalisis gambardiagram siswa menjadi salah konsep.
b Siswa kesulitan saat menentukan langkah atau cara untuk menyelesaikan soal yang berhubungan dengan materi termokimia terutama dalam
menentukan perubahan entalpi H reaksi atau menentukan kalor reaksi.
6 Sasaran setting pembelajaran yaitu dengan menggunakan problem solving. a Model
pembelajaran problem
solving adalah
suatu model
pembelajaran yang berpusat pada ketrampilan pemecahan masalah, yang
diikuti dengan
penguatan kreatifitas.
Ketika dihadapkan
dengan situasi
pertanyaan, siswa
dapat melakukan
ketrampilan memecahkan
masalah untuk
memilih dan
mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir,
ketrampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir. Sehingga model pembelajaran ini diharapkan sesuai dengan karakter
materi termokimia yang membutuhkan pemahaman analisis konsep dan juga kemampuan memecahkan masalah.
b Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan berdasarkan problem solving untuk melatih siswa berpikir kreatif dalam menghadapi
berbagai masalah baik itu masalah pribadi maupun kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Siswa harus melakukan
penyelidikan untuk mencari penyelesaian masalah: menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan
menganalisis data, dan merumuskan kesimpulan. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
73
b. Perencanaan dan Pengembangan Modul Dari hasil studi pustaka dan studi lapangan, peneliti memfokuskan satu materi
yang akan dilakukan untuk penelitian dan pengembangan. Berdasarkan data yang diperoleh dari analisis kebutuhan, bahwa perlu diteliti dan dikembangkan sebuah modul
untuk mata pelajaran kimia yaitu pada materi termokimia untuk siswa SMA Kelas XI semester 1. Untuk itu peneliti merancang modul berbasis problem solving yang
diharapkan sesuai dengan karakter materi termokimia dan karakter siswa sekolah sasaran.
Sebelum membuat modul terlebih dahulu dibuat RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran agar dapat mengetahui penetapan tujuan pembelajaran atau indikator
ketercapaian kompetensi. Terdapat 2 KD penurunan dari KI-1, 3 KD dari KI-2, 2 KD dari KI-3 dan 2 KD dari KI-4. Maka dalam penyusunan indikator pencapaian
kompetensi juga dijabarkan dari masing-masing KD. Indikator untuk KD yang diturunkan dari KI-1 dan KI-2 dirumuskan dalam bentuk perilaku umum yang
bermuatan nilai dan sikap yang gejalanya dapat diamati. Indikator untuk KD yang diturunkan dari KI-3 dan KI-4 dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik yang dapat
teramati dan terukur. Berdasarkan alokasi waktu yang terdapat dalam silabus untuk
pembelajaran termokimia ada 12 jam pelajaran untuk setiap tatap muka sebanyak 4 jam pelajaran. Maka dalam RPP direncanakan 3 kegiatan tatap muka di mana setiap
pertemuan sebanyak 4 jam pelajaran selama 45 menit setiap jam pelajarannya. Kegiatan selanjutnya pada tahap ini menyusun rancangan isi modul yang sesuai
dengan pedoman penyusunan modul dan juga harus mempertimbangkan kesesuaian dengan alur pembelajaran problem solving seperti juga yang sudah direncanakan dalam
RPP. Dalam rencana pengembangan modul isi kegiatan belajar modul juga disesuaikan dengan alokasi waktu yang direncanakan, maka dalam modul yang akan disusun dibuat
3 kegiatan belajar yang mewakili masing-masing topik materi termokimia. Sesuai dengan pedoman modul, modul yang akan dikembangkan juga dirancang adanya
kegiatan pendahuluan, kegiatan belajar dan penutup. RPP yang dibuat untuk mengetahui kesesuaian juga dilakukan telaah RPP oleh pakar pembelajaran yang sudah menerapkan
kurikulum 2013 pada sekolahnya dengan persentase rata-rata penilaian 88,72 sehingga RPP sangat layak untuk digunakan. Sebuah modul akan bermakna kalau
peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
74
memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik
lainnya. Dengan demikian maka modul harus menggambarkan KD yang akan dicapai
oleh peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi. Pada kegiatan pendahuluan modul berisi tentang garis besar
isi modul, informasi materi pembelajaran, apersepsi dan petunjuk penggunaan modul. Sedangkan pada kegiatan pembelajaran yang didalam modul terdapat 3 kegiatan
pembelajaran yang mewakili masing-masing topik materi, hal ini harus disesuaikan dengan setting pembelajaran problem solving. Paling tidak dalam tahapannya harus
memenuhi tahapan seperti berikut: i
menyajikan permasalahan ii
mengidentifikasi permasalahan iii mencari alternatif penyelesaian masalah
iv menilai setiap alternatif penyelesaian masalah v
menarik kesimpulan. Untuk itu dalam perancangan isi modul termokimia berbasis problem solving ini
di dalam kegiatan belajarnya dibuat setting langkah pembelajaran problem solving seperti Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Isi Kegiatan Belajar Modul Termokimia Berbasis Problem Solving. Isi Kegiatan Belajar
Uraian Gambar Produk Awal
Pos 1. Topik Berisi topik kegiatan
belajar yang
akan dipelajari pada setiap
pertemuan. Pos 2. Tujuan Kegiatan
Belajar Berisi
tujuan yang
diharapkan setiap
menyelesaikan kegiatan
pembelajaran. Pos 3. Pengenalan
Masalah Pengenalan masalah,
berisi masalah yang perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
75
Lanjutan Tabel 4.1. Isi Kegiatan Belajar Modul Termokimia Berbasis Problem Solving.
disajikan penulis
untuk dicari solusinya oleh siswa melalui
kegiatan investigasi
dengan terlebih dahulu mencari hal-hal yang
harus diketahui
sebagai dasar
penyelesaian masalah Kegiatan menyajikan
masalah dan
identifikasi masalah. Pos 4. Kegiatan
Investigasi Kegiatan
investigasi memuat
kumpulan materi
pengetahuan yang
berhubungan dengan permasalahan
yang disajikan serta kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan siswa
untuk melakukan investigasi
mencari alternatif
pemecahan masalah.
