PENGARUH PRICE EARNING RATIO (PER), PRICE BOOK VALUE (PBV) DAN RISIKO SISTEMATIK (BETA) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM INDEKS PEFINDO25 PERIODE TAHUN 2009-2011

(1)

Maretha Hani

ABSTRAK

PENGARUH PRICE EARNING RATIO (PER), PRICE BOOK VALUE (PBV) DAN RISIKO SISTEMATIK (BETA) TERHADAP HARGA SAHAM

PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM INDEKS PEFINDO25 PERIODE TAHUN 2009-2011

Oleh

MARETHA HANI

Harga saham selalu mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu dan biasanya disebabkan oleh faktor fundamental dan faktor teknikal. Para investor sebelum melakukan investasi dalam bentuk sekuritas tentu akan melakukan analisis terlebih dahulu untuk menghindari risiko dan kerugian di masa yang akan datang. Analisis fundamental yang dilakukan para investor yaitu mencari informasi melalui laporan keuangan perusahaan, dengan begitu investor dapat menganalisis menggunakan rasio-rasio keuangan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh price earning ratio (PER), price book value (PBV) dan risiko sistematik (beta) terhadap harga saham pada perusahaan yang tergabung dalam Indeks Pefindo25 baik secara parsial maupun simultan. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk laporan keuangan yang diperoleh dari http://www.pefindo.co.id, Indonesia Capital Market Directory (ICMD), http://www.yahoofinance.com dan http://www.idx.co.id periode tahun 2009-2011. Sampel penelitian dilakukan dengan melakukan pendekatan melalui metode purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel dengan kriteria tertentu. Metode ini mewakili 10 sampel perusahaan yang tergabung dalam Indeks Pefindo25. Variabel dalam penelitian ini yaitu price earning ratio (PER), price book value (PBV) dan risiko sistematik (beta) sebagai variabel bebas, sedangkan harga saham sebagai variabel terikat. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda yang sebelumnya telah dilakukan uji asumsi klasik untuk menguji kelayakan model penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Secara bersama-sama (simultan) price earning ratio (PER), price book value (PBV) dan risiko sistematik (beta)

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Namun, terlihat dari nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square = 0,353 atau 35,3%) yang artinya variabel price earning ratio (PER), price book value (PBV) dan


(2)

Maretha Hani

risiko sistematik (beta) hanya mampu menjelaskan sebesar 35,3% variabel terikat (harga saham) sedangkan 64,7% dijelaskan oleh faktor lainnya di luar model penelitian. (2) Secara parsial price book value (PBV) berpengaruh positif dan signifikan yaitu 0,002 atau 0,2%. Sedangkan price earning ratio (PER) berpengaruh negatif dan tidak signifikan yaitu 0,683 atau 68,3% dan risiko sistematik (beta) berpengaruh positif dan tidak signifikan yaitu 0,628 atau 62,8% terhadap harga saham.

Kata Kunci: Harga Saham, Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PBV) dan Risiko Sistematik (Beta).


(3)

PENGARUH PRICE EARNING RATIO (PER), PRICE BOOK VALUE (PBV) DAN RISIKO SISTEMATIK (BETA) TERHADAP HARGA SAHAM PADA

PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM INDEKS PEFINDO25 PERIODE TAHUN 2009-2011

Oleh

MARETHA HANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

PENGARUH PRICE EARNING RATIO (PER), PRICE BOOK VALUE (PBV) DAN RISIKO SISTEMATIK (BETA) TERHADAP HARGA SAHAM

PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM INDEKS PEFINDO25 PERIODE TAHUN 2009-2011

(Skripsi)

Oleh

MARETHA HANI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 11

2. Grafik Histogram ... 35

3. Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual ... 36


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.4 Kerangka Pemikiran ... 8

1.5 Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pasar Modal ... 11

2.2Price Earning Ratio (PER) ... 12

2.3Price Book Value (PBV) ... 13

2.4Risiko Sistematik (Beta) ... 14

2.5Harga Saham ... 15

2.6Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham ... 16

2.7Kinerja Saham ... 19

2.8Keuntungan dan Risiko Investasi Pada Saham ... 21

2.9Indeks Pefindo25 ... 24

III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 26


(7)

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 28

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 29

3.5 Teknik Analisis Data ... 34

3.5.1 Asumsi Klasik ... 34

3.5.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 42

3.5.3 Teknik Pengujian Hipotesis ... 42

IV.PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45

4.2 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian ... 45

4.3 Analisis Data ... 47

4.3.1 Analisis Hasil Regresi Berganda ... 47

4.4 Pembahasan ... 52

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA


(8)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran

1. Daftar Nama Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks Pefindo25

2. Tabel Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PBV), Risiko Sistematik (Beta) dan Pergerakan Harga Saham

3. Analisis Deskriptif Data 4. Uji Asumsi Klasik 5. Regresi Linier Berganda


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pergerakan Harga Rata-rata Saham di Indeks Pefindo25 Selama Periode Tahun

2009-2011 (dalam Rp) ... 5

2. Fluktuasi Harga Rata-rata Saham di Indeks Pefindo25 Selama Periode Tahun 2009-2011 (dalam Rp). ... 5

3. Ringkasan Penelitian Terdahulu………. ... 7

4. Perhitungan Sampel Perusahaan ... 27

5. Daftar Nama Perusahaan Sampel ... 28

6. Definisi Operasional Variabel ... 32

7. Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov ... 37

8. Hasil Uji Multikolinearitas ... 38

9. Uji Koefisien Korelasi Spearman’s Rho ... 40

10.Uji Durbin-Watson ... 41

11. Hasil Analisis Deskriptif Data ... 46

12. Hasil Ujit t ... 47

13. Hasil Uji F ... 50


(10)

(11)

(12)

Motto

“Hai orang

-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu

sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang

yang sabar” (Al

-Baqarah:153).

When one door closes, another door opens, but sometimes we

see and lament the closed door so long that we did not see

another door that is already open.

Jika anda membiarkan diri anda untuk tidak disiplin dalam

hal-hal kecil, kemungkinan juga anda tidak akan disiplin dalam


(13)

S U R A T P E R N Y A T A A N

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Maretha Hani

N P M : 0911011077 Jurusan : Manajemen Program Studi : S1 Manajemen

Judul Skripsi : Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PBV) dan Risiko Sistematik (Beta) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Tergabung Dalam Indeks Pefindo25 Periode Tahun 2009-2011“ Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Hasil Penelitian/Skripsi serta Sumber Informasi/Data adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Hasil Penelitian/Skripsi ini;

2. Menyerahkan sepenuhnya hasil penelitian saya dalam bentuk Hard Copy dan Soft Copy Skripsi untuk dipublikasikan ke media cetak ataupun elektronik kepada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

3. Tidak akan menuntut/meminta ganti rugi dalam bentuk apapun atas segala sesuatu yang dilakukan oleh Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung terhadap Hasil Penelitian/Skripsi saya ini;

4. Apabila ternyata dikemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib yang berlaku di Universitas Lampung dan sanksi hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandar Lampung, 10 Mei 2013 Yang membuat pernyataan,

Maretha Hani NPM 0911011077

Materai Rp. 6.000,-


(14)

PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW. Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bukti dan cinta

kasihku kepada : Allah SWT

Atas rahmat, nikmat dan kasihNya yang tiada pernah berhenti diberikan kepada ku selama ini. Rasulullah Muhammad SAW

Yang telah mengajarkan Al-Quran dan teladan terbaik sepanjang masa.

Ibunda dan Ayahanda Tercinta

Yang telah membesarkan dan mendidikku dengan cinta kasihnya. Selalu memberikan dukungan, nasihat dan harapan yang terbaik untuk diriku dan setiap saat namaku disebut

dalam doa yang tidak pernah ada hentinya menyertaiku menuju kesuksesan.

Kakak dan Adikku Tersayang

Untuk abangku Rio dan adikku Tiara yang selalu memberikan semangat disaat aku mulai merasa lelah, memberikan canda dan tawa di waktu sedihku. Aku akan berusaha menjadi

saudara yang mampu membanggakan kalian berdua.