Pos 5. Jalur Penyelesaian
Masalah Mengasosiasi
Setelah melakukan
investigasi, siswa
menuliskan atau
menjabarkan dari apa yang sudah didapatkan
dari hasil investigasi perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
76
Lanjutan Tabel 4.1. Isi Kegiatan Belajar Modul Termokimia Berbasis Problem Solving.
c. Validasi dilanjutkan Revisi Draft Modul Hasil draft awal modul yang sudah jadi selanjutnya divalidasikan kepada
validator yang ahli dalam bidangnya agar diketahui validitas isi dan kualitas draft modul yang akan diujicobakan. Validator yang menilai draft modul terdiri dari validator media,
materi, bahasa dan praktisi. Validator ahli media oleh pakar media pembelajaran dan juga sebagai dosen
kimia Pascasarjana UNS yaitu Dr. Mohammad Masykuri, M.Si. Hasil validasi yang diperoleh adalah modul layak digunakan dengan revisi. Beberapa catatan masukan yang
menjadi masukan untuk perbaikan modul dijabarkan dalam Tabel 4.2. untuk
menjawab masalah
yang disajikan, dilanjutkan
dengan mengasosiasi masalah
sebagai langkah penyelesaian
masalah. Menetapkan beberapa solusi untuk
menyelesaikan permasalahan.
Pos 6. Uji Mandiri Berisi
materi soal
untuk menguji
kemampuan siswa
secara mandiri,
diharapkan sikap jujur, percaya
diri dan
pantang menyerah dari siswa
untuk mengiringi
kegiatan ini agar kegiatan ini
dapat berhasil. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 4.2. Saran Validator Ahli Media untuk Draft Awal Modul Bagian Modul
Saran Hasil Perbaikan
Cover Gambar pada cover diganti
dengan gambar yang sesuai dengan topik materi modul
- Gambar reaksi terbuka penguapan larutan diganti
gambar kembang api sebagai contoh peristiwa
reaksi eksoterm
- Gambar proses fotosintesis pada daun hijau diganti
dengan gambar kantong penyeka yang
menggambarkan reaksi endoterm
Halaman Judul Dalam
Belum ada halaman judul dalam
Ditambahkan halaman judul dalam
commit to user
78
Lanjutan Tabel 4.2. Saran Validator Ahli Media untuk Draft Awal Modul Kegiatan
Pendahuluan Judul sub bab “Pengantar”
diganti “Garis Besar Isi Modul”
Judul sub bab “Pengantar” pada Pendahuluan diganti
dengan “Garis Besar Isi Modul”
Modul Siswa dan Modul Guru
Jika memungkinkan untuk dibuat modul untuk
pegangan guru Sudah dikonsultasikan
pembuatan modul untuk pegangan guru
Peta konsep Peta konsep masih salah
karena semua diberi border antara konsep dan preposisi
tidak dibedakan, kemudian dibuat konsep dan hierarki
konsep Sudah diperbaiki dengan
menyusun kembali peta konsep sesuai saran yaitu
membedakan konsep dan proposisi dan hubungan
hierarkinya Apersepsi
Tulisan judul dibuat huruf kapital dan spasi dirapatkan
Huruf pada judul sudah diganti dengan huruf capital
dan spasi dirapatkan menjadi perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
79
1,15
Kegiatan Belajar Tujuan pembelajaran untuk
diganti menjadi indikator pencapaian kompetensi
karena menyesuaikan RPP Kurikulum 2013
Sudah diganti menjadi Indikator Pencapaian
Kompetensi
Kegiatan Belajar POS 1 disarankan untuk
dimulai dari Indikator Pencapaian Kompetensi
tidak mulai dari Topik pembelajaran karena masih
termasuk judul kegiatan pembelajaran
Kegiatan Belajar untuk POS 1 dimulai dari Indikator
Pencapaian Kompetensi sehingga setiap kegiatan
belajar terdapat 5 pos kegiatan
Cover Border gambar harus
konsisten artinya jika ada gambar diborder maka
semua gambar harus diborder jika tidak maka
semua gambar tidak Semua gambar pada cover
sudah diganti dengan tidak menggunakan border
Cover Nama penulis hurufnya
untuk diperbesar dan tampak jelas
Nama penulis huruf sudah diperbesar menjadi font
Bookman Old Style ukuran 11 Untuk penilaian validitas modul akan dijabarkan dalam bentuk analisis kuantitatif di sub
bab hasil uji kelayakan modul. Validator ahli materi merupakan pakar materi kimia dan juga dosen kimia
Pascasarjana UNS yaitu Prof. Ashadi. Selain memvalidasi modul, validator materi juga memvalidasi perangkat pembelajaran.
Adapun aspek yang dinilai antara lain aspek isi, aspek kebahasaankomunikasi, aspek penyajian, efek bagi proses pembelajaran dan
tampilan menyeluruh modul. Kesimpulan umum dari hasil validasinya adalah layak
digunakan dengan revisi. Sedangkan masukan atau saran untuk perbaikan adalah seperti Tabel 4.3.
Lanjutan Tabel 4.2. Saran Validator Ahli Media untuk Draft Awal Modul perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
80
Tabel 4.3. Saran Validator Ahli Materi untuk Draft Awal Modul Bagian Modul
Saran Hasil Perbaikan
Peta Konsep Kata penghubung pada peta
konsep tidak diberi kotak Sudah diperbaiki dengan
membenahi antara konsep dan preposisi dan juga diperbaiki
hubungan hierarkinya
Halaman 31 Gambar dan keterangan
gambar diperjelas Gambar 8 dalam modul
merupakan gambar kalorimeter sederhana dan
gambar 9 merupakan gambar kalorimeter bom
Untuk validasi perangkat semuanya relevan kecuali kisi-kisi soal dengan nomor soal 8 dengan indikator “Diberikan beberapa persamaan termokimia, siswa dapat
memilih persamaan termokimia perubahan entalpi pembakaran” dalam pemikiran peneliti masuk kategori C3 penerapan tingkatan Bloom tetapi seharusnya C2
pemahaman bukan C3 penerapan. Validator ahli bahasa yaitu Drs. Tarmin, M.Pd sebagai pakar bahasa beliau
lulusan S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNS dan guru di SMAN 1 Girimarto. Hasil validasi yang diperoleh dianalisis dalam bentuk deskriptif kualitatif
karena sumbangan beliau tidak mengena pada sasaran materi kimia akan tetapi hanya dalam hal penulisan dan tata bahasa modul termokimia berbasis problem solving.
Adapun beberapa catatan yang dapat digunakan sebagai penyempurnaan modul adalah seperti Tabel 4.4.
commit to user
81
Tabel 4.4. Saran dari Ahli Bahasa Bagian Modul
Saran Masukan Halaman 21
Pada Pos 5 nomor 2, kata tanya “Apa” sebaiknya “Tulislah” dan diakhiri tanda seru .
Pada nomor 3, “Ciri-ciri reaksi eksoterm dan reaksi endoterm?” sebaiknya diganti “Jelaskan ciri-ciri reaksi
eksoterm dan reaksi endoterm”. Halaman 47
Kata “diatas” seharusnya “di atas”. Tanda “.” setelah kata “berikut” seharusnya diberi tanda “ : ”.
Point “D” terlalu menjorok 2 spasi seharusnya rata dari depan. Halaman 50
Dalam penulisan kata “anda” seharusnya “Anda”. Hasil validasi dari ahli praktisi juga sangat membantu pengembangan modul
termokimia berbasis problem solving. Terdapat 3 ahli praktisi yaitu sebagai pakar dalam pengelolaan pembelajaran kimia di dalam kelas yang sudah mempunyai pengalaman
mengajar lebih dari 5 tahun bahkan ada yang berpengalaman sebagai guru inti dan penulis buku teks mata pelajaran kimia. Beberapa saran untuk perbaikan draft modul
yang diajukan diantaranya seperti disebutkan dalam Tabel 4.5 Tabel 4.5 Saran dari Ahli Praktisi
Ahli Praktisi Saran
Perbaikan Kaniyem, S.Pd., M. Pd
- Pada apersepsi perlu penekanan pada contoh
yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
seperti tampilan terapan reaksi eksoterm dan
endoterm dalam kehidupan sehari-hari.
- Pada diagram Hukum Hess
ditambahkan rumus:
- Dalam apersepsi sudah dikaitkan dengan kompetensi
yang akan dipelajari, dikemas dalam bentuk
percakapan dengan topik materi macam-macam
sistem. - Pada diagram Hukum Hess
tidak ditambahkan rumus: H
1
= H
2
+ H
3
dikarenakan dalam setiap perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
82
Lanjutan Tabel 4.5 Saran dari Ahli Praktisi H
1
= H
2
+ H
3
- Ditambahkan tabel
energi ikatan diagram entalpi, hubungan
antar H tidak harus H
1
= H
2
+ H
3
, sehingga dalam proses kegiatan belajarnya
siswa akan
menemukan formula hubungan antar
H sendiri
Siti Fatimah, S.Si., M.Sc - Pos 2 Pengenalan
Masalah pada Kegiatan Belajar I untuk point
iii sebaiknya tidak diberi kata penghubung
kontradiktif “tetapi”
- Pada Kegiatan Eksperimen di Kegiatan
Belajar I sebaiknya ditambahkan
pertanyaan untuk membuat diagram
entalpi dari hasil pengamatan tiap
percobaannya Point iii pada Pos 2
Kegiatan Belajar I sudah diubah kalimat soalnya
menjadi ”
Pita Cu + serbuk belerang, tidak terjadi perubahan,
setelah dipanaskan akan berubah menjadi padatan hitam. Reaksi
berlanjut ketika pemanasan dihentikan.”
- Perbaikan yang dilakukan dengan menambahkan
pertanyaan untuk membuat diagram entalpi dari hasil
pengamatannya untuk reaksi eksoterm dan endoterm
commit to user
83
Dra. Endang Sunarsih, M.Pd
- Halaman 10: Pengenalan Masalah
Kalimat “....mengalami reaksi eksoterm ....”,
sebaiknya diganti “...merupakan ....”
- Halaman 16: pada diagram entalpi,
sebaiknya harga H
diberi tanda +- untuk mempermudah siswa
dalam memahami reaksi ekoterm dan
endoterm
- Halaman 24: soal nomor 7 pada diagram
sebaiknya harga H
diberikan tanda - - Halaman 10: Pengenalan
Masalah Diberikan kata
“mengalami” karena reaksi tersebut melalui proses
peristiwa sehingga kata sambungnya lebih pas
menggunakan kata tersebut
- Halaman 16 untuk diagram entalpi harga
H untuk masing-masing reaksi
eksoterm dan endoterm sudah diperbaiki dengan
menambahkan tanda + untuk rekasi endoterm dan –
untuk reaksi eksoterm
- Soal nomor 7 halaman 24 diperbaiki dengan
menambahkan tanda H = -
d. Uji coba skala kecil Uji coba skala kecil dilaksanakan pada 3 sekolah yaitu SMAN 1 Girimarto, SMAN 1
Sidoharjo dan SMAN 1 Jatisrono dengan banyak sampel 16 siswa kelas XII IPA yang dipilih secara acak. Uji coba skala kecil dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang
respon awal tentang produk modul termokimia berbasis problem solving yang dikembangkan pada tahap awal. Siswa diberikan angket tentang pendapatnya terhadap
modul tersebut dengan memberikan skor tertinggi 5 dan terendah 1 dalam setiap aspek yang dinilai. Hasil dari respon siswa pada uji coba skala kecil seperti pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. SaranMasukan dari Siswa pada Tahap Uji Skala Kecil No.
Saranmasukan dari siswa 1.
Pada halaman 1 Pendahuluan, “… Problem Solving..” karena ditengah kalimat seharusnya menggunakan huruf kecil untuk p dan s nya.