Keluarga besarku yang telah memberikan doa terbaiknya untuk setiap keberhasilanku.


(15)

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 26 Maret 1991 yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, pasangan bapak Hasanuddin dan ibu Helyanani. Pendidikan yang ditempuh Penulis adalah Taman Kanak- kanak (TK) Beringin Raya (1996- 1997), SD Negeri 1 Beringin Raya (1997- 2003), SMP Negeri 14 Bandar Lampung (2003- 2006), SMA Negeri 7 Bandar Lampung (2006- 2009). Pada tahun 2009 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa FE (Fakultas Ekonomi) Unila melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama kuliah, Penulis aktif berorganisasi di UKMF Rohani Islam (ROIS) dan pernah menjabat sebagai Staf Ahli Departemen Kaderisasi di UKMF Rohani Islam (ROIS) periode 2010-2011.


(17)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayahNya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PBV) dan Risiko Sistematik (Beta) terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks Pefindo25 Periode Tahun 2009-2011” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Ibu Hj. Aida Sari, S.E., M.Si, selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

3. Bapak Iban Sofyan, S.E., M.M., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, kritik hingga pembelajaran berharga dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(18)

4. Ibu RA. Fiska Huzaimah, S.E., M.Si., selaku Pembimbing kedua atas

kesabaran dan kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi;

5. Bapak M. Syatibi Ch, S.E., selaku penguji utama dalam ujian Skripsi. Terima kasih untuk masukan dan saran-saran pada seminar proposal serta seminar hasil terdahulu;

6. Bapak Mudji Rahmad Ramelan, S.E., M.B.A., selaku Pembimbing Akademik atas saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

7. Ayah dan Ibu, yang selalu memberikan dukungan, nasihat dan harapan yang terbaik untuk diriku dan setiap saat namaku disebut dalam doa yang tidak pernah ada hentinya menyertaiku menuju kesuksesan;

8. Keluarga besarku Ane, Riska, Aurel, Muda, TanteTati, Memeh, Ciksu, Kakang, Kak Feri, Ibu Pin, Ayah Pin, yang telah memberikan doa terbaiknya untuk setiap keberhasilanku;

9. Sahabat- sahabat terbaikku Bela, Intan, Nurul, Aisyah, Dwi, Sari dan Resta yang selalu hadir member dukungan, doa, kritik, nasihat dan bersedia menerima seluruh kekuranganku;

10.Presidium pengurus UKMF Rohani Islam (ROIS) periode 2010-2011: Mbak Dwi, Mbak Lega, Mbak Nisa, Mbak Eli, Mbak Septi, Mbak Desti dan lainnya terima kasih atas dukungan dan peranannya dalam proses membentuk diriku menjadi pribadi yang lebih baik;

11.Teman-teman manajemen 2009 khususnya anak- anak keuangan yang selalu bersama selama ini : Yessica, Riska, Ria, Tia, Tiara, Kiki, Lydia, Hedyta, Iin


(19)

Ray dan Rara. Anak-anak pemasaran Vina, Lia, Viky, Ida, Rosa, Reni dan Eka;

12.Teman-teman KKN Putri, Inal, Ery, Puput, Tika dan Haris; 13.Semua pihak yang membantu menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 10 Mei 2013 Penulis,


(20)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

PT Pefindo atau PT Pemeringkat Efek Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1993, melalui inisiatif Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Bank Indonesia. Pada tanggal 31 Agustus 1994, Pefindo memperoleh izin

usahanya dari Bapepam dengan Nomor 39/PM-PI/1994 dan menjadi salah satu lembaga penunjang pasar modal di Indonesia. Tugas utamanya adalah untuk menyediakan suatu peringkat atas risiko kredit yang objektif, independen, serta dapat dipertanggung jawabkan atas penerbitan surat hutang yang diperdagangkan kepada masyarakat luas.

Selain melaksanakan kegiatannya dalam melakukan pemeringkatan surat hutang, Pefindo juga menerbitkan dan mempublikasikan informasi kredit sehubungan dengan pasar perdagangan efek. Publikasi ini terdiri dari opini kredit atas perusahaan-perusahaan penerbit obligasi beserta sektor aset acuannya. PT Pemeringkat Efek Indonesia juga memiliki Indeks Pefindo25. Indeks Pefindo25 adalah indeks harga saham dengan anggota terdiri atas perusahaan kecil dan menengah yang diseleksi dengan kriteria tertentu, Pefindo25 telah diperkenalkan pada tanggal 18 Mei 2009 dan ditelaah setahun 2 kali, yakni setiap bulan Januari dan Juli.


(21)

Sepanjang tahun 2012, Indeks Pefindo25 mengalami pertumbuhan sebesar 16,8% dan menjadi indeks tertinggi dibandingkan indeks lainnya seperti Jakarta Islamic Indeks (JII) dengan pertumbuhan sebesar 10,76%, LQ45 sebesar 9,14%,

Kompas100 sebesar 9,37% dan Bisnis27 sebesar 12,88%. Hasil persentase tahun 2012 menunjukan Indeks Pefindo25 mengalami pertumbuhan paling tinggi dibandingkan indeks-indeks lainnya, yang didukung oleh solidnya fundamental emiten-emiten saham di dalamnya. Berdasarkan kinerja yang menunjukan hasil positif, penulis menjadikan Indeks Pefindo25 sebagai sampel dari penelitian ini. Kemampuan dalam melakukan analisis terhadap pergerakan indeks saham akan sangat berhubungan dengan bagaimana melakukan transaksi terhadap mata uang. Terdapat dua metode dalam menganalisis pergerakan indeks saham, yakni analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal adalah metode analisis yang hanya mengandalkan trend harga ke depan berdasarkan perkembangan harga masa lalu. Sedangkan analisis fundamental merupakan sebuah proses analisis terhadap fundamental yang terdapat dalam suatu negara pemilik indeks saham dan hal yang memungkinkan untuk di analisis adalah kondisi ekonomi, sosial dan politik. Salah satu ukuran paling dasar dalam analisis saham secara fundamental yakni menggunakan PER (price earning ratio). PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan, dimana harga saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun. Karena yang menjadi fokus perhitungannya adalah laba bersih yang telah dihasilkan perusahaan, maka dengan mengetahui PER sebuah emiten investor dapat mengetahui apakah harga sebuah saham tergolong wajar atau tidak. PER


(22)

adalah model valuasi yang sering digunakan para analisis untuk menentukan harga saham. Penentuan harga saham dari masing-masing perusahaan selain ditentukan oleh kinerja perusahaan dapat dilihat dari permintaan dan penawaran yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham.

Menentukan harga saham suatu perusahaan juga dapat dilihat dari nilai bukunya atau PBV (price book value). PBV merupakan perbandingan nilai pasar suatu saham (stock’s market value) terhadap nilai bukunya sendiri (perusahaan) sehingga kita dapat mengukur tingkat harga saham apakah overvalued atau undervalued. Semakin rendah nilai PBV maka saham tersebut dikategorikan undervalued, yang berarti saham tersebut sangat baik untuk memutuskan investasi jangka panjang. Nilai rendah PBV disebabkan oleh turunnya harga saham.

sehingga harga saham berada di bawah nilai bukunya atau nilai sebenarnya. PBV memberikan signal kepada investor apakah harga yang diinvestasikan kepada perusahaan tersebut terlalu tinggi atau tidak jika diasumsikan perusahaan bangkrut tiba-tiba (bankrupt immediately). Karena jika perusahaan bangkrut, maka

kewajiban utamanya adalah membayar hutang terlebih dahulu. Kemudian jika ada sisa asset akan dibagikan kepada para pemegang saham.

Penanaman investasi dalam bentuk sekuritas tidak terlepas dari risiko yang harus diterima investor. Pengertian risiko (risk) secara umum adalah sebagai

probabilitas atau kemungkinan atas terjadinya perbedaan antara tingkat pengembalian aktual dari suatu investasi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Menurut Jones (2002:127), risiko dapat dibedakan menjadi dua yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko tidak sistematik (unsystematic risk).