2. Kegiatan belajar 2 pada tidak ada kolom untuk diskusi menyelesaikan
masalah. 3.
Pada soal halaman 24 mengapa H-nya tidak diberi tanda – atau +.
4. Soal Uji Mandiri Kegiatan Belajar 2 nomor 6 tidak ada jawabannya karena
diubah dalam satuan Kalori. 5.
Dalam Tabel 1.2. Nilai Kalor Bakar beberapa bahan bakar LNG 49kJgram tetapi dalam contoh soal 40 kJgram.
6. Sebaiknya dalam kunci jawaban ada pembahasannya.
Lanjutan Tabel 4.5 Saran dari Ahli Praktisi perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
84
e. Revisi hasil uji skala kecil Tahap ini bertujuan untuk merevisi saran atau masukan yang diberikan siswa
pada tahap uji coba skala kecil sehingga layak disajikan dalam uji coba utama. Revisi yang dilakukan pada tahap ini adalah mengganti huruf yang tidak sesuai dengan ejaan
yang disesuaikan dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu juga meneliti kembali jika ada tulisan yang masih salah. Seperti yang disarankan untuk Kegiatan
Belajar 2 ditambahkan kolom untuk diskusi menyelesaikan masalah. Pada soal halaman 24 untuk diagram entalpi ditambahkan tanda – pada
H-nya. Pada soal nomor 6 uji mandiri kegiatan belajar 2, satuannya seharusnya kkal dan pada contoh soal kalor bahan
bakar LPG diganti 49 kJgram. Sedangkan pada kunci jawaban tidak disertakan pembahasan karena siswa mampu memecahkan masalah secara mandiri dan
mengembangkan kreatifitas berfikirnya meskipun nantinya guru membahas soal uji mandiri secara bersama-sama.
f. Uji coba lapangan utama
Pada uji coba lapangan utama ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat keefektifan modul termokimia
berbasis problem solving yang telah dikembangkan. Pengujian ini melalui penggunaan produk untuk pembelajaran di kelas. Dalam menguji efektifitas modul ini menggunakan
metode ekperimen pretest posttest control group design, satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol.
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Girimarto dengan menggunakan kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas, peneliti sebagai observer atau pengamat sedangkan sebagai pengajar adalah Ibu Kaniyem, S.Pd., M.Pd sekaligus sebagai guru kimia kelas
XI IPA di SMAN 1 Girimarto. Pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan metode yang sama yaitu metode pemecahan masalah problem
solving hanya media pembelajaran yang digunakan siswa berbeda, di mana siswa kelas eksperimen menggunakan modul termokimia berbasis problem solving sedangkan siswa
kelas kontrol menggunakan buku paket dari perpustakaan. Hasil dari tahapan ini adalah nilai pengetahuan, nilai sikap dan nilai ketrampilan yang semuanya dianalisis dengan
uji-t untuk mengukur efektifitas modul termokimia berbasis problem solving yang telah perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
85
dikembangkan terhadap prestasi belajar siswa. Adapun rata-rata nilai pre test dan post test dari kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah seperti pada Tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Rata-rata Nilai pre test dan post test dari Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
Kelas Rata-rata Pre Test
Rata-rata Post Test Rata-rata Gain Score
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1,37 1,36
3,06 2,60
0,64 0,47
Dari hasil Tabel 4.7 dapat terbaca bahwa setelah menggunakan modul termokimia berbasis problem solving tampak hasil bahwa prestasi belajarnya lebih tinggi
dibandingkan kelas yang tidak menggunakan modul. Sehingga dapat dikatakan modul termokimia berbasis problem solving efektif meningkatkan prestasi belajar termokimia.
Refleksi setiap kegiatan pembelajaran menjadi gambaran tentang jalannya keterterapan modul dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran pertama
menggunakan modul termokimia berbasis problem solving memiliki banyak catatan yang dapat digunakan sebagai acuan perbaikan dalam pertemuan berikutnya. Pada awal
pertemuan menggunakan model pembelajaran yang terintegrasi dalam media belajar siswa, di mana hal itu sebagai sesuatu yang baru bagi siswa dan juga guru. Hal yang
wajar jika saat-saat awal terjadi banyak pertanyaan dari siswa tentang jalannya kegiatan belajar di kelas. Siswa yang belum terbiasa belajar aktif secara mandiri tidak bergantung
pada penjelasan guru, bagi siswa yang sudah tahu apa yang seharusnya ia pelajari dapat berjalan sebagaimana mestinya. Namun beberapa siswa masih tergantung pada
temannya atau harus diingatkan guru untuk aktif belajar mandiri. Kebiasaan siswa yang tidak mau membaca materi secara detail juga menjadi kesulitan siswa untuk
menjalankan problem solving, karena sebelum masuk materi seharusnya siswa membaca terlebih dahulu halaman pendahuluan untuk mengetahui garis besar isi modul,
materi yang disajikan, kompetensi yang harus dikuasai dan tentunya petunjuk penggunaan modul. Untuk itu 30 menit pertama pada pertemuan pertama, guru masih
mendominasi jalannya pembelajaran meski siswa sudah berkelompok. Adapun ringkasan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran pada ketiga pertemuan seperti
tersaji pada Tabel 4.8. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 4.8. Refleksi Proses Pembelajaran dalam menerapkan Modul Termokimia berbasis Problem Solving.
Kegiatan Belajar Refleksi
Kegiatan Belajar I - Kondisi awal pembelajaran siswa belum dapat menyesuaikan
diri sehingga masih banyak yang bertanya langkah kegiatannya
- Guru harus mendampingi satu per satu dari setiap kelompok - Post test yang direncanakan setiap akhir pertemuan
disepakati setelah selesai KD - Siswa sudah mulai bisa belajar mandiri saat melakukan
percobaan mengidentifikasi ciri-ciri reaksi eksoterm dan endoterm
- Ada satu kelompok yang masih terbalik konsepnya yaitu yang suhu sistemnya turun dikatakan sebagai reaksi
eksoterm dan sebaliknya, sehingga perlu diberi pengulangan penguatan
- Uji mandiri dikerjakan secara individual disekolah setelah siswa mempresentasikan hasil penyelesaian masalah dan
kemudian dicocokkan bersama yang sekaligus digunakan sebagai pemetaan ketercapaian indikator. Ada 4 siswa yang
nilainya masih belum mencapai 75, maka siswa tersebut ditekankan mengulang kembali ciri-ciri reaksi eksoterm dan
endoterm. Kegiatan Belajar 2
- Siswa sudah dapat menyesuaikan diri belajar menggunakan modul termokimia berbasis problem solving. Terlihat ada
beberapa siswa yang sudah mengisikan jawaban dalam pengenalan masalah.
- Siswa R bertanya “ H ditentukan dengan rumus apa?”
- Siswa Pr bertanya “ H dengan kalor itu cara menghitungnya
apa sama” - Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan uji mandiri, tetapi masih ada dua siswa yang perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
87
menanyakan jalannya mengerjakan. - Evaluasi guru terhadap teknik pemecahan masalah yang
siswa kerjakan: siswa rata-rata sudah bisa menuliskan atribut masalah yang diketahui, rata-rata siswa juga sudah bisa
menentukan langkah penyelesaian masalah dari hasil kegiatan investigasinya, hasil penulisan laporan portofolio
rata-rata sudah lengkap hanya kurang penekanan pada analisis datanya.
Kegiatan Belajar 3 -
Beberapa siswa bingung menentukan arah grafik pada diagram entalpi.
- Siswa N bertanya “apa cara menentukan
H
3
= H
1
+ H
2
?” -
Siswa agak terhambat dalam hitungan karena dari awal kesulitan dalam hitungan angka tanpa menggunakan alat
bantu. -
Hasil uji mandiri 70 siswa berhasil, yang belum berhasil karena faktor kemampuan matematisnya yang lemah
sehingga disarankan untuk banyak berlatih soal dan membiasakan diri tanpa bantuan alat hitung.
Adapun saran dari siswa maupun guru untuk kesempurnaan modul termokimia berbasis problem solving adalah seperti tersaji dalam Tabel 4.9 Sedangkan hasil uji
efektifititas disajikan dalam sub bab Hasil Uji Efektifitas. Tabel 4.9 Saran Siswa dan Guru dalam Uji Coba Lapangan Utama
Halaman Saran
Halaman 53
Halaman 54
Halaman 57 Soal nomor 1 tulisan “diagram” tertulis “doagram”.
Soal nomor 2 tulisan “reaksi” tertulis “rekasi”. Soal nomor 5 sebaiknya ditambahkan kata menjadi “data harga
energi ikatan”. Soal nomor 1 gambar gelembung gas tidak terlihat.
Lanjutan Tabel 4.8. Refleksi Proses Pembelajaran dalam menerapkan Modul perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
88
g. Revisi produk modul Saran uji coba lapangan utama sebagai masukan perbaikan modul yang akan
diperbanyak untuk dinilaikan kelayakan pada uji coba operasional. Kemudian setelah isi modul direvisi kesalahannya, modul dicetak berbentuk buku sehingga layak untuk
digunakan. h. Uji coba lapangan operasional
Tahap uji coba operasional bertujuan untuk menyebarluaskan modul termokimia berbasis problem solving kepada siswa sekaligus meminta saran dan masukan demi
perbaikan kualitas modul yang telah dikembangkan tersebut dengan jumlah subyek yang lebih besar dibandingkan uji coba skala kecil dan utama. Pelaksanaan uji coba
operasional ini diterapkan pada siswa SMAN 1 Girimarto sebanyak 2 kelas dengan siswa sejumlah 22 siswa, SMAN 1 Jatisrono sebanyak 4 kelas dengan siswa 112 siswa
dan SMAN 1 Sidoharjo sebanyak 20 siswa. Hasil saran dan masukan siswa yang diperoleh seperti disajikan dalam Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Saran Hasil Uji Coba Operasional Uji diperluas Halaman
Saran Cover
Halaman 43 Warna kurang menarik
Penyajian gambar masih kurang menarik Sebaiknya rumus diberi kotak
i. Revisi final produk modul
Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian ini. Hasil saran siswa dari uji coba operasional diperbaiki untuk penyempurnaan produk modul termokimia berbasis
problem solving yang telah dikembangkan sebagai hasil produk penelitian pengembangan ini. Hasil revisi final ini seperti disajikan dalam Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Revisi Final Produk Modul Halaman
Perbaikan Cover
Layout diperbaiki menjadi lebih menarik
commit to user
89
Halaman 43 Rumus diberi kotak agar siswa
mudah mempelajarinya
2. Hasil Uji Kelayakan Modul Sesuai dengan tujuan penelitian yang kedua bahwa dari hasil perumusan masalah
diharapkan dalam penelitian ini dapat mengetahui bahwa
modul termokimia SMA berbasis problem solving
yang dibuat sudah layak digunakan dalam pembelajaran berdasarkan validasi ahli, penilaian praktisi dan respon siswa. Adapun hasil uji
kelayakan diperoleh dari validasi ahli saat pengembangan draft awal modul, penilaian praktisi saat sebelum uji coba skala kecil sedangkan respon siswa saat uji coba skala
kecil, uji coba utama dan uji coba operasional. Setelah dianalisis validitas isi dari validasi ahli dengan menggunakan Aiken.
Diperoleh data hasil analisis butir validitas isi dengan menggunakan rumus Aiken seperti tersaji pada Tabel 4.12. Berdasarkan Tabel Indeks Validitas Aiken Lampiran
20 jika menggunakan banyak kategori c = 5 dan banyak penilai raters, n = 5 maka indeks validitasnya harus memenuhi minimal Vc = 0,80 sehingga jika memenuhi butir
instrumen dikatakan validitas isi terpenuhi, apabila belum mencapai 0,80 maka butir instrumen dikatakan validitas isinya belum terpenuhi.