(23)

Risiko sistematik yakni risiko yang berpengaruh terhadap semua investasi dan tidak dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan melakukan diversifikasi. Risiko ini timbul akibat pengaruh keadaan perekonomian, politik dan sosial budaya, dimana mempunyai pengaruh secara keseluruhan. Yang termasuk di dalam risiko ini adalah risiko pasar, risiko tingkat bunga dan risiko daya beli. Risiko ini juga disebut indivertible risk. Sedangkan risiko tidak sistematik yakni risiko yang melekat pada investasi tertentu karena kondisi yang unik dari

perusahaan. Risiko ini dapat dikurangi dengan mengadakan diversifikasi. Yang termasuk di dalam risiko ini adalah risiko keuangan dan risiko bisnis, risiko ini juga disebut diversifiable risk.

Risiko yang dianggap relevan adalah risiko sistematik yang lebih dikenal dengan istilah beta ( . Beta merupakan suatu pengukur volatility return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Secara definisi beta saham

merupakan pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap laba pasar (Jogiyanto, 2000). Mengetahui beta masing-masing sekuritas juga bermanfaat untuk pertimbangan memasukkan sekuritas tersebut kedalam portofolio yang akan dibentuk. Semakin besar beta semakin besar pula tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi.

Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan


(24)

menit, maka nilai indeks pun bergerak naik turun dalam hitungan waktu yang cepat pula. Berikut adalah pergerakan rata-rata harga saham Indeks Pefindo25 selama periode 2009-2011.

Tabel 1 Pergerakan Harga Rata-Rata Saham di Indeks Pefindo25 Selama Periode Tahun 2009-2011 (dalam Rp)

No. Kode Perusahaan Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011

1. ACES 1.050,84 1.971,67 3.116,67

2. AMAG 74,25 121,67 186

3. ASGR 274,5 506,67 936,67

4. ASIA 128,5 101,92 50,58

5. BRNA 554,58 1,039,17 1,685

6. COWL 355,84 162 169,25

7. EKAD 117,58 197,75 307,34

8. MICE 220,34 358,34 392,5

9. PKPK 342,5 237 163,08

10. VRNA 62,25 94,25 134,34

Rata-rata

318,12 479,05 713,74

Sumber : http:// www.yahoofinance.com (data diolah)

Tabel 2 Fluktuasi Harga Rata-Rata Saham di Indeks Pefindo25 Selama Periode Tahun 2009-2011 (dalam Rp)

Tahun Harga Rata-Rata Fluktuasi

2009 318,12 0

2010 479,05 51%

2011 713,74 49%

Tabel 1 dan tabel 2, menjelaskan bahwa harga rata-rata saham perusahaan Indeks Pefindo25 mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2009 sampai tahun 2011. Harga rata-rata saham pada tahun 2009 sebesar Rp318,12 dan pada tahun


(25)

2010 meningkat menjadi Rp479,05. Persentase peningkatan harga rata-rata saham dari tahun 2009 hingga 2010 sebesar 51%. Pada tahun 2011 harga rata-rata saham terus meningkat mencapai Rp713,74 dengan persentase sebesar 49%. Dari hasil harga rata-rata saham pada Indeks Pefindo25 yang terus meningkat menunjukan kinerja perusahaan yang baik. Kinerja perusahaan yang baik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham dan akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut.

Tabel 3 Ringkasan Penelitian Terdahulu

Peneliti Variabel Dependen Variabel Independen Teknik Analisis Hasil Almas Hijriah (2007) Harga Saham ROA,ROE, DER, PER, EPS, BV dan Risiko Sistematik (Beta) Regresi Linier Berganda

Hasil menunjukkan secara parsial faktor fundamental ROE, PER, dan BV memiliki pengaruh high significant terhadap harga saham, sedangkan faktor fundamental yang lain serta risiko sistematik (Beta) tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham properti di Bursa Efek Jakarta. Fredy Herma wan Mulia Nurdhi ana (2011) Harga Saham BV, PBV, EPS dan PER Regresi Linier Berganda

Pengujian regresi secara simultan menunjukkan bahwa PBV, EPS, dan PER berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dan pengujian regresi parsial, PBV tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Sumber : Berbagai jurnal, yang diolah untuk penelitian ini.

Penelitian mengenai pengaruh fakor-faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham telah banyak dilakukan, namun menunjukan hasil yang berbeda-beda. Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini, maka


(26)

permasalahan (research problem) dalam penelitian ini juga ditunjukkan karena adanya ketidakpastian harga saham yang ditunjukkan dengan trend rasio-rasio keuangan yang sangat fluktuatif. Maka penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisis kembali tentang pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PBV) dan risiko sistematik (Beta) terhadap harga saham, yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul : Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PBV) dan Risiko Sistematik (Beta) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Tergabung Dalam Indeks Pefindo25 Periode Tahun 2009-2011.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PBV) dan Risiko

Sistematik (Beta) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang tergabung dalam Indeks Pefindo25 periode tahun 2009-2011.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: Menganalisis pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PBV) dan Risiko Sistematik (Beta) terhadap harga saham pada perusahaan yang tergabung dalam Indeks Pefindo25 periode tahun 2009-2011.


(27)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Bagi Emiten. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan khususnya yang berkaitan dengan harga saham pada perusahaan-perusahaan yang tergabung di Indeks Pefindo25, agar saham yang ditawarkan laku terjual dengan harga yang optimal.

2. Bagi Investor. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi investor untuk menilai perusahaan dengan melihat harga sahamnya sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam membuat keputusan investasi di pasar modal.

3. Bagi Kalangan Akademis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PBV) dan Risiko Sistematik (Beta) yang mempengaruhi harga saham serta dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya yang terkait dan sejenis. 1.4 Kerangka Pemikiran

Saat ini banyak para investor yang menanamkan investasinya dalam bentuk saham tentu sebelum menanamkan modalnya pada suatu peusahaan, investor melakukan analisis secara selektif agar tidak mengalami kerugian. Salah satu alat untuk menilai harga saham adalah Price Earning Ratio (PER) dan Price Book Value (PBV). PER sering digunakan karena cukup mudah dipahami oleh investor maupun calon investor, pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang di perlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. PER dapat menunjukkan apakah harga saham yang ditetapkan oleh emiten wajar atau tidak.


(28)

Menentukan harga saham suatu perusahaan juga dapat dilihat dari nilai bukunya atau disebut PBV (Price Book Value ). PBV merupakan perbandingan nilai pasar suatu saham (stock’s market value) terhadap nilai bukunya sendiri (perusahaan) sehingga kita dapat mengukur tingkat harga saham apakah overvalued atau undervalued. Semakin rendah nilai PBV maka saham tersebut dikategorikan undervalued, yang berarti saham tersebut sangat baik untuk memutuskan investasi jangka panjang.

Risiko sistematik (beta) yakni risiko yang berpengaruh terhadap semua investasi dan tidak dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan melakukan diversifikasi. Risiko ini timbul akibat pengaruh keadaan perekonomian, politik dan sosial budaya, dimana mempunyai pengaruh secara keseluruhan. Termasuk dalam risiko ini adalah risiko pasar, risiko tingkat bunga, risiko daya beli. Namun, penanaman investasi dalam bentuk sekuritas tidak terlepas dari risiko yang harus diterima investor

Gambar 1. Kerangka Pemikiran X1 Price Earning Ratio

(PER)

Harga Saham (Y)

X3 Risiko Sistematik

(Beta)

X2 Price Book Value


(29)

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Diduga variabel Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PBV) dan Risiko Sistematik (beta) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang tergabung dalam Indeks Pefindo25 periode tahun 2009-2011”.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasar Modal

Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang

terorganisasi, yang termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Sedangkan secara khusus, pasar modal adalah suatu pasar untuk

memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek (Sunariyah, 2000:4). Dari pengertian diatas mengenai pasar modal, jelas bahwa pasar modal juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana dengan menjual hak kepemilikkan perusahaan kepada masyarakat (publik).

Pasar modal sebagai tempat bertemunya pihak yang memiliki dana lebih (lender) dengan pihak memerlukan dana jangka panjang (borrower), mempunyai dua fungsi yaitu ekonomi dan keuangan. Di dalam ekonomi, pasar modal

menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pemilik dana ke pihak yang memerlukan dana jangka panjang. Dengan menginvestasikan dananya, para pihak pemilik dana mengharapkan adanya imbalan atau return dari penyerahan dana tersebut. Sedangkan bagi perusahaan sebagai pihak yang memerlukan dana jangka panjang, adanya dana dari luar dapat digunakan untuk usaha pengembangan


(31)

usahanya tanpa menunggu dana dari hasil operasi perusahaannya. Di dalam keuangan, dengan cara menyediakan dana yang diperlukan oleh borrower dan para lender tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikkan aktiva riil. 2.2Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) merupakan faktor yang sangat penting dan perlu diperhatikan investor sebelum mengambil keputusan investasi, karena PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan atau dengan kata lain PER menunjukkan besarnya harga satu rupiah earning (Tandelilin, 2001).

Price Earning Ratio (PER) adalah salah satu ukuran paling dasar dalam analisis saham secara fundamental. PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan, dimana harga saham sebuah emiten

dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun. Karena yang menjadi fokus perhitungannya adalah laba bersih yang telah dihasilkan perusahaan, maka dengan mengetahui PER sebuah emiten bisa

mengetahui apakah harga sebuah saham tergolong wajar atau tidak dan bukannya secara perkiraan.

Perusahaan yang memiliki PER yang tinggi, berarti perusahaan tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi hal ini menunjukan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba dimasa mendatang, sebaliknya perusahaan dengan PER rendah akan mempunyai tingkat pertumbuhan yang rendah, semakin rendah PER suatu saham maka semakin baik atau murah harga untuk


(32)

semakin menurun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Jadi, semakin rendah nilai PER maka semkin murah saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bersih perusahaan, semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut (Arifin, 2002:87).

Menurut Husnan (1998) ada tiga komponen yang mempengaruhi besar atau kecilnya PER diantaranya adalah :

1. Deviden Payout Ratio (DPR), menunjukkan besarnya deviden yang akan dibayarkan perusahaan kepada investor dari earning yang diperoleh, dengan kata lain DPR merupakan perbandingan antara deviden yang dibayarkan perusahaan terhadap earning yang diperoleh perusahaan. 2. Tingkat return yang disayaratkan, yang merupakan tingkat return yang

disyaratkan investor atas suatu saham sebagai kompensasi atas risiko yang harus ditanggung investor.

3. Tingkat pertumbuhan deviden yang diharapkan, merupakan fungsi dari besarnya ROE dan tingkat laba ditahan.

2.3Price Book Value (PBV)

Price Book Value (PBV) merupakan perbandingan nilai pasar suatu saham (stock’s market value) terhadap nilai bukunya sendiri (perusahaan) sehingga kita dapat mengukur tingkat harga saham apakah overvalued atau undervalued. Perhitungannya dilakukan dengan membagi harga saham (closing price) pada kuartal tertentu dengan nilai buku kuartal per sahamnya, yang biasanya disebut price equity ratio. Semakin rendah nilai PBV maka saham tersebut dikategorikan


(33)

undervalued, yang berarti sangat baik untuk memutuskan investasi jangka panjang. Suatu perusahaan yang sehat dengan manajemen dan organisasi yang kuat serta berfungsi secara efisien akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi daripada nilai bukunya atau sama dengan nilai bukunya (Weston dan Copeland, 1999).

Perusahaan yang aktifitasnya berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio PBV mencapai di atas satu (>1), yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. PBV juga memberikan sinyal kepada investor apakah harga yang kita investasikan kepada perusahaan tersebut terlalu tinggi atau tidak jika diasumsikan perusahaan bangkrut tiba-tiba (bankrupt immediately). Karena jika perusahaan bangkrut, maka kewajiban utamanya membayar hutang terlebih dahulu. Kemudian jika ada sisa asset dibagikan kepada para pemegang saham. Ada kelemahan rasio keuangan ini, di mana nilai ekuitas dipengaruhi langsung oleh saldo laba perusahaan yang diakumulasi dari rugi/laba pada income statement.

2.4Risiko Sistematik (Beta)

Risiko sistematik (beta) adalah risiko yang berpengaruh terhadap semua investasi dan tidak dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan melakukan diversifikasi. Risiko ini timbul akibat pengaruh keadaan perekonomian, politik dan sosial budaya, dimana mempunyai pengaruh secara keseluruhan. Yang termasuk di dalam risiko ini adalah risiko pasar, risiko tingkat bunga dan risiko daya beli, Risiko ini juga disebut indivertible risk.


(34)

Risiko yang dianggap relevan adalah risiko sistematik yang lebih dikenal dengan istilah beta (β). Beta merupakan suatu pengukur volatility return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Secara definisi beta saham

merupakan pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap laba pasar (Jogiyanto, 2000). Mengetahui beta masing-masing sekuritas juga berguna untuk pertimbangan memasukkan sekuritas tersebut kedalam portofolio yang akan dibentuk. Semakin besar beta semakin besar pula tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi.

Membuat keputusan investasi, investor memerlukan ukuran risiko sistematik yang akurat dan tidak bias. Hal ini sangat penting bagi investor, sebagai dasar untuk memperkirakan besarnya risiko investasi dimasa depan. Dengan melihat perilaku koefisien Beta dari waktu ke waktu, investor akan memperkirakan besarnya risiko sistematik pada masa yang akan datang.

2.5Harga Saham

Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut, selembar saham mempunyai nilai atau harga. Menurut Widoatmojo (1996:46) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :

a. Harga Nominal

Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besaranya harga nominal


(35)

membenarkan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

b. Harga Perdana

Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.

c. Harga pasar

Jika harga perdana merapakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.

2.6Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Menurut Weston dan Brigham (2001:26), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah :

Laba per lembar saham (Earning Per Share)

Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham yang


(36)

diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.

Tingkat Bunga

Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :

Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi, hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan

mempengaruhi laba perusahaan.

Jumlah Kas Deviden yang Diberikan

Kebijakan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.


(37)

Jumlah laba yang didapat perusahaan

Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang

mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan

mempengaruhi harga saham perusahaan.  Tingkat Risiko dan Pengembalian

Apabila tingkat risiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.

Strategi Pemasaran

Terdapat tiga macam proses yang dapat meningkatkan nilai saham dalam jangka panjang yaitu :

New Product Development and Innovation adalah proses pengembangan produk baru yang inovatif. Semakin inovatif perusahaan mengembangkan produknya, maka semakin besar kemungkinan nilai saham perusahaan tersebut meningkat di kemudian hari.

Supply-Chain Management. Proses penyerahan yang bersangkutan

dengan konsep efisien. Semakin lancar dan bebas hambatan jalanya proses tersebut akan semakin baik. Hal ini menyangkut hubungan horizontal fungsi-fungsi dalam sebuah perusahaan yang menyangkut kerjasama antar perusahaan.


(38)

Market-Based Management. Menyangkut manajemen dari market-market asset yang sangat menentukan, yaitu :

a. Pelanggan, karena customer satisfaction sangatlah penting, maka tujuan harus diatur sebaik-baiknya.

b. Distributor atau yang biasa disebut immediate customer, oleh karena itu harus dijaga sebaik-baiknya dengan perusahaan.

c. Aliansi strategis yang harus di manajeman secara baik agar akses teknologi, capital dan pasar dapat terjaga.

Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik. Namun, bila harga saham terlalu tinggi juga menimbulkan dampak yang kurang baik. Harga saham yang terlalu tinggi akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya, sehingga menyebabkan harga saham tersebut sulit untuk meningkatkan lagi.

2.7Kinerja Saham

Penilaian kinerja saham adalah bagian dari proses analisis sekuritas dalam investasi. Menilai kinerja saham berarti menilai kinerja perusahaan yang menerbitkan saham, itu artinya bahwa nilai yang tercermin dalam saham adalah cerminan nilai perusahaan yang diapresiasi oleh pasar.Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:13-14), jika dilihat dari kinerja saham maka saham dapat dikategorikan atas :


(39)

1) Blue-chip stocks yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis. Memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden.