Tabel 4.12 Hasil Validitas Isi dengan Aiken Kriteria
Nomor butir indikator instrumen validasi Validitas isi
terpenuhi 1,2,4,5,7,8,9,10,12,15,16,17,18,20,21,23,24,25,26,27,28,29,30,31,
32,33,34,35 Validitas isi
belum terpenuhi 3,6,11,13,14,19,22
Data penilaian validator ahli juga dikonversikan untuk menganalisis kelayakan modul dari validasi ahli. Adapun hasil uji kelayakan modul termokimia berbasis
Lanjutan Tabel 4.11 Layout diperbaiki menjadi lebih menarik perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
90
problem solving dari validasi ahli adalah seperti disajikan dalam Tabel 4.13. Dalam penilaiannya
validator ahli
menilai tentang
kelayakan aspek
isi, aspek
kebahasaankomunikasi, aspek penyajian, efek bagi proses pembelajaran dan tampilan menyeluruh modul.
Tabel 4.13 Hasil Validasi Kelayakan Modul. Nama Validator
Validator Persentase
Kelayakan Kategori
Dr. Mohammad Masykuri, M.Si Ahli media
88,57 Sangat layak
Prof. Ashadi Ahli materi
80,00 Layak
Kaniyem, S.Pd., M.Pd Praktisi
79,43 Layak
Siti Fatimah, S.Si., M.Sc Praktisi
86,86 Sangat layak
Dra. Endang Sunarsih, M.Pd Praktisi
92,57 Sangat layak
Rata-rata 85,49
Sangat Layak Uji kelayakan dari penilaian praktisi dilaksanakan pada forum MGMP Kimia
Kabupaten Wonogiri pada hari Sabtu tanggal 14 Desember 2014. Peneliti mengajukan penilaian kepada guru-guru anggota MGMP terhadap modul termokimia berbasis
problem solving. Adapun aspek yang dinilai antara lain aspek isi, aspek
kebahasaankomunikasi, aspek penyajian, efek bagi proses pembelajaran dan tampilan menyeluruh modul dan hasilnya dari 25 panelis guru kimia yang menilai modul
diperoleh hasil persentase kelayakan 82,22 dengan kategori sangat layak. Kelayakan modul termokimia berbasis problem solving diperoleh dari penilaian
respon siswa pada uji coba skala kecil dan uji coba operasional. Uji coba skala kecil diterapkan pada 6 siswa kelas XII IPA SMAN 1 Girimarto, 5 siswa SMAN 1 Jatisrono
dan 5 siswa SMAN 1 Sidoharjo. Untuk uji coba operasional diajukan pada 22 siswa kelas XI IPA SMAN 1 Girimarto, 112 siswa kelas XI IPA SMAN 1 Jatisrono dan 20
siswa kelas XI IPA SMAN 1 Sidoharjo. Adapun hasil rerata persentase skor penilaian uji kelayakan seperti tersaji pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Rerata Hasil Penilaian Uji Kelayakan Modul oleh Siswa Uji Coba Kelayakan Modul
Jumlah Responden
Rerata Persentase
Skor Kriteria
Uji coba skala kecil 15
87,25 Sangat Layak
Uji coba operasional 154
80,58 Sangat Layak
Rerata Persentase Kelayakan 83,92
Sangat Layak perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
91
Sehingga dari hasil penilaian validator ahli, praktisi dan respon siswa terhadap pengembangan modul termokimia berbasis problem solving ini dapat diperoleh
persentase rerata seperti tersaji pada Tabel 4.15 berikut. Tabel 4.15 Rerata Hasil Penilaian Uji Kelayakan Modul oleh Validator, Praktisi dan
Siswa. Penilai
Jumlah Responden
Rerata Persentase
Skor Kriteria
Validator Ahli 5
85,49 Sangat Layak
Guru Kimia Praktisi 25
82,22 Sangat Layak
Siswa 154
83,92 Sangat Layak
Rerata Persentase Kelayakan 83,37
Sangat Layak 3. Hasil Uji Efektifitas Modul
Uji efektifitas modul dilaksanakan pada uji coba utama yaitu dengan menerapkan modul termokimia berbasis problem solving untuk pembelajaran siswa di kelas XI
semester 1 SMAN 1 Girimarto tahun pelajaran 20132014. Siswa yang diberikan penerapan modul adalah kelas XI MIA 1 berjumlah 22 siswa terdiri dari 6 putra dan 16
putri selanjutnya disebut sebagai kelas eksperimen. Sebagai kelas kontrol adalah kelas XI MIA 2 sebanyak 23 siswa terdiri dari 14 putra dan 9 putri. Dalam pembelajarannya
digunakan RPP yang sama antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol hanya yang membedakan adalah penggunakan modul termokimia berbasis problem solving untuk
siswa kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol menggunakan buku dari perpustakaan sekolah, tujuannya agar dapat diketahui keampuhan efektifitas modul yang
dikembangkan. Dalam hal ini peneliti hanya bertindak sebagai pengamat sedangkan pelaksana pembelajaran adalah guru kimia pengampu kelas XI MIA SMAN 1 Girimarto
yaitu Ibu Kaniyem, S.Pd., M.Pd. Pembelajaran dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan, setiap pertemuan 4 jam
pelajaran dimulai pada tanggal 17 November 2014 sampai 4 Desember 2014. Sesuai yang direncanakan dalam RPP, penilaian yang diambil terdiri dari nilai pengetahuan,
sikap dan ketrampilan. Untuk mengetahui efektifitas modul maka dari hasil penilaian untuk pengetahuan digunakan gain score g dari nilai pre test dan post test yang
kemudian dilakukan analisis uji-t setelah dicari normalitas dan homogenitasnya. Untuk nilai sikap dari beberapa jenis penilaian sikap yang dilakukan yaitu pengamatan sikap,
penilaian diri dan penilaian teman sejawat kemudian dicari rata-rata nilainya yang perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
92
dianalisis dalam uji-t. Demikian juga untuk penilaian ketrampilan selain observasi penilaian kinerja juga diberikan penilaian portofolio dari hasil laporan praktek siswa.