2) Income stocks yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham.

3) Growth stocks (well-known) yaitu saham-saham dari emiten yang

memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

4) Speculative stocks yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.

5) Counter cyclical stocks yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi di mana emitennya mampu

memberikan deviden yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten


(40)

seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok dan consumer goods.

2.8 Keuntungan dan Risiko Investasi pada Saham

Pada dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham, yaitu:

1. Deviden

Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan, deviden diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa deviden tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa deviden stock yang artinya setiap pemegang saham diberikan deviden sejumlah saham, sehingga

sejumlah saham yang dimiliki investor bertambah dengan adanya pembagian deviden stock tersebut.

2. Capital Gain

Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, dimana harga jual lebih tinggi dari harga beli, capital gain terbentuk dengan adanya aktifitas perdagangan di pasar sekunder. Misalnya seorang pemodal membeli saham BUMI dengan harga per lembar Rp5000 kemudian menjualnya dengan harga Rp5500 per lembarnya, yang berarti pemodal tersebut telah mendapatkan capital gain sebesar Rp500 untuk setiap saham yang dijualnya. Umumnya


(41)

pemodal dengan orientasi jangka pendek untuk mengejar keuntungan melalui capital gain.

Disamping 2 (dua) keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga di mungkinkan untuk mendapatkan :

1. Saham Bonus

Saham bonus yaitu saham yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum dipasar perdana, misalnya setiap saham dengan nilai nominal Rp500 dijual dengan harga Rp800 maka setiap saham akan memberikan agio kepada perusahaan sebesar Rp300 setiap sahamnya. Sedangkan risiko investasi yang bisa terjadi dalam investasi di saham, yaitu:

1. Tidak mendapat deviden

Perusahaan akan membagikan deviden jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan deviden jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan deviden ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.

2. Capital Loss

Dalam aktifitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Adakalanya investor


(42)

menjual sahamnya lebih rendah harganya dari harga belinya, dengan demikian investor mengalami capital loss. Misalnya seorang investor membeli saham BUMI pada harga Rp5000 per lembarnya, namun beberapa waktu kemudian dijual dengan harga Rp4500 per lembarnya, berarti investor tersebut

mengalami kerugian sebesar Rp500 per lembarnya, kerugian tersebut yang disebut capital loss.

Jual beli saham, terkadang seorang investor untuk menghindari potensi kerugian yang makin besar seiring dengan terus menurunnya harga saham, maka investor tersebut rela menjual sahamnya dengan harga lebih rendah dari harga belinya, istilah ini dikenal dengan cut loss.

3. Perusahaan bangkrut dan dilikuidasi

Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada pemegang saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan mendapat posisi lebih rendah dibandingkan kreditor atau pemegang obligasi dan jika masih terdapat sisa baru akan dibagikan kepada pemegang saham.

4. Saham dikeluarkan dari bursa (delisting)

Risiko lain yang di hadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan bursa efek (delist). Suatu saham perusahaan di delist di bursa umumnya karena kinerja perusahaan yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deviden secara berturut-turut selama


(43)

beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan di bursa. Adapula perusahaan yang di delist keluar dari bursa dengan tujuan go private, perusahan yang melakukan go private tidak

merugikan investor karena perusahaan penerbit saham tersebut melakukan buy back terhadap saham yg diterbitkan.

5. Saham diberhentikan

Jika suatu saham di suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual sahamnya hingga saham yang di suspend tersebut dicabut dari status suspend. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat misalnya dalam satu sesi perdagangan, satu hari perdagangan namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal yang menyebabkan saham di suspend yaitu suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya atau berbagai kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan sementara perdagangan saham tersebut untuk kemudian diminta konfirmasi lainnya. Sedemikian hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi, jika setelah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka status suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan lagi seperti semula.

2.9 Indeks Pefindo25

Indeks Pefindo25 adalah indeks harga saham dengan anggota terdiri atas perusahaan kecil dan menengah (SME) yang diseleksi dengan kriteria tertentu.


(44)

Pefindo25 telah diperkenalkan pada tanggal 18 Mei 2009 dan ditelaah setahun 2 kali, yakni setiap bulan Januari dan Juli.

Proses Seleksi Saham Pefindo25

Proses penentuan saham anggota indeks harga saham Pefindo25 dilakukan secara konsisten dengan kriteria seleksi dan urutan proses sebagai berikut :

1. Kinerja Keuangan dan Laporan Keuangan per 31 Desember 2011 : a. Total Asset, tidak melebihi Rp5,000,000,000,000.

b. Tingkat pengembalian modal (ROE) sekurang-kurangnya sama dengan rata-rata ROE seluruh emiten.

c. Memperoleh opini akuntan berupa Wajar Tanpa Pengecualian. d. Telah tercatat di Bursa Efek sekurang-kurangnya 6 bulan. 2. Kinerja Likuiditas periode Juli 2011 – Juni 2012 : a. Volume transaksi.

b. Frekuensi transaksi. c. Nilai transaksi.

d. Jumlah hari perdagangan. e. Jumlah floating shares.

Indeks Pefindo 25 adalah indeks harga saham emiten-emiten yang diseleksi secara tetap berdasarkan kinerja keuangan dan kinerja likuiditas, yang merupakan wakil dari emiten-emiten yang berada di tahap perkembangan (development) yang memiliki potensi perkembangan terbaik, berdasarkan kriteria seleksi yang ditentukan diatas.


(45)

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yakni meliputi:

1. Daftar perusahaan yang tergabung dalam Indeks Pefindo25 periode 2009-2011.

2. Data Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV) dan Risiko Sistematik (Beta).

3. Daftar harga saham perusahaan yang tergabung dalam Indeks Pefindo25 periode 2009-2011.

Sumber data merupakan subyek dari mana data diperoleh dalam penelitian dan data tersebut digunakan sebagai dasar dalam penelitian. Penelitian ini

menggunakan data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), http://www.idx.co.id, http://www.pefindo.co.id, http://www.yahoofinance.com dan dari media internet lainnya.


(46)

3.2Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan Indeks Pefindo25 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009 sampai dengan 2011, yang berjumlah 25 perusahaan.

3.2.2 Sampel

Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria

pengambilan sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan yang konsisten tergabung dalam Indeks Pefindo25 tahun 2009,

2010 dan 2011.

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya secara konsisten dari awal pengamatan hingga akhir pengamatan.

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka di dapat hasil sebagai berikut : Tabel 4 Perhitungan Sampel Perusahaan

Keterangan Jumlah

Jumlah perusahaan yang tergabung dalam Pefindo25 di BEI 25 Perusahaan yang tidak terdaftar secara konsisten di Indeks

Pefindo25

15 Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan per

semester secara konsisten dan lengkap selama tahun 2009-2011

0

Perusahaan sampel 10

Total observasi data ( N) selama 3 tahun periode penelitian 30 Sumber : http://www.idx.co.id


(47)

Daftar nama perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 5 sebagai berikut :

Tabel 5 Daftar Sampel Perusahaan No. Kode

Saham

Nama Perusahaan

1. ACES PT Ace Hardware Indonesia Tbk 2. AMAG PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk 3. ASGR PT Astra Graphia Tbk

4. ASIA PT Asia Natural Resources Tbk 5. BRNA PT Berlina Tbk

6. COWL PT Cowell Development Tbk 7. EKAD PT Ekadharma International Tbk 8. MICE PT Multi Indocitra Tbk

9. PKPK PT Perdana Karya Perkasa Tbk 10. VRNA PT Verena Oto Finance Tbk Sumber : www.pefindo.co.id

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Metode Dokumentasi, yaitu dengan mengadakan pencatatan dan penelaahan terhadap aspek-aspek atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan obyek dalam penelitian ini.

2. Metode Studi Pustaka, yaitu pengumpulan data dengan cara membaca, mempelajari buku-buku dan literatur lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian yang sedang diteliti.


(48)

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua fungsi variabel, yaitu : a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat (dependent variable). Sehingga variabel bebas dapat dikatakan sebagai variabel yang mempengaruhi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga variabel bebas, antara lain :

1. Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) adalah salah satu ukuran paling dasar dalam analisis saham secara fundamental. PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan, dimana harga saham sebuah emiten

dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun. Karena yang menjadi fokus perhitungannya adalah laba bersih yang telah dihasilkan perusahaan, maka dengan mengetahui PER sebuah emiten, kita bisa mengetahui apakah harga sebuah saham tergolong wajar atau tidak dan bukannya secara perkiraan.


(49)

2. Price Book Value (PBV)

Price Book Value (PBV) adalah perbandingan nilai pasar suatu saham (stock’s market value) terhadap nilai bukunya sendiri (perusahaan) sehingga dapat mengukur tingkat harga saham apakah overvalued atau undervalued.

Perhitungannya dilakukan dengan membagi harga saham (closing price) pada kuartal tertentu dengan nilai buku kuartal per sahamnya, yang biasanya disebut price equity ratio. Semakin rendah nilai PBV maka saham tersebut dikategorikan undervalued, yang berarti sangat baik bagi investor untuk memutuskan investasi jangka panjang.

PBV=

3. Risiko Sistematik (beta)

Risiko sistematik adalah risiko yang berpengaruh terhadap semua investasi dan tidak dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan melakukan diversifikasi. Risiko yang dianggap relevan adalah risiko sistematik yang lebih dikenal dengan istilah beta. Beta merupakan suatu pengukur volatility return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Secara definisi beta saham merupakan pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap laba pasar (Jogiyanto, 2000). Mengetahui beta masing-masing sekuritas juga berguna untuk pertimbangan memasukkan sekuritas tersebut kedalam portofolio yang akan dibentuk. Semakin besar beta semakin besar pula tingkat keuntungan yang


(50)

Salah satu model yang dapat digunakan dalam melakukan analisis investasi pada sekuritas (saham) adalah model indeks tunggal (single index model). Dalam model indeks tunggal, diasumsikan bahwa sekuritas berkorelasi hanya karena

respon terhadap perubahan indeks pasar umum (general market index). Indeks pasar umum yang sering digunakan adalah indeks harga pasar modal (di Indonesia digunakan indeks harga saham gabungan (IHSG). Dalam model ini, beta saham dapat dihitung melalui persamaan sebagai berikut (Beaver, Kettler dan Scholes, 1970).

Dimana :

Ri = Return saham i

a = Unique return (tingkat keuntungan yang tidak dipengaruhi pasar) yang merupakan konstanta

βi = Beta saham i Rm = Market return

ei = Kesalahan dengan nilai pengharapan sebesar nol pada saham b. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independent variable). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah :

1. Harga Saham

Saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas seperti yang telah diketahui bahwa tujuan pemodal membeli saham untuk memperoleh penghasilan


(51)

dari saham tersebut. Masyarakat pemodal dikategorikan sebagai investor dan speculator. Investor disini adalah masyarakat yang membeli saham untuk memiliki perusahaan dengan harapan mendapatkan deviden dan capital gain dalam jangka panjang, sedangkan spekulator adalah masyarakat yang membeli saham untuk segera dijual kembali bila situasi kurs dianggap paling

menguntungkan seperti yang telah diketahui bahwa saham memberikan dua macam penghasilan yaitu deviden dan capital gain. Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut.

3.4.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah penjelasan definisi dari variabel yang telah dipilih oleh peneliti.

Tabel 6 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Indikator Skala Variable Bebas (XI) Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) adalah salah satu ukuran paling dasar dalam analisis saham secara fundamental. PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan, dimana harga saham sebuah emiten

dibandingkan dengan laba bersih


(52)

yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun. Variable

Bebas (X2) Price Book

Value (PBV)

Price Book Value (PBV) adalah perbandingan nilai pasar suatu saham (stock’s market value) terhadap nilai bukunya sendiri (perusahaan) sehingga dapat mengukur tingkat harga saham apakah overvalued atau

undervalued. Perhitungannya dilakukan dengan membagi harga saham (closing price) pada kuartal tertentu dengan nilai buku kuartal persahamnya, yang biasanya disebut price equity ratio.

PBV=

Rasio

Variable Bebas (X3)

Risiko Sistematik

(Beta)

Risiko sistematik adalah risiko yang berpengaruh terhadap semua investasi dan tidak dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan melakukan diversifikasi. Secara definisi beta saham merupakan pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap laba pasar (Jogiyanto, 2000). Rasio Variabel Terikat (Y) Harga

Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam


(53)

Saham suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya dari suatu

perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut.

3.5Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda (multiple regression analysis) yang digunakan untuk mengukur

hubungan antara variabel terikat yaitu harga saham dengan variabel bebas yaitu price earning ratio (PER), price book value (PBV) dan risiko sistematik (Beta). Regresi berganda terdapat asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu residual terdistri normal, tidak ada multikolinearitas, tidak ada autokorelasi, tidak adanya heteroskedastisitas pada model regresi (Priyatno, 2012:127).

3.5.1 Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dibutuhkan di dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi bebas dari gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi. Serta memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Hal ini agar model regresi bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimated).


(54)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Beberapa metode uji normalitas yaitu grafik histogram, grafik Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual atau dengan uji One Sample

Kolmogrov-Smirnov (Priyatno, 2012:158).

Sumber: Data sekunder yang diolah Gambar 2. Grafik Histogram

Gambar 2 menunjukkan pola distribusi yang normal, akan tetapi jika kesimpulan normal tidaknya data hanya dilihat dari grafik histogram, maka hal ini dapat menyesatkan terlebih lagi jika jumlah sampel yang digunakan sedikit. Metode


(55)

lain yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat normal

probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika gambar grafik tersebut dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar disekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai residual tersebut telah normal.

Sumber: Data sekunder yang diolah

Gambar 3. Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual

Gambar 3 menggambarkan data terdistribusi secara normal karena distribusi data residualnya terlihat mendekati garis normalnya. Dengan melihat tampilan grafik histogram dapat disimpulkan bahwa pola distribusi data mendekati normal. Kemudian pada grafik normal probability plot terlihat titik-titik menyebar


(56)

disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal maka nilai residual tersebut telah normal. Untuk lebih memastikan apakah data residual terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan pengujian one sample kolmogorov-smirnov.

Tabel 7 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa Mean ,0000000

Std, Deviation 5,19616599E2

Most Extreme Differences

Absolute ,191

Positive ,191

Negative -,176

Kolmogorov-Smirnov Z 1,046

Asymp, Sig, (2-tailed) ,224

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Data sekunder yang diolah

Tabel 7 menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,046 dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,224. Karena nilai p lebih dari 0,05 (0,224> 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi secara normal. Dengan kata lain, model regresi yang digunakan memenuhi asumsi normalitas. 2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah keadaan dimana pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna antarvariabel independen. Pada


(57)

model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel bebas (korelasinya 1 atau mendekati 1). Beberapa metode uji multikolinieritas yaitu dengan melihat nilai Tolerance dan Inflation Factor (VIF) pada model regresi atau dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual ( ) dengan nilai determinasi secara serentak (adjusted R square) Priyatno (2012:158).

Jika suatu model regresi mempunyai nilai Tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF dibawah 10 maka antar variabel bebas (independent variable) terjadi persoalan multikolinearitas. Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini :

Tabel 8 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

PER 0,873 1,146

PBV 0,870 1,150

BETA 0,976 1,025

Sumber: Data sekunder yang diolah

Tabel 8 menunjukkan bahwa semua variabel bebas memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) di bawah 10. Jadi dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas antar variabel bebas dalam model regresi ini.


(58)

3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas Priyatno (2012:158).

Untuk menentukan heteroskedastisitas dapat menggunakan grafik scatterplot, titik-titik yang terbentuk harus menyebar secara acak, tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, bila kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi heteroskedastisitas dan model regresi layak digunakan.

Sumber: Data sekunder yang diolah Gambar 4. Grafik Scatterplot


(59)

Gambar 4 menggambarkan titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi yang

digunakan.