Hasil akhir nilai ketrampilan merupakan nilai rata-rata dari beberapa kriteria penilaian tersebut kemudian dianalisis dengan uji-t untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
prestasi belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Adapun hasil penilaian seperti tersaji pada Tabel 4.15.
Tabel 4.16 Hasil Penilaian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. Kelas
Rerata Nilai Pengetahuan
Sikap Ketrampilan
Kelas Eksperimen 0,64
3,09 3,18
Kelas Kontrol 0,47
2,79 2,90
Kemudian dari nilai di atas, dilakukan analisis uji-t dengan menggunakan software SPSS 18.0.
a. Nilai Pengetahuan Terlebih dahulu melakukan uji normalitas data dengan uji normalitas tes
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil N-gain sampel berasal dari populasi yang terdistribusi
normal. Uji normalitas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut, 1 Perumusan hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H
1
: sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal 2 Kriteria pengujian:
a Jika signifikan 0,05, Ho diterima sehingga sampel berasal dari
populasi berdistribusi normal. b
Jika signifikan ≤ 0,05, Ho ditolak sehingga sampel tidak berasal dari
populasi berdistribusi normal. 3 Hasil Uji Normalitas dengan SPSS 18.0
Tabel 4.17. Hasil Uji Normalitas Tes Pengetahuan Tests of Normality
kelas Kolmogorov-Smirnov
a
Shapiro-Wilk Statistic
df Sig.
Statistic df
Sig. gain score
1 0.175
22 0.076
0.944 22 0.245
2 0.156
23 0.151
0.927 23 0.093
4 Kesimpulan perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
93
Karena nilai signifikansi capai 0,76 untuk kelas 1 kelas eksperimen dan 0, 151 untuk kelas 2 kelas kontrol maka nilai signifikansinya 0,05 Ho
diterima sehingga sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Setelah uji normalitas dilakukan uji homogenitas sebagai syarat kedua sebelum
analisis uji-t. Uji ini bertujuan untuk mengetahui kedua kelas berasal dari variansi yang sama atau tidak. Untuk mengetahui homogenitas variansi digunakan uji
Levene-Test. Hipotesis yang diajukan untuk tes kesamaan varansi ini adalah:
Ho : sampel berasal dari variansi yang sama homogen H
1
: sampel tidak berasal dari variansi yang sama tidak homogen Apabila dirumuskan ke dalam hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho :
1 2
=
2 2
H
1
:
1 2
≠
2 2
Hasil uji homogenitas dengan SPSS 18.0 Kriteria pengambilan keputusan yaitu:
a Jika signifikan 0,05, Ho diterima sehingga sampel berasal dari variansi yang sama homogen.
b Jika signifikan ≤ 0,05, Ho ditolak sehingga sampel tidak berasal dari variansi
yang sama tidak homogen. Tabel 4.18. Hasil Uji Homogenitas Tes Pengetahuan
Test of Homogeneity of Variance Levene
Statistic df1
df2 Sig.
gain score Based on Mean 11.142
1 43
0.002 Based on Median
8.746 1
43 0.005
Based on Median and with adjusted df
8.746 1
34.558 0.006
Based on trimmed mean 10.847
1 43
0.002
Kesimpulan dari kriteria yang telah ditetapkan, untuk hasil uji homogenitas dengan Levene test diperoleh nilai signifikansi untuk rata-rata gain score 0,002 dimana nilai
signifikansi tersebut kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak maka diketahui sampel tidak berasal dari variansi yang sama atau tidak homogen.
Setelah uji prasyarat analisis statistik dilakukan dan diketahui hasilnya dilanjutkan dengan uji-t non parametrik karena dari hasil uji normalitas dan homogenitas diperoleh
commit to user
94
hasil data berdistribusi normal namun tidak homogen. Hipotesis yang diajukan adalah: Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pengetahuan siswa pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol H
1
: terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pengetahuan siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kriteria pengambilan keputusan: a Jika signifikan 0,05, Ho diterima.
b Jika signifikan ≤ 0,05, Ho ditolak.
Hasil uji-t dengan uji statistik non parametrik Mann-Whitney Test adalah sebagai berikut:
Tabel 4.19 Hasil Uji Non Parametrik Tes Pengetahuan
Test Statistics
a
gain score Mann-Whitney U
141.500 Wilcoxon W
417.500 Z
-2.539 Asymp. Sig. 2-tailed
0.011 Dilihat dari hasil uji-t dengan uji statistik non parametrik Mann-Whitney Test
diperoleh nilai signifikansi 0,011 sehingga kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
pengetahuan siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Di mana kelas eksperimen dalam pembelajarannya menggunakan modul termokimia berbasis problem solving,
sedangkan kelas kontrol tidak menggunakannya. b. Nilai Sikap
Dalam analsis nilai tidak hanya tes pengetahuan yang diuji nilai efektifitasnya akan tetapi juga nilai sikap dan ketrampilan. Data yang dianalisis adalah nilai dari rata-
rata nilai untuk sikap dan ketrampilan. Pada analisis nilai sikap terlebih dahulu juga dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas.
Uji normalitas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut, 1 Perumusan hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H
1
: sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal 2 Kriteria pengujian:
commit to user
95
a. Jika signifikan 0,05, Ho diterima sehingga sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
b. Jika signifikan ≤ 0,05, Ho ditolak sehingga sampel tidak berasal dari
populasi berdistribusi normal. 3 Hasil Uji Normalitas dengan SPSS 18.0
Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Nilai Sikap
Tests of Normality
KELAS Kolmogorov-Smirnov
a
Shapiro-Wilk Statistic
df Sig.