Uji heteroskedastisitas dapat pula dengan menggunakan uji koefisien korelasi

Spearman’s Rho yaitu dengan mengorelasikan variabel independen dengan nilai

unstandardized residual.

Tabel 9 Uji Koefisien Korelasi Spearman's Rho

Correlations

Unstandardized Residual Spearman's

rho

PER Correlation

Coefficient ,120

Sig, (2-tailed) ,526

N 30

PBV Correlation

Coefficient -,150

Sig, (2-tailed) ,430

N 30

BETA Correlation

Coefficient ,106

Sig, (2-tailed) ,577

N 30

Unstandardized Residual

Correlation

Coefficient 1,000

Sig, (2-tailed) ,

N 30


(60)

Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai korelasi kedua variabel independen dengan Unstandardized Residual memiliki signifikansi lebih dari 0,05. Yaitu variabel PER sebesar 0,526, variabel PBV 0,430 dan variabel risiko sistematik sebesar 0,577. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan.

4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan di mana pada model regresi ada korelasi antara residual pada periode t dengan residual pada periode sebelumnya (t-1). Model regresi yang baik adalah yang tidak terdapat masalah autokorelasi. Metode

pengujian yang menggunakan uji Durbin-Watson (DW Test) Priyatno (2012:172). Pengambilan keputusan pada uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut :

 DU<DW<4-DU maka tidak terjadi autokorelasi.  DW<DL atau DW>4-DL maka terjadi autokorelasi.

 DL<DW<DU atau 4-DU<DW<4-DL, artinya tidak ada kepastian atau kesimpulan yang pasti.

Tabel 10 Uji Durbin-Watson

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std, Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,648a ,420 ,353 548,77629 2,693

a.Predictors: (Constant). PBV, BETA, PER b.Dependent Variable: HARGA SAHAM Sumber: Data sekunder yang diolah

Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 2,693. Sedangkan besarnya DW-tabel: dl (batas luar) = 1,2138; du (batas dalam)


(61)

=1,6498; 4 – du =2,3502; dan 4 – dl =2,7862. Dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut berada pada posisi 4-DU<DW<4-DL yaitu 2,3502<2,693<2,7862 artinya tidak ada kepastian atau kesimpulan yang pasti.

3.5.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda (multiple regression analysis) yang digunakan untuk mengukur

hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Analisis regresi berganda yang dilakukan dengan menggunakan bantuan program pengolahan data statistik, yaitu Statical Package for Social Science (SPSS 16,0).

Untuk menunjukkan hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), digunakan persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Dimana:

Y = Harga Saham = Konstanta

X1 = Price Earning Ratio (PER) X2 = Price Book Value (PBV) X3 = Risiko Sistematik (Beta) b1-b3 = Koefisien variabel X1, X2, X3 e = Error Term


(62)

3.5.3 Teknik Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat baik secara parsial maupun secara simultan, maka dilakukan uji t dan uji F.

1. Uji Statistik t (Uji Parsial)

Uji statistik t atau uji parsial bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel bebas secara individual dalam menjelaskan variabel terikat (Ghozali, 2007). Dengan menggunakan langkah-langkah :

1. Merumuskan hipotesis

H0 : βj = 0, artinya tidak ada pengaruh H0: βj ≠ 0 , artinya ada pengaruh

2. Menentukan level of significant sebesar 5%

3. Menentukan besarnya t hitung dengan menggunakan persamaan : thitung= βj / Se/ (βj)

Dimana :

βj = Koefisien regresi variabel.

Se (βj) = Standar Error Koefisien regresi

4. Membandingkan thitung dengan ttabel, dengan uji t dua arah. Dengan ketentuan

derajat kebebasan sebesar n – k –1, confidence interval 95% kaidah keputusannya adalah :


(63)

 Bila thitung≥ ttabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang artinya ada

pengaruh variabel terikat.

 Bila thitung < ttabel maka Ho diterima dan Hi ditolak, yang artinya tidak

ada pengaruh antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat.

2. Uji Statistik F (Uji Simultan)

Uji statistik F atau uji simultan bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Ghozali, 2007). Dengan langkah pengujian sebagai berikut :

1. Merumuskan hipotesis

H0 : b1 = b2 = b3 = 0 ………. Tidak ada pengaruh H0 : b1≠ b2 ≠ b 3≠ 0 ……….... Ada pengaruh 2. Menentukan level of significant (α) sebesar 5%

3. Menghitung nilai F untuk mengetahui hubungan secara simultan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan rumus sebagai berikut :

Dimana : KT = Kuadrat Tengah

4. Membandingkan F hitung dengan F tabel dengan ketentuan bahwa derajat bebas pembilang adalah k dan derajat bebas penyebut adalah (n – k –1)

dengan confidence interval sebesar 95%. Keterangan :


(64)

k = jumlah parameter regresi

 Bila Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya

independen variabel secara keseluruhan mempengaruhi dependen variabel.

 Bila Fhitung < Ftabel, Ho diterima dan Hi ditolak, artinya independen variabel secara keseluruhan tidak mempengaruhi dependen variabel.


(65)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Price earning ratio (PER), price book value (PBV) dan risiko sistematik (beta) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham, pada uji F yang menghasilkan bahwa H0 ditolak berdasarkan perhitungan Ftabel dan

Fhitung, serta didukung dengan nilai signifikansi yang berada jauh di bawah

5% yaitu sebesar 0,2%. Namun terlihat dari nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square = 0,353 atau 35,3%) yang artinya variabel price earning ratio (PER), price book value (PBV) dan risiko sistematik (beta) hanya mampu menjelaskan sebesar 35,3% variabel terikat (harga saham) sedangkan 64,7% dijelaskan oleh faktor lainnya di luar model penelitian. Variabel tersebut seperti ROE, BV, EPS, DER dan DPR.

2. Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga price earning ratio (PER), price book value (PBV) dan risiko sistematik (beta) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang tergabung Indeks Pefindo25 tidak terbukti karena hanya variabel price book value (PBV) yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel price earning ratio (PER) dan risiko sistematik (beta) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.


(66)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut penulis dapat memberi saran sebagai berikut : 1. Pada penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah price earning

ratio (PER), price book value (PBV) dan risiko sistematik (beta). Koefisien determinasi (Adjusted R square) yang sebesar 35,3% persen menunjukkan bahwa ada 64,7% variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam model yang menjelaskan harga saham. Diharapkan penelitian yang akan datang menggunakan variabel-variabel independen lain diluar persamaan regresi. 2. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah perusahaan yang

tergabung dalam Indeks Pefindo25 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saran yang diberikan pada penelitian selanjutnya adalah agar mengamati lebih banyak sampel perusahaan dan memperluas periode penelitian BEI agar dapat melihat pengaruhnya secara lebih jelas.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Rizki H. 2010. Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jawa Timur.

Ananstasia, et al. 2003. “Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Properti di BEJ”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 5.

Arifin, Ahmadi Q. 2012. Analisis Harga Saham Perusahaan Pada Jakarta Islamic Index dengan Analisis Fundamental Dan Teknikal. Skripsi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bismark, Rowland. 2008. Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2003-2006. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2, No. 2.

Brigham, Eugene F., dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan, Buku I, Erlangga, Jakarta.

Brigham, Eugene F., dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan, Buku II, Erlangga, Jakarta.

Fakhrudin, Sopian dan Hardianto. 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal. Buku I, Pt Alex Media Komputindo, Jakarta.

H.M, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi II BPFE UGM, Yogyakarta.

Hanafi, Mamduh M. 2004. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama, BPFF, Yogyakarta.

Hijriah, Almas. 2007. Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Universitas Sumatera Utara, Medan.

ICMD.2011. Indonesia Capital Market Directory. Jakarta, Indonesia _____ 2010. Indonesia Capital Market Directory. Jakarta, Indonesia _____ 2009. Indonesia Capital Market Directory. Jakarta, Indonesia


(68)

Martin, John.D dan Tim. 1998. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kelima, Jilid 1, PT Raja Gafindo Persada, Jakarta.

Martin,John.D dan Tim.1998. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kelima, Jilid 2, PT Raja Gafindo Persada, Jakarta.