Statistic df
Sig. SIKAP
1 0.147
22 0.200
0.962 22
0.531 2
0.104 23
0.200 0.971
23 0.718
4 Kesimpulan Karena nilai sig. Dicapai 0,200 untuk kelas 1 kelas eksperimen dan 0,
200 untuk kelas 2 kelas kontrol maka nilai signifikansinya 0,05 Ho diterima sehingga sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Untuk mengetahui homogenitas variansi digunakan uji Levene-Test. Hipotesis yang diajukan untuk tes kesamaan varansi ini adalah:
Ho : sampel berasal dari variansi yang sama homogen H
1
: sampel tidak berasal dari variansi yang sama tidak homogen Apabila dirumuskan ke dalam hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho :
1 2
=
2 2
H
1
:
1 2
≠
2 2
Hasil uji homogenitas dengan SPSS 18.0 Tabel 4.21 Hasil Uji Homogenitas Nilai Sikap
Test of Homogeneity of Variance Levene
Statistic df1
df2 Sig.
SIKAP Based on Mean 0.106
1 43
0.746 Based on Median
0.053 1
43 0.819
Based on Median and with adjusted df
0.053 1
42.946 0.819
Based on trimmed mean 0.113
1 43
0.739
Kriteria pengambilan keputusan yaitu: perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
96
a Jika signifikan 0,05, Ho diterima sehingga sampel berasal dari variansi yang sama homogen.
b Jika signifikan ≤ 0,05, Ho ditolak sehingga sampel tidak berasal dari variansi
yang sama tidak homogen. Kesimpulan dari kriteria yang telah ditetapkan, untuk hasil uji homogenitas
dengan Levene test diperoleh nilai signifikansi untuk rata-rata nilai sikap 0,746 dimana nilai signifikansi tersebut lebih dari 0,05 sehingga Ho diterima maka
diketahui sampel berasal dari variansi yang sama atau homogen. Dilanjutkan dengan uji-t independent sample test. Untuk mengetahui efektifitas
perbedaan sikap setelah diberi modul termokimia berbasis problem solving. Hipotesis yang diajukan adalah:
Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap sikap siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
H
1
: terdapat perbedaan yang signifikan terhadap sikap siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kriteria pengambilan keputusan: a. Jika signifikan 0,05, Ho diterima.
b. Jika signifikan ≤ 0,05, Ho ditolak.
Hasil uji-t independent sample test dengan SPSS 18.0 adalah nilai sig. 0,003 sehingga kurang dari 0,05 maka Ho ditolak sehingga terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap sikap siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. c. Nilai Ketrampilan
Uji normalitas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut, 1 Perumusan hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H
1
: sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal 2 Kriteria pengujian:
a Jika signifikan 0,05, Ho diterima sehingga sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
b Jika signifikan ≤ 0,05, Ho ditolak sehingga sampel tidak berasal dari
populasi berdistribusi normal. 3 Hasil Uji Normalitas dengan SPSS 18.0
commit to user
97
Tabel 4.22 Hasil Uji Normalitas Nilai Ketrampilan
Tests of Normality KELAS
Kolmogorov-Smirnov
a
Shapiro-Wilk Statistic
df Sig.
Statistic df
Sig. KETRAMPILAN
1.00 0.138
22 0.200
0.955 22
0.401 2.00
0.094 23
0.200 0.958
23 0.431
4 Kesimpulan Karena nilai sig. Dicapai 0,200 untuk kelas 1 kelas eksperimen dan 0,
200 untuk kelas 2 kelas kontrol maka nilai signifikansinya 0,05 Ho diterima sehingga sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Untuk mengetahui homogenitas variansi digunakan uji Levene-Test. Hipotesis yang diajukan untuk tes kesamaan varansi ini adalah:
Ho : sampel berasal dari variansi yang sama homogen H
1
: sampel tidak berasal dari variansi yang sama tidak homogen Apabila dirumuskan ke dalam hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho :
1 2
=
2 2
H
1
:
1 2
≠
2 2
Hasil uji homogenitas dengan SPSS 18.0 Tabel 4.23 Hasil Uji Homogenitas Nilai Ketrampilan.
Test of Homogeneity of Variance Levene
Statistic df1
df2 Sig.
KETRAMPILAN Based on Mean 1.353
1 43
0.251 Based on Median
1.348 1
43 0.252
Based on Median and with adjusted df
1.348 1
42.910 0.252
Based on trimmed mean 1.362
1 43
0.250
Kriteria pengambilan keputusan yaitu: c Jika signifikan 0,05, Ho diterima sehingga sampel berasal dari variansi
yang sama homogen. d Jika signifikan
≤ 0,05, Ho ditolak sehingga sampel tidak berasal dari variansi yang sama tidak homogen.
Kesimpulan dari kriteria yang telah ditetapkan, untuk hasil uji homogenitas dengan Levene test diperoleh nilai signifikansi untuk rata-rata nilai sikap 0,251 dimana nilai
signifikansi tersebut lebih dari 0,05 sehingga Ho diterima maka diketahui sampel perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
98
berasal dari variansi yang sama atau homogen. Dilanjutkan dengan uji-t independent sample test. Untuk mengetahui efektifitas
perbedaan sikap setelah diberi modul termokimia berbasis problem solving. Hipotesis yang diajukan adalah:
Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap ketrampilan siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
H
1
: terdapat perbedaan yang signifikan terhadap ketrampilan siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kriteria pengambilan keputusan: a. Jika signifikan 0,05, Ho diterima.
b. Jika signifikan ≤ 0,05, Ho ditolak.
Hasil uji-t independent sample test dengan SPSS 18.0 adalah nilai sig. 0,026 sehingga kurang dari 0,05 maka Ho ditolak sehingga terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap ketrampilan siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. . Rangkuman hasil uji-t dari tes pengetahuan, penilaian sikap dan ketrampilan
dapat tersaji seperti pada Tabel 4.24. Tabel 4.24. Hasil Uji-t Tes Pengetahuan, Sikap dan Ketrampilan
Hasil Belajar
Jenis Uji Nilai sig.
2-tailed Keputusan
Pengetahuan Uji-t Mann-Whitney Test 0,011
Ho ditolak Sikap
Independen sampel t 0,003
Ho ditolak Ketrampilan Independen sampel t
0,026 Ho ditolak
Dari uji efektifitas penggunaan modul termokimia berbasis problem solving dapat diperoleh gambaran bahwa modul termokimia berbasis problem solving efektif mampu
meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan siswa.
B. Pembahasan