Mustika, Diah S.A. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Publik Berdasarkan Model Altman Z-Score Dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham. Skripsi Universitas Brawijaya, Malang.

Widiarto, Narendra. 2011. Analisis Pengaruh Return On Equity, Price Earning Ratio, Debt To Equity Ratio dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate And Property Yang Go Publik Di BEI. Skripsi Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jawa Timur.

Priyatno, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data Dengan SPSS 20. Edisi Pertama, C.V Andi Offset,Yogyakarta.

Rachmawati, Sisca. 2010. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Risiko Sistematis (Beta) Pada Saham Lq 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2008. Skripsi Universitas

Diponegoro, Semarang.

Sitompul. Korpri. 2011. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Tesis Universitas Sumatera Utara, Medan. Shidiq, Niekie A. 2012. Pengaruh EVA, Rasio Profitabilitas dan EPS Terhadap

Harga Saham Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010. Skripsi Universitas Diponegoro, Semarang. Sunariyah. 2000. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi II, UPP, AMP,

YKPN, Yogyakarta.

Sundjaja, Ridwan S. dan Barlian, Inge. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi keempat Literata Lintas Media, Klaten.

Tiningrum, Erna. 2008. Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Di BEI. Skripsi STIE AUB, Surakarta.

Tito, Chabachib, Haryanto dan Pangestuti. 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Beta Saham Terhadap Price To Book Value (Studi Pada Perusahaan Real Estate dan Property Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004 2006). Skripsi Universitas Diponegoro, Semarang.

Weston, J. Fred dan Thomas E Copeland. 1991. Manajemen Keuangan. Edisi Kesembilan, Jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta.


(69)

http://www.google.com http://www.idx.co.id http://www.wikipedia.com http://www.yahoofinance.com http://www.pefindo.com


(1)

k = jumlah parameter regresi

 Bila Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya independen variabel secara keseluruhan mempengaruhi dependen variabel.

 Bila Fhitung < Ftabel, Ho diterima dan Hi ditolak, artinya independen variabel secara keseluruhan tidak mempengaruhi dependen variabel.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Price earning ratio (PER), price book value (PBV) dan risiko sistematik (beta) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham, pada uji F yang menghasilkan bahwa H0 ditolak berdasarkan perhitungan Ftabel dan Fhitung, serta didukung dengan nilai signifikansi yang berada jauh di bawah 5% yaitu sebesar 0,2%. Namun terlihat dari nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square = 0,353 atau 35,3%) yang artinya variabel price earning ratio (PER), price book value (PBV) dan risiko sistematik (beta) hanya mampu menjelaskan sebesar 35,3% variabel terikat (harga saham) sedangkan 64,7% dijelaskan oleh faktor lainnya di luar model penelitian. Variabel tersebut seperti ROE, BV, EPS, DER dan DPR.

2. Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga price earning ratio (PER), price book value (PBV) dan risiko sistematik (beta) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang tergabung Indeks Pefindo25 tidak terbukti karena hanya variabel price book value (PBV) yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel price earning ratio (PER) dan risiko sistematik (beta) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.


(3)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut penulis dapat memberi saran sebagai berikut :

1. Pada penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah price earning ratio (PER), price book value (PBV) dan risiko sistematik (beta). Koefisien determinasi (Adjusted R square) yang sebesar 35,3% persen menunjukkan bahwa ada 64,7% variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam model yang menjelaskan harga saham. Diharapkan penelitian yang akan datang menggunakan variabel-variabel independen lain diluar persamaan regresi.

2. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah perusahaan yang tergabung dalam Indeks Pefindo25 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saran yang diberikan pada penelitian selanjutnya adalah agar mengamati lebih banyak sampel perusahaan dan memperluas periode penelitian BEI agar dapat melihat pengaruhnya secara lebih jelas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Rizki H. 2010. Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jawa Timur.

Ananstasia, et al. 2003. “Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Properti di BEJ”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 5.

Arifin, Ahmadi Q. 2012. Analisis Harga Saham Perusahaan Pada Jakarta Islamic Index dengan Analisis Fundamental Dan Teknikal. Skripsi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bismark, Rowland. 2008. Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2003-2006. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2, No. 2.

Brigham, Eugene F., dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan, Buku I, Erlangga, Jakarta.

Brigham, Eugene F., dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan, Buku II, Erlangga, Jakarta.

Fakhrudin, Sopian dan Hardianto. 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal. Buku I, Pt Alex Media Komputindo, Jakarta.

H.M, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi II BPFE UGM, Yogyakarta.

Hanafi, Mamduh M. 2004. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama, BPFF, Yogyakarta.

Hijriah, Almas. 2007. Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Universitas Sumatera Utara, Medan.

ICMD.2011. Indonesia Capital Market Directory. Jakarta, Indonesia _____ 2010. Indonesia Capital Market Directory. Jakarta, Indonesia _____ 2009. Indonesia Capital Market Directory. Jakarta, Indonesia


(5)

Martin, John.D dan Tim. 1998. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kelima, Jilid 1, PT Raja Gafindo Persada, Jakarta.

Martin,John.D dan Tim.1998. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kelima, Jilid 2, PT Raja Gafindo Persada, Jakarta.

Mustika, Diah S.A. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Publik Berdasarkan Model Altman Z-Score Dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham. Skripsi Universitas Brawijaya, Malang.

Widiarto, Narendra. 2011. Analisis Pengaruh Return On Equity, Price Earning Ratio, Debt To Equity Ratio dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate And Property Yang Go Publik Di BEI. Skripsi Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jawa Timur.

Priyatno, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data Dengan SPSS 20. Edisi Pertama, C.V Andi Offset,Yogyakarta.

Rachmawati, Sisca. 2010. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Risiko Sistematis (Beta) Pada Saham Lq 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2008. Skripsi Universitas

Diponegoro, Semarang.

Sitompul. Korpri. 2011. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Tesis Universitas Sumatera Utara, Medan. Shidiq, Niekie A. 2012. Pengaruh EVA, Rasio Profitabilitas dan EPS Terhadap

Harga Saham Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010. Skripsi Universitas Diponegoro, Semarang. Sunariyah. 2000. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi II, UPP, AMP,

YKPN, Yogyakarta.

Sundjaja, Ridwan S. dan Barlian, Inge. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi keempat Literata Lintas Media, Klaten.

Tiningrum, Erna. 2008. Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Di BEI. Skripsi STIE AUB, Surakarta.

Tito, Chabachib, Haryanto dan Pangestuti. 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Beta Saham Terhadap Price To Book Value (Studi Pada Perusahaan Real Estate dan Property Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004 2006). Skripsi Universitas Diponegoro, Semarang.

Weston, J. Fred dan Thomas E Copeland. 1991. Manajemen Keuangan. Edisi Kesembilan, Jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta.


(6)

http://www.google.com http://www.idx.co.id http://www.wikipedia.com http://www.yahoofinance.com http://www.pefindo.com


Dokumen yang terkait

Pengaruh Likuiditas, Leverage,Perputaran Aset, dan Price Book Value terhadap Earnings Per Share pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 77 105

Pengaruh Price Book Value (PBV), Price To Earning Ratio (PER), Debt To Earning Ratio (DER) Dan Beta Terhadap Stock Return Pada Perusahaan Industri Rokok Di Bei

14 110 103

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 105 93

Pengaruh Analisis Price Earning Ratio, Price Book Value, dan Economic Value Added terhadap Return Saham

4 73 101

Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price To Book Value terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sub Sektor Hotel dan Pariwisata yang Terdaftar di BEI Tahun 2009 - 2011

0 25 102

Analisis pengaruh rasio modal saham terhadap return yang diterima oleh pemegang saham (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2004-2008)

0 4 96

Analisis faktor fundamental perusahaan terhadap Price Earning Ratio (PER) sebagai dasar penilaian saham perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013

0 6 168

Analisis fundamental saham perusahaan sektor barang konsumsi (Consumer Goods) di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode 2011 - 2013 dengan metode top down analysis

0 14 114

Pengaruh price to book value (PBV) dan price earning ratio (PER) terhadap harga saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI

0 3 1

Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia

0 15 